Tampilkan postingan dengan label wisata sukabumi. Tampilkan semua postingan
Wisata Situ Gunung Part 2; Curug Sawer
Sabtu, 04 Mei 2019
Curug Sawer Situ Gunung. Tulisan ini merupan bagian ke 2 dari wisata ke
Situ Gunung Sukabumi. Part satu mengulas tentang Jembatan Situ Gunung atau
Suspension Bridge termasuk harga tiket masuk, info penginapan dsb. Part 2 mengulas Curug Sawer. Dalam bahasa sunda curug
itu berartii air terjun.
Wisata ke Situ Gunung Part 1; Suspension Bridge
Sabtu, 27 April 2019
Suspension Bridge Situ Gunung Sukabumi. Assalamualaikum teman – teman.
Buat yang punya rencana liburan tidak jauh –
jauh dari Jabodetabek, mungkin bisa mencoba salah satu destinasi wisata di Sukabumi.
Situ Gunung Suspension Bridge |
Ada beberapa destinasi wisata rekomendasi di Sukabumi diantaranya yang paling terkenal;
Pelabuhan Ratu, Arung Jeram di sungai
Citarik, Geopark Ciletuh dan Situ Gunung, salah satu kawasan wisata di Taman Nasional Gunung
Gede Pangrango, terletak sekitar 15 km dari pusat kota Sukabumi.
Review Suspension Bridge Situ Gunung versi Vlog bisa lihat di
Review Suspension Bridge Situ Gunung versi Vlog bisa lihat di
Boleh baca Bermalam di Citarik Sukabumi
Part 2 Curug Sawer Situ Gunung
Part 3 Situ Gunung (Danau Situ Gunung)
Part 2 Curug Sawer Situ Gunung
Part 3 Situ Gunung (Danau Situ Gunung)
Berlibur ke Sungai Citarik Sukabumi
Minggu, 30 Desember 2018
Sukabumi salah satu kota dengan banyak tempat wisata menarik, pantai, taman nasional, air terjun, geopark, danau dan sungai.
Berpetualang dan Bermalam di Arus Liar Sukabumi
Sabtu, 22 Juli 2017
Teman-teman yang suka traveling pasti sudah tidak asing dengan
nama Arus Liar, salah satu rafting yang ada di Citarik Sukabumi. Tapi Arus Liar
tidak hanya menawarkan rafting lho, juga penginapan dengan tiga nuansa berbeda;
camping ground, saung tepi sungai
(serasa tinggal di desa), atau bungalow walaupun letaknya di tepi sungai namun
nuansa sunyinya lebih terasa. Untuk yang hanya berlibur sekeluarga saya kurang merekomendasikan di bungalow
karena area terlalu luas kecuali di bungalow ada tamu lain yang menginap.
Bungalow lebih cocok untuk acara gathering kantor karena dilengkapi tanah
lapang untuk acara/permainan.
Saya memilih menginap di Saung
tepi sungai yang disebut Kampung Ngaloen, dengan pertimbangan tempatnya pas tepi
sungai jadi anak – anak bisa bermain dan bisa denger gemericik air sepanjang
hari. Waraas pokokna mah.
Tarif dan Fasilitas
Soal tarif cukup bersahabat, Rp
200.000,- permalam/orang sudah termasuk dua kali makan, pagi dan malam. Belum
termasuk tarif rafting sebesar 200 (tarif sudah termasuk makan siang).
Usia minimal untuk bisa ikut rafting 10 tahun. Kok murah amat? Karena
yang ditawarkan penginapan ala – ala menginap di perkampungan jadi fasilitasnya
sederhana, tapi tenang, kalau teman – teman pake provider dari si merah yang
memang rada mihil, sinyal untuk internetan kuat hehehe. Bandingkan dengan
provider lain yang saya juga pake (double sim) di tempat tinggal saya sekarang
aja, pinggiran kab. Bogor dan Tangsel, sinyalnya lelet.
Memang tidak ada wifi? Di camp
arus liarnya wifi gratis tapi kalau di penginapan harus beli.
Selain makan dua kali sehari,
tempat tidur layak, tersedia air mineral
dan kamar mandi bersih. Tanpa tv, jadi yang terdengar hanya gemericik
aliran air sungai, pokoknya terasa tinggal di desa jaman dulu. Cocok untuk niis
dan rehat sejenak dari keriuhan dan kesibukan kota.
Karena anak-anak masih dibawah
usia 10 tahun, saya tidak bisa ikutan rafting. Padahal pengen banget rafting
secara terakhir kali rafting ya pas acara kantor 10 tahunan lalu. Semoga next
time ada kesempatan. Tapi walaupun nggak bisa ikut rafting seneng banget karena
liat anak-anak antusias dan sukacita main di tepi sungai. Di kota mana bisa kayak gini?
Jadi inget masa kecil, sesekali
liat teman-teman yang kalau pulang sekolah berenang di Cikapundung kebetulan
sekolah saya tidak terlalu jauh dari sungai tersebut dan banyak teman-teman
yang rumahnya sekitar sungai Citarum. Karena saya tidak bisa berenang dan tidak
punya nyali buat turun ke sungai jadi cuma lihat dari atas saja hahaha.
