Peran Serat terhadap Kesehatan Saluran Cerna dan Alergi pada Anak
Assalamualaikum,
Salah satu yang dikeluhan para Mama adalah anak-anak
yang tidak suka sayuran atau suka sayuran tapi pilih-pilih. Ini suka, itu ga
suka, ini ga suka, itu suka, kalau dihitung-hitung lebih banyak sayuran yang ga
sukanya daripada yang disukai. Ada yang mengalami hal sama? Toss. Anak-anak di
rumah juga begitu, tidak semua jenis sayuran suka, tapi saya usahakan masak
sayuran berbeda setiap hari, walaupun lambat ada progress, yaitu jenis sayuran
yang mereka suka bertambah.
Kalau dipikir-pikir mirip saya dulu. Iya dulu
saya suka heran kalau lihat Mamah saya makan karedok (sayuran mentah diiris dimakan
dengan bumbu kacang), tergidik lihat ibu makan terong mentah dicocol ke sambel.
Heran ibu makan tumis pare atau tumis daun pepaya yang pahit. Setelah dewasa,
saya suka semua sayuran itu. Bisa lahap makan terong mentah dicocol sambel.
Jadi bener banget paparan dr. Endah Citraresmi, Sp.A(K) konsultan Alergi dan Imunologi di acara webinar yang saya ikuti hari Selasa, 23 Agustus 2022 dengan tema Peran Serat terhadap Kesehatan Saluran Cerna dan Alergi pada Anak, yang mengatakan orang tua harus jadi contoh/role model agar anak-anak mau makan sayuran dan buah, pentingnya makan bersama karena saat makan bersama anak melihat apa yang kita makan.
Ya kalau tidak memungkinkan 3 kali sehari makan
bersama (karena kesibukan kerja dsb) dalam sehari atau seminggu harus adalah ya .
Acara yang digagas Danone Specialized Nutrition Indonesia ini dihadiri pula oleh Arif
Mujahid, Corporate Communications
Director Danone Indonesia dan Anastasia
Satriyo, M.Psi., Psikolog. Oh ya webinar ini tayang juga di youtube
NutrisiBangsa jadi boleh juga teman-teman langsung menyimak di sana.
Masalah asupan serat ternyata masalah yang
dialami banyak anak-anak di Indonesia, karena berdasarkan data 9 dari 10 anak Indonesia kekurangan asupan serat.
Dimana rata-rata anak Indonesia usia 1-3 tahun hanya memenuhi ¼ atau 4.7 gram
perhari dari total kebutuhan serat harian. Padahal AKG atau angka kecukupan
gizi yang direkomendasikan 19 gram serat setiap hari.
Serat untuk kesehatan pencernaan
Selama ini kebanyakan orangtua hanya mengetahui kekurangan serat menyebabkan sembelit, ternyata bukan hanya itu lho efeknya, bahkan bisa menimbulkan efek
jangka panjang yang serius pada pencernaan jika kekurangan serat diabaikan.
Tapi kan susah, anaknya ga mau? Minimal mengkonsumsi sumber serat (sayuran dan
buah) yang mereka sukai dulu sambil dikenalkan pada jenis sayuran/buah lain.
Salah satu masalah yang ditimbulkan akibat kekurangan asupan serat selain sembelit adalah alergi. Seperti diungkapkan dokter Endah, dengan mengkonsumsi serat dalam jumlah cukup, bisa memberikan sejumlah manfaat bagi kesehatan anak, seperti memperbaiki keseimbangan sistem imunitas tubuh, mengurangi inflamasi akibat alergi dan bermanfaat bagi mikrobiota di dalam saluran cerna yang membuat nutrisi makanan terserap optimal. Kondisi disbiosis atau ketidakseimbangan komposisi dan fungsi mikrobiota saluran cerna berhubungan dengan alergi pada anak. Anak yang memiliki alegi memiliki jumlah dan keberagaman mikrobita saluran cerna lebih sedikit dibanding anak yang tidak memiliki alergi.
Mikrobiota usus berperan penting dalam
kesehatan pencernaan. Mikrobiota ini mempengaruhi penyerapan zat makanan oleh
usus. Makin banyak nutrisi makanan yang diserap usus, makin baik daya tahan
tubuh.
Adapun makanan yang mempengaruhi mikrobiota
usus ini adalah probiotik dan prebiotik.
Probiotik adalah mikroorganisme hidup yang
memberikan manfaat kesehatan jika diberikan dalam jumlah khusus. Bakteri hidup
ini tahan dalam pemprosesan makanan dan memberikan manfaat bagi kesehatan.
Contoh makanan mengandung probiotik adalah yogurt, kefir, kimchi dan tempe.
Prebiotik adalah komponen makanan yang
digunakan oleh mikrobiota usus yang berupa makanan tinggi serat yang tidak
dicerna oleh enzim pencernaan manusia. Di usus besar makanan ini difermentasi
oleh bakteri usus.
Sumber prebiotik adalah sayuran, buah, whole
grains dan legumes (kacang-kacangan).
Sayuran dan buah juga banyak mengandung vitamin
dan mineral yang baik untuk daya tahan tubuh.
Alergi memang masalah umum yang dijumpai pada
anak-anak tapi sebaiknya tidak diabaikan karena dapat mengganggu tumbuh kembang
anak. Salah satu bentuk tidak mengabaikan alergi adalah menghindarkan anak dari
makanan yang membuatnya alergi.
Alergi adalah bentuk reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat lain yang dianggap berbahaya walapun sebenarnya tidak.Ada berbagai macam pemicu alergi namun yang sering ditemui pemicunya adalah makanan. Pada umumnya anak-anak mengalami alergi pada tahun pertama. Alergi yang ditimbulkan bermacam-macam begitupun makanan pemicunya.
Anak yang memiliki daya tahan tubuh baik akan
memiliki ketahahan terhadap alergi, hal ini didukung berbagai review dan
panduan, seperti dijelaskan dr. Endah; bahwa terdapat bukti bahwa pemberian prebiotik
akan bermanfaat dalam pencegahan dan terapi alergi. Namun pemberian satu jenis prebiotik
(satu jenis sayuran/buah) tidak bisa memberikan manfaat secara keseluruhan bagi
kekebalan tubuh, diperlukan berbagai macam serat (sayuran/buah yang diberikan
harus bervariasi).
Cara mengetahui pemicu alergi pada anak
Jika si kecil mengalami alergi, segera cari
tahu pemicunya. Ada dua cara pertama, tes makanan, dengan cara memberikan makanan pada anak
lalu lihat reaksinya. Setiap hari anak diberikan makanan berbeda yang kira-kira
menjadi pemicu alerginya lalu diamati reaksinya, jika terjadi alergi berarti makanan itu harus dihindari. Jenis-jenis makanan pemicu alergi diantaranya keju,kacang-kacangan, susu sapi, sea food.
Cara kedua adalah dengan tes yang dilakukan
oleh dokter anak sub spesialis alergi.
Alergi dan tumbuh kembang anak
Alergi yang dialami anak tidak hanya mempengaruhi kesehatan fisiknya seperti ruam kulit, mencret, bersin, batuk atau pilek tapi secara psikologi juga terganggu. Karena sering sakit aktivitas anak di luar rumah berkurang, ada juga yang karena alergi badan anak menjadi lemah sehingga sering tidak ikut kegiatan ini itu di sekolah atau karena alergi membuatnya bolak balik ke rumah sakit.
Dampak psikologi ini juga dirasakan orangtua
yang memiliki anak alergi. Pengalaman saya pribadi juga, anak pertama dulu
alergi, jadi kaki dan tangannya sering gatal, timbul bintik merah. Jika mau
tidur rewel karena gatal. Karena sering kambuh kami memeriksakan alerginya
ternyata alergi debu. Sejak itu kami lebih sering ganti seprei, gorden dan
membersihkan lantai rumah.
Anak kedua memiliki asma, selama kami pantau
asmanya kambuh jika kelelahan. Jadi kegiatan fisinya sedikit kami batasi.
Kamipun memberikan terapi renang untuk memperkuat paru-parunya.
Ada kerepotan, kekhawatiran bahkan panik jika asmanya kambuh belum lagi biaya yang harus dikeluarkan jika harus membeli/mengganti inhaler.
Seperti diungkapkan psikolog anak Anastasia Satriyo, M.Psi., berdasarkan
penelitian 41% orang tua yang memiliki anak dengan kondisi alergi melaporkan
dampak yang signifikan pada tingkat
stress.
Lebih jauh Anastasia mengatakan, gangguan
alergi akan berdampak pada fisik,sosial dan kognitip anak. Kondisi
psikologis yang berpeluang terjadi pada
anak-anak dengan kondisi alergi yang mengakibatkan gangguan daya ingat, sulit
bicara, konsentrasi kurang, hiperaktif dan lemas, anak akan cenderung kurang
percaya diri saat bersosialisasi dengan teman sebayanya.
Tips dari Anastasia untuk para ibu yang
memiliki anak alergi, pertama, jangan panik saat anak alergi tapi konsultasikan
ke dokter. Kedua, tetap dukung anak dengan tetap memberikan stimulasi sesuai
tahapan pertumbuhannya.
Anastasia juga menganjurkan orangtua dengan
anak alergi untuk berlatih tiga hal berikut;
- Mengelola emosi dengan latihan
nafas sadar dan rileks
- Berlatih menamai emosi-emosi
yang kita rasakan sehingga bisa membantu anak menamai emosi yang muncul.
- Anak merasa orangtua menerima
dan memvalidasi emosinya.
Pada webinar ini juga ada sharing pengalaman dari Mam Oktavia Sari Wijayanti yang memiliki anak alergi. Caranya Mam Oktavia menghadapi anak alergi adalah mencari pemicunya, perhatikan asupan serat, hindari anak dari pemicu alergi dan konsultasi dengan dokter untuk penanganan tepat alergi si anak.
Sebagai perusahaan yang memiliki komitmen mendukung pemenuhan gizi seimbang pada anak, Danone tidak hanya menyediakan produk bergizi yang dibuat khusus untuk membantu menjawab tantangan kebutuhan gizi pada anak, termasuk rangkaian produk nutrisi tinggi serat dan secara berkesinambungan memberikan edukasi mengenai gizi, seperti diungkapkan Arif Mujahid, Corporate Communications Director Danone Indonesia.
Melalui berbagai inisiatif dan inovasi yang
dilakukan Danone, diharapkan akan semakin banyak anak Indonesia yang dapat
tumbuh menjadi Anak Hebat yakni anak cerdas emosi, cerdas sosial, cerdas
intelektual dan sehat secara fisik.