Kisah pilu dari
negeri tetangga
Saya yakin, perasaan marah,
sedih, miris dan sesak yang saya rasakan dan bergumal jadi satu dalam hati, saat membaca berita mengenai selembaran iklan
obral murah jasa pembantu rumah tangga asal Indonesia (TKW) di http://www.voaindonesia.com/content/migrant-care-iklan-tki-on-sale-tidak-boleh-ditoleransi/1535294.html
dirasakan juga warga Indonesia lain, terutama kaum perempuan dan ibu. Berita
itu dimuat situs VOA Indonesia pada pada
tanggal 29 oktober 2012.
Berikut adalah
berita yang saya kutif dari VOA; Selembaran itu ditempel di arena publik
seperti jalan, di depan toko dan depan kedai. Menurut Direktur Eksekutif
Migrant Care Anis Hidayah, persoalan iklan ini harus dibicarakan secara serius
kepada pemerintah Malaysia dan negeri jiran itu menurut Anis harus memintaa
maaf. Selain itu pemerintah Indonesia, juga harus aktif menekan
Pemerintah Malaysia untuk menyelidiki kasus selebaran itu.
Ini memang bukan kekerasan fisik
seperti yang kerap dialami TKW tapi sama
menyakitkannya dengan berita pemukulan, penyiksaan, pecehkan yang dilakukan
para majikan TKW tapi sama menyakitkannya. TKW dianggap komoditas layaknya
barang.
Berikut adalah data dari Migrant
Care:
Data resmi yang yang dikeluarkan
pihak KBRI Arab Saudi dan KBRI Kuwait, jumlah buruh migran yang melarikan diri
ke KBRI untuk mencari perlindungan dari tindak kekerasan dan perkosaan majikan
mencapai sekitar 3.627 orang pertahun. Belum termasuk puluhan mayat buruh
migran Indonesia yang meninggal dan tidak bisa segera di kirim ke ahli waris
Indonesia.
Di Malaysia, politik anti migran pemerintah Malaysia merepresi buruh migran Indonesia yang tidak berdokumen di Malaysia. Untuk mengusir buruh migran Indonesia tak berdokumen, pemerintah Malaysia tak hanya menerbitkan peraturan tertulis juga melancarkan Ops-Nyah yang mengerahkan tentara dan polisi Malaysia bersenjatakan lengkap.
Di Malaysia, politik anti migran pemerintah Malaysia merepresi buruh migran Indonesia yang tidak berdokumen di Malaysia. Untuk mengusir buruh migran Indonesia tak berdokumen, pemerintah Malaysia tak hanya menerbitkan peraturan tertulis juga melancarkan Ops-Nyah yang mengerahkan tentara dan polisi Malaysia bersenjatakan lengkap.
Di Hongkong TKW menerima gaji
dibawah standar. Di Taiwan banyak gaji yang tidak dibayar dan PHK sepihak. Di
Singapura, selain penyelundupan, kerentanan yang dialami oleh buruh migran
ditunjukkan dengan banyaknya angka kematian. Semester pertama tahun 2007 ini, sudah
120 buruh migran Indonesia meninggal dunia.
Pulang ke tanah air, di Terminal khusus buruh migran Indonesia, praktek pemerasan berlangsung secara sistematik, baik yang bersifat resmi maupun liar.
Pulang ke tanah air, di Terminal khusus buruh migran Indonesia, praktek pemerasan berlangsung secara sistematik, baik yang bersifat resmi maupun liar.
Nyatanya, berita duka itu tidak menyurutkan langkah para
perempuan di beberapa daerah untuk
mengadu nasib di luar negeri.
Dari data Badan Nasional
Penempatan dan Perlindungan Pra-Pemberangkatan (BNP2TKI) pada tahun 2008 jumlah
TKI 4,3 juta di mana 72% adalah
perempuan dan 92% bekerja sebagai PRT. Dan menurut data Organisasi Badan buruh
Internasional (ILO), tahun 2009, 6 juta PRT berasal dari Indonesia.
Artinya terjadi peningkatan dan
peningkatan ini memang terjadi dari tahun ke tahun.