Saung terletak tepat di tepi sungai jadi sementara Pak Suami dan
teman-temannya rafting saya menemani anak-anak main di sungai. Sungai yang juga
merupakan jalur rafting jadi saya sekalian nungguin Bapaknya anak – anak lewat.
Sungainya asli jernih tanpa
sampah. Oh ya penginapan berupa saung yang diberi nama Kampung Ngaloen berjumlah 10 saung. Dari camp Arus Liar
(tempat administrasi) sekitar 1 km dan hanya bisa dilewati jalan setapak, jadi
mobil parkir di camp Arus Liar. Tak perlu khawatir soal keamanan di Kampung
Ngaloen karena ada satpam yang menjaga 24 jam plus ada warung kecil yang
menyediakan kebutuhan darurat seperti sikat gigi, sabun, kopi dan mie rebus.
Jadi tak usah khawawatir kelaparan jika malam-malam, tinggal pesan indomie saja
. Maklumlah kalau ke jalan raya medannya
tidak asik jika di tempuh malam-malam, horror hahaha.
Menurut cerita dari bu warung dan Pak satpam, salah satu
rahasia bersihnya sungai Citarik karena pemilik rafting (pemilik rafting di
sekitar Citarik bukan hanya Arus Liar) turut mengedukasi masyarakat untuk
menjaga kebersihan sungai dengan melarang buang sampah ke sungai dan melarang
masyarakat menangkap ikan dengan cara diracun atau disetrum.
Masyarakat menuruti himbauan ini
karena kehadiran rafting membuka lapangan kerja dan ekonomi terdongkrak.
Terbukti di sekitar tempat – tempat rafting ada kios – kios yang menjual barang
keperluan rafting seperti sandal gunung dan koas.
Rafting
Tarif rafting sebenarnya ada
beberapa macam, tergantung panjang pendeknya jalur rafting yang kita pilih,
makin ke hulu tarif bertambah karena berarti jalur rafting makin panjang. Pada
saat-saat tertentu (sesi liburan atau cuaca sedang bersahabat) ada pilihan finish rafting di pantai Pelabuhan Ratu.
Jarak Arus Liar ke Pelabuhan Ratu sendiri jika di tempuh dengan kendaraan
pribadi hanya 1 jam. Jadi bisa banget nginep dan rafting di Arus Liar terus
menikmati sunrise atau sunset di Pelabuhan Ratu.
Tarif rafting dengan jarak
menengah sebesar 200 ribu/orang, jika ingin finish sampai pelabuhan rabu nambah
100 ribu/orang.
Kami ke sini sekitar bulan Mei
lalu, sebenarnya ini acara Pak Suami dan team di kantornya - acara atas
inisiatif teamnya dalam rangka refresing jadi biaya pribadi. Hanya Pak Suami dan satu
temannya yang membawa keluarga tapi temannya belum memiliki anak.
Jalan Cikidang
Teman-teman tahu donk jalur ke
Sukabumi itu macet. Untuk mencapai Arus Liar teman-teman bisa lewat jalur
alternatif Cikidang, namun jalannya berkelok naik turun dengan tikungan atau
turunan/tanjakan cukup tajam jadi tidak direkomendasikan untuk yang masih
belajar nyetir. Bonusnya lewat sini, udaranya sejuk karena kanan kiri, kebun
sawit, kebun karet, tanah – tanah yang masih perawan selain perkampungan. Perjalanan
dari Bogor ke Citarik memakan waktu sekitar 3 jam jika jalan lancar. Saat kami
kemari jalan tidak macet hanya di beberapa titik tersendat karena ada pasar
atau perbaikan jalan.
Anak – anak Sungai
Sungai di depan penginapan
Kampung Ngaloen karena landai dan berbatu jadi tempat main favorit anak – anak lokal
terutama pada hari minggu (libur sekolah). Jangan merasa terganggu dengan
kehadiran mereka karena mereka sekedar main, berenang, mencari ikan dan melihat
orang – orang yang rafting lewat. Seru banget lihat wajah – wajah ceria mereka
main air dengan leluasa dan tidak kenal takut berenang menantang arus. Mungkin
mereka generasi penerus pemandu rafting atau seperti ini masa kecil para
pemandu rafting saat ini, jadi mereka kenal betul arus Citarik. Tapi semoga
mereka kelak buka hanya jadi pemadu tapi pemilik hehehe. Saat ini kebanyakan
pemilik rafting orang – orang kota besar malah ada orang bule, cerita Ibu
pemilik kios.
Add caption |
Add caption |
So, jika teman – teman berencana
berlibur ke tempat berbeda, menikmati keindahan alam, budget minimal, namun tidak terlalu jauh dari Jabodetabek,
wisata ke Sukabumi bisa jadi alternatif.
Ke Pelabuhan Ratu
Kamis, 22 Maret 2012
*tulisan ini diikutsertakan dalam lomba sharing liburan dengan kendaraan di majalah ayahbunda
Ini cerita saat
kami berliburan akhir tahun 2010. Akhir tahun 2011 kami memutuskan liburan di
rumah karena anggota keluarga kami yang baru, Khalif, baru berumur 2 bulan. Ya,
bulan november lalu saya melahirkan anak
kedua. Jadilah liburan yang kami agendakan setahun sekali ini di tidak adakan
tahun 2011.
The story begin.
Tempat yang kami pilih adalah pantai dengan pertimbangan, itu adalah tempat
yang belum pernah di lihat si kecil Azka Zahra yang saat itu berusia 2y6m
secara langsung tapi keberadaan pantai sudah dilihatnya dari film Dora atau
Diego yang ditontonnya.
Pilihan kami
jatuh ke Pelabuhan Ratu karena jaraknya dekat dengan kota tempat kami tinggal
yaitu Bogor. Hanya memakan waktu dua jam, begitu kata teman-teman kantor saya
yang kerap berlibur kesana tapi kalau macet bisa lebih lama.
Ya, jalan raya Bogor
– Sukabumi termasuk jalan padat dan sempit untuk ukuran truk dan atau kontainer
yang kerap lalu lalang di sini terkait dengan banyaknya pabrik di daerah ini
salah satunya pabrik air mineral. Jalanan
yang tidak terlalu ramah untuk pengendara sepeda motor dan mobil pribadi.
Untuk
menghindari terjebak macet kami memilih berangkat pagi dari rumah. Sesuai
prediksi jalanan yang kami lalui masih lenggang lalu mulai padat merayap saat
masuk pertigaan parung kuda. Seorang penduduk lokal yang jadi petugas parkir
dadakan di pertigaan, menyarankan kami untuk lewat jalan alternatif agar tidak
terjebat macet. Untuk beberapa saat suami saya, sebagai ‘penentu kebijakan’
bingung karena belum pernah melewati jalan alternatif dan ini pertama kalinya dia ke Pelabuhan Ratu
membawa kendaraan sendiri.
“Gampang Pak,
tinggal ngikutin jalan saja nanti sampai di pelabuhan ratu,” terang petugas
parkir dadakan itu.
Akhirnya dengan
pertimbangan jika terjebak macet memancing si kecil Azka rewel, belum lagi kami
harus mencari penginapan - Kami batal menginap di hotel Inna Samudra Beach yang
terkenal karena kamar khususnya untuk Nyi Roro Kidul – sekaligus yang membuat
kami memilih tempat ini karena harga perkamar naik 300% dengan alasan
termasuk paket tahun baru – an. kami tidak tertarik dengan acara tahun baru an,
apapun model acaranya – . Kami memilih jalan alternatif yaitu jalan cikidang.
“Jalannya di
aspal, Pak?” tanya suami.
Si penunjuk
jalan mengacungkan jempol seraya berkata,”hotmix, Pak.”
Beberapa saat
setelah melewati perkampungan kami dibuat tertegun dengan pemandangan sepanjang
jalan yang kami lalui dan udara segar yang menyapa kami. Deretan kebun kelapa
sawit, hutan karet, lembah dan bukit yang dirimbuni pepohonan, benar-benar
indah dan membuat kami berdecak kagum. Sesekali kami membuka jendela mobil
untuk mendapatkan udara segar nan bersih. Bersamaan dengan itu kami pun
dikejutkan dengan tikungan, tanjakan dan turunan yang cukup tajam.
Dibutuhkan
presisi yang tepat saat harus belok sekaligus menanjak atau sebaliknya terlebih
jika ada kendaraan dari arah berlawanan. Ini membuat jantung saya
berdebar-debar namun sebaliknya suami saya sepertinya menikmati setiap lintasan
yang cukup memicu adrenalin itu. “Serasa di sirkuit nich,“ kelakarnya. “Pulangnya
lewat sini lagi ya.”
Untunglah
jalanan lenggang.
Kami bersyukur membawa kendaraan yang cukup baik
untuk melalui medan seperti ini. Dengan teknologi power steering yang
memudahkan menyetir, rem yang pakem, kedap suara dari mesin dan kebisingan
luar, dan ruangan mobil yang cukup lapang sehingga si kecil Azka bisa tidur
atau bermain dengan bonekanya dengan nyaman. Walaupun begitu kami tetap
mengecek kendaraan kami ke bengkel sebelum berangkat, memastikan kondisinya
baik. Karena kondisi mobil sangat berpengaruh terhadap keselamatan kami.
Oh ya, ini
benar-benar liburan keluarga karena hanya kami bertiga, art yang tadinya kami
ajak menolak ikut dan memilih pulang kampung. Walaupun awalnya khawatir repot
pada akhirnya kami menikmatinya. Sangat menikmatinya terlebih tidak setiap saat
kami bisa seintens ini karena kami sama-sama bekerja.
Sampai di area
pelabuhan ratu kami mencari tempat
menginapan yang cocok, pilihan kami jatuh pada penginapan bergaya bungalow yang
tidak mengadakan acara khusus tahun baruan. Luas, nyaman, bersih dengan harga
masuk akal.
Langganan:
Postingan (Atom)