Sahabat yang datang
dan pergi
Persahabatan saya berganti, seiring usia, aktivitas dan tempat tinggal. Saat merantau ke Jakarta (pindah
kerja dan ikut suami) berlahan dan tanpa sengaja persahabatan dengan teman –
teman sebaya di lingkungan rumah berlahan memudar – kami bersahabat sejak
sekolah dasar hingga masing – masing dari kami kuliah dan bekerja – saat salah
satu dari kami menikah, kami ikut bantu dan jadi pagar ayu. Persahabatan yang
paling seru karena kami melewati masa pubertas hingga jatuh cinta serius
(sampai menikah) bersama. Kami tidak selalu satu sekolah tapi tetap bersahabat dan karena kami anak – anak ndeso, kami tidak mengalami masa – masa galau pengen
ngedugem, nyoba pacaran aneh – aneh atau berkelakuan aneh. Salah satu yang jadi
kehebohan kami saling tukar pinjam novel Agatha Christie, majalah gadis, bukunya
lupus, dan novel – novel cinta jaman itu heheheh.
Jika mudik pun hanya sesekali
bertemu, sebenarnya selalu ingin bertemu mereka tapi apa daya ada kalanya
setelah begitu bersemangat membuat janji batal kumpul karena mendadak ada acara
keluarga masing – masing. Kini saat bertemu di media sosial hanya sekedar hai
dan like. Bukan karena tidak ingin ngobrol tapi kalau obrolan panjang kan
enaknya face to face.
Setelah belasan tahun tidak bertemu mudik kemarin bertemu teman saat kuliah, kami tidak kampus, teman nongkrong di sebuah toko buku |
Masuk dunia kerja saya menemukan sahabat – sahabat baru, aktif jadi blogger bertemu sahabat baru. Pindah tempat tinggal bertemu sahabat baru. Jadi macan ternak bertemu sahabat baru.
Menemukan sahabat memang tidak
mudah karena biasanya harus ada kesamaan dan