Keluarga Tangguh Finansial dengan Asuransi Syariah
Assalamualaikum,
Apa kabar teman-teman? Tak terasa sudah dipenghujung tahun. Bagaimana kabar resolusi teman-teman tahun ini dan rencana resolus tahun depan? Termasuk resolusi tentang keuangan keluarga, tentunya.
Keluarga tangguh finansial dengan asuransi syariah |
Masih berusaha konsisten menabung? Mencari income tambahan biar bisa menabung? Samaa. Lelah? Iyaaa. Tapi bahagia kalau pendapatan cukup memenuhi kebutuhan malah bisa berbagi. Ada satu hal yang memotivasi saya dan suami untuk bekerja
keras dan cerdas agar bisa nabung dan memiliki asuransi, yaitu agar kelak saat usia pensiun bisa
mandiri secara finansial, tidak membebani anak-anak. Kami tidak mau anak-anak
mengalami apa yang kami alami, yaitu menjadi generasi sandwich. Teman-teman pernah
mendengar istilah generasi sandwich? Bisa Googling yang untuk mencari tahu.
Saya paham banget diberi kesempatan lebih membantu orangtua itu besar banget pahalanya dan membawa keberkahan, keberkahan itu juga yang kami rasakan. Tapi kami ingin kelak anak-anak tidak seperti itu, cukup memberi bukan bertanggung jawab. Karena memberi dan menanggung tanggung jawab itu satu hal berbeda, bukan hanya berbeda nominalnya tapi ‘rasanya’ heuheu. Bukannya ga ikhlas sama orangtua tapi jujur di awal-awal nikah jadi generasi sandwich itu berat karena penghasilannya masih umr. Lho kok jadi curhat? Sekedar sharing aja ya. Pengalaman yang membuat Pak suami dan saya semangat mencari cuan hehehe. Buat teman-teman yang mungkin posisinya sama, semangat ya. Hikmahnya jadi generasi sandwich adalah terbiasa mandiri secara finansial.
Selasa kemarin, 26 Oktober saya berkesempatan mengikuti Blogger Gathering bersama Prudential Indonesia, webinar yang diselenggarakan dalam rangka Bulan Inklusi Keuangan, dengan mengambil tema Membangun Keluarga Yang Tangguh Secara Finansial Melalui Asuransi. Narasumber yang hadir pada acara itu adalah Bapak Luskito Hambali Chief Marketing and Communications Officer Prudential Indonesia, Bondan Margono selaku Head of Sharia Strategic Development Prudential Indonesia, dan Aliyah Natasya Financial Advisor dengan MC sekaligus moderator Mak Elly Nurul, salah satu admin Kelompok Emak-emak Blogger.
Ada data menarik yang dipaparkan Pak Luskito, berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bahwa tingkat pemahaman literasi keuangan perempuan hanya 36.13%. Ga sampai 50%? Padahal perempuan jika sudah berkeluarga paling berperan dalam mengatur keuangan keluarga, Jadi bisa dibilang ditangan ibu/istrilah letak kesehatan keuangan keluarga. Jadi idealnya perempuan harus lebih melek finansial. Kira-kira kenapa pemahaman literasi keuangan perempuan rendah ya?
Apa mungkin karena perempuan lebih banyak menggunakan perasaan daripada logika? Saya jadi ingat waktu suami ingin memiliki asuransi jiwa, saya tidak setuju dengan alasan karena kesannya kayak mendoakan yang nggak-nggak.
Jadi ikut webinar kemarin itu tercerahkan kembali dengan logika-logika yang pernah dipaparkan suami kalau lagi ngobrolin soal keuangan keluarga dan menjawab pertanyaan kenapa asuransi itu penting sebagai bentuk ikhtiar memberi rasa aman secara finansial pada keluarga, terutama jika penanggung jawab keluarga ada apa-apa sementara anak masih butuh biaya untuk hidup dan pendidikan.
Ada 6 hal yang membuat memiliki asuransi penting untuk ketahanan finansial keluarga seperti yang dipaparkan pada webinar kemarin, yaitu;
6 alasan kenapa asuransi penting |
Kita semua tahu, hidup itu ga selalu berjalan mulus, ada ujian yang diberikan Sang Maha Pengatur. Ujian yang memiliki resiko. Mau mengambil resiko dengan segala konsekuensinya, menghindari resiko atau meminimalisir resiko? Keberadaan asuransi untuk meminimalisir resiko.
Asuransi Syariah
Asuransi riba gak sih? Ini pertanyaan umum teman-teman beragama muslim termasuk saya.
Perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional menurut Pak Bondan Margono selaku Head of Sharia Strategic Development Prudential Indonesia adalah terletak pada prinsipnya. Prinsip Asuransi Syariah adalah tolong menolong.