Kenyataan ini bertolak belakang
dengan perkembangan ekonomi Indonesia yang dinilai mengalami meningkatan,
bahkan menurut salah satu pengamat ekonomi Indonesia dari Univeristas
Indonesia, dalam sebuah seminar ekonomi beberapa waktu lalu, menyebut Indonesia
adalah negara yang ‘seksi’ untuk para investor asing, ini dibuktikan dengan masuknya
beberapa perusahaan besar internasional diantaranya perusahaan otomotif yang
tumbuh subur. Indonesia dinilai merupakan market
yang menjanjikan.
Akar Masalah
Pekerja rumah tangga saya yang
berasal dari sebuah desa di kota dodol Garut Jawa Barat. Dia bercerita, perempuan-perampuan
di desanya menikah mulai usia 13 tahun dan menyandang status janda sebelum usia
20 tahun. Perceraian umumnya di picu karena kekurang dewasaan mereka menghadapi
masalah dan faktor ekonomi. Rata-rata pemuda di desa ini bekerja ke kota
sebagai kuli dan buruh bangunan.
Sedangkan perempuan sebagai buruh tani, bercocok tanam ala kadarnya atau
pekerja borongan memayet kerudung atau membuat bulu mata dengan ongkos lima
ratus rupiah persatu barang.
Ketika perceraian terjadi atau
karena dorogan ekonomi, para perempuan ini memutuskan menjadi pekerja rumah
tangga di kota atau ke luar negeri. Walaupun untuk bekerja ke luar negeri
mereka harus menggadaikan atau menjual tanah leluhur.
TKW yang sukses bekerja di luar negeri dibuktikan
dengan membangun rumah yang besar dan memiliki beberapa sepeda motor.
Kesuksesan yang memicu perempuan lain untuk melakukan hal yang sama.
Cerita yang hampir serupa saya
dengar dari mama saya sendiri sepulang beliau dari kampung halamannya di Jawa
Timur, katanya banyak perempuan sana yang menjadi TKW ke Hongkong dan
Singapura.
Negara kita ‘seksi’ tapi kesenjangan
sosial di negeri ini pun mengalami peningkatan, begitu kurang lebih sang
pengamat ekonomi berkata.
Artinya jurang pemisah antara di
kaya dan si miskin semakin dalam. Kemiskinan dan kebodohan.
Perlindungan hukum
dari negara dan Berani membuat target
Masalah beragam penyiksaan
termasuk pelecehan gaya baru, menganggap
tenaga kerja Indonesia sebagai barang dagangan dan bukan manusia seperti
dalam selebaran iklan yang beredar di Malaysia adalah karena minimya perlindungan yang diberikan oleh
Negara.
Sejatinya sikap tegas pemerintah setiap kali pelanggaran hukum terhadap TKW
terjadi bukan sekedar ditunjukkan dengan retorika, hanya dijadikan debat politik
dan adu argumen. Tapi diikuti langkah nyata seperti membekali para TKW dengan
pengetahuan mengenai hak-haknya sebagai buruh migran dan memberi mereka
kemudahan akses melapor jika hak mereka
di langgar. Jangan sampai karena
alasan politik, pemerintah mengalah secara halus pda negara tetangga padahal
persoalan TKW adalah masalah harga diri bangsa.
Langkah kedua, sudah saatnya pemerintah membuat target untuk
mengurangi jumlah pengiriman TKW ke luar negeri sertiap tahunnya. Dengan target
besar, dalam lima atau sepuluh tahun, tidak adalagi pengiriman TKW ke luar
negeri kecuali sebagai tenaga profesional.
Bukan langkah mudah tapi harus
berani memulainya karena sebenarnya target penghentian pengiriman tenaga non
profesinal ke luar negeri sejalan dengan pembangunan nasional, yaitu
mencerdaskan dan memakmurkan masyarakat.
Merentas Harapan
- Pendidikan murah berkelanjutan dan pencarian bakat
Melanjutkan
cerita pekerja rumah tangga saya. Di desanya, sekolah cukup sampai sekolah
dasar, karena untuk masuk smp, walaupun gratis, mereka tetap harus membeli buku
ditambah lagi untuk mencapai smp terdekat, mereka harus berjalan kaki selama
kurang lebih setengah jam.
Sekolah
menengah atas adalah kemewahan yang sia-sia karena tidak menjamin mereka
mendapat pekerjaan layak.
Dengan
pembangunan yang belum merata sampai ke desa-desa, ijasah mereka tentu tak ada
artinya terlebih jika ijasah itu di bawa ke kota. Ujung-ujungnya tetap sebagai
kuli di kota. Alasan yang logis ketika akhirnya mereka memilih menikahkan anak
gadis mereka di usia muda.
Data UNESCO tahun 2011, di Indoensia kelompok usia sekolah, sedikitnya
setengah juta anak usia sekolah dasar (SD) dan 200 ribu anak usia
sekolah menengah pertama (SMP) tidak dapat melanjutkan pendidikan.
Fenomena ini memengaruhi rendahnya education development index Indonesia yakni peringkat 69 dari 127 negara.
Pendidikan gratis atau murah berkelanjutan (sampai jenjang perguruan tinggi) menjadi keharusan di dukung pencarian bakat anak-anak daerah yang berprestasi, tanpa melihat gender, untuk mendapat beasiswa sekolah ke kota besar.
Pendidikan gratis atau murah berkelanjutan (sampai jenjang perguruan tinggi) menjadi keharusan di dukung pencarian bakat anak-anak daerah yang berprestasi, tanpa melihat gender, untuk mendapat beasiswa sekolah ke kota besar.
- Membantu mereka menggali potensi desa dan membangun jiwa entrepreneur
Pekerja rumah
tangga saya, sempat terkejut ketika kami menyajikan kacang mete sebagai
penganan di hari lebaran. Dan keheranan ketika saya katakan kalau emping
terbuat dari buah melinjo dengan proses yang sederhana. Di desanya banyak
tumbuh jambu mede liar dan bijinya dianggap sampah. Begitu pun buah melinjo. Giliran
saya yang mengerutkan kening, karena kedua penganan itu harga perkilogramnya
lumayan.
Setiap daerah
memiliki potensi tapi kebanyakan warganya tidak tahu dan di dalam diri mereka
pun tidak ada jiwa entrepreneurship.
Ini bukan
hanya tugas pemerintah tapi setiap warga Indonesia yang peduli dan memiliki
akses dan pengetahuan itu menyebarkannya ke daerah-daerah. Termasuk saya, yang menyarankan
prt kami mengumpulkan biji jambu mete yang telah dikeringkan dan saya bersedia
menjadi penampungnya.
- Membentuk Lembaga Pendidikan Keterampilan agar semua perempuan desa berdaya
Kursus
menjahit di daerah umumnya mahal karena jika perempuan bisa menjahit mudah mendapat
pekerjaan di perusahaan konfeksi. Tapi kemampuan menjahit untuk membuka jasa
menjahit pakaian sendiri bukan pilihan bijak karena ongkos jahit dinilai mahal
dibanding membeli baju jadi yang harganya super murah.
Menggerakkan program PKK secara kontinyu dan berkelanjutan ke desa – desa dengan
keterampilan yang variatif dan disesuaikan dengan permintaan pasar.
- Sosialisasi kesehatan reproduksi dan pentingnya pendidikan
Pilihan
menikah di usia dini (mulai 13 tahun) selain karena faktor ekonomi juga karena
keterbatasan pengetahuan soal kesehatan organ reproduksi. Mereka tidak tahu jika
organ reproduksi anak belum siap untuk melakukan hubungan seks, hamil dan
melahirkan. Secara psikologis anak pun belum siap berumahtangga, tak heran jika
usia pernikahan umumnya pendek. Untuk itu penting mensosialisasikan dampak
negatif menikah di usia dini dan ini bisa dilakukan melalui program posyandu.
Kesuksesan
seorang warga yang mencari nafkah di
kota atau luar negeri umumnya tidak menggerakkan orang tersebut untuk
memberikan pendidikan layak (sekolah) pada anak - anaknya. Artinya, sekolah
atau pendidikan tidak menjadi skala prioritas walaupun mereka mampu. Hal ini
karena mereka masih menggunakan pola pikir lama, bahwa sekolah tetap berujung
menjadi kuli di kota. Peran guru menjadi penting yaitu menanamkan pola pikir
baru pada anak-anak didiknya bahwa menuntut ilmu sepanjang hayat adalah penting
dan dianjurkan dalam agama karena ilmu yang membentuk masa depan mereka, dunia dan akhirat.
Tulisan ini diikutsertakan dalam kontes blog VOA
*foto-foto diunduh dari google
referensi : situs voa Indonesia
situs migran care
kementrian pendidikan dan kebudayaan
*foto-foto diunduh dari google
referensi : situs voa Indonesia
situs migran care
kementrian pendidikan dan kebudayaan