Asuransi syariah berprinsip saling melindungi dan tolong-menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk asset dan atau Tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah.
Sedangkan Asuransi Konvensional pada prinsipnya mengalihkan resiko.
Karena perbedaan prinsip ini, akad pada Asuransi Syariah adalah Tabarru' (tolong-menolong) sedangkan pada Asuransi Konvensional adalah akad jual-beli.
Pada Asuransi Syariah karena berprinsip Tabarru', beberapa orang yang memiliki asuransi ini dananya digabung dan digunakan sebagai dana Tabarru, dan digunakan jika salah satu peserta tertimpa musibah (mengklaim). Dalam Asuransi Syariah peran perusahaan asuransi sebagai pengelola dana Tabarru' dan mencari peserta lebih banyak agar dana Tabarru terkumpul banyak. Akad antara sekumpulan peserta dan perusahaan asuransi disebut wakalah bil ujarah'.
Oh ya Asuransi Syariah saat ini banyak diminati tidak hanya oleh orang muslim lho, karena sifatnya universal dan adil.
Berikut perbedaan Asuransi Syariah dan Asuransi Konvensional;
Asuransi Syariah vs Asuransi Konvensional |
Ada tiga hal yang dihindari dalam Asuransi Syariah itu Riba, Ghoror dan Maysir. Istilah Riba mungkin sudah tidak asing bagi teman-teman yaitu tambahan yang terjadi pada transaksi atau jual beli yang tidak memenuhi ketentuan syariah. Misal pinjam uang 2000 harus dibayar 4000 atau bayar sedikit dapatnya banyak.
Gharar adalah ketidakpastian yang tidak diperbolehkan jika terjadi pada kontrak komersial atau jual beli.
Maysir adalah taruhan yang menempatkan keuntungan salah satu pihak menjadi kerugian pihak lain diakibatkan transaksi tersebut.
Asuransi Syariah, Melindungi Keluarga dari Resiko Finansial
Setelah mendengar pemaparan pentingnya asuransi jadi ingin memiliki asuransi, tapi bagaimana caranya, masih banyak kebutuhan lain? Berbicara soal kebutuhan memang tidak akan ada habisnya ya. Terlebih jika sudah bingung menentukan kebutuhan dan keinginan, ini biasanya terjadi saat ada diskon hahaha. Jadi kalau tidak dikelola dengan baik, tidak menentapkan budget pengeluaran perbulan, alamat ambyar. Boro-boro nabung atau asuransi.
Ada mitos yang selama ini berkembang di masyarakat;
Mitos, mengelola keuangan pribadi adalah hal yang sulit.
Fakta, hidup akan lebih sulit dan dipenuhi penyesalan jika tidak mengendalikan dan mengelola keuangan.
Mitos, berinvestasi ketika uang sudah banyak dan mencapai hal-hal tertentu.
Fakta, semakin dini memulai investasi semakin banyak waktu untuk membuat uang bertambah. Yang harus dilakukan saat akan berasuransi.
Mitos, mengelola keuangan pribadi adalah hal yang sulit.
Fakta, hidup lebih sulit dan dipenuhi penyesalan jika tidak mengendalikan diri dan mengelola keuangan.
Berdasarkan hasil sebuah survey 75% perempuan berusia < 45 tahun membuat keputusan finansial baik yang sudah menikah ataupun masih single. Perempuan juga merupana investor yang lebih baik dari laki-laki karena teliti, waspada, lebih hati-hati dan selalu melakukan riset sebelum melakukan investasi.
Ada tips mengatur keuangan yang dipaparkan mbak Aliyah Natasya, yaitu membuat budget pengeluaran untuk satu bulan dan mencatat pengeluaran. Seperti ini contoh budgeting bulanan.
Budget pengeluaran |
Budget pengeluaran perbulan yang kita tentukan akan menjadi pegangan setiap kita akan mengeluarkan uang. Sementara mencatat pengeluaran berguna agar jika terjadi kebocoran (pengeluaran) bisa terdeteksi? Kenapa nih bocor? Karena desakan kebutuhan atau keinginan?
Perlu ga sih asuransi jika sudah memiliki investasi? Menurut mba Aliyah masih perlu karena investasi tidak sama dengan memiliki asuransi. Investasi tidak bersifat memberi perlindungan.
Bagaimana memulai asuransi?
Berikut kelebihan Asuransi Syariah;
Pada sesi Q & A, ada pertanyaan, yang sangat mungkin jadi pertanyaan banyak orang yaitu, jika dana terbatas, sebaiknya asuransi apa yang diambil?
Menurut mba Alisya dan Pak Bondan, asuransi jiwa penanggung jawab keluarga sebaiknya menjadi prioritas karena jika suatu hal yang tidak diinginkan terjadi pada penanggung jawab keluarga, anggota keluarga yang ditinggalkan memiliki bekal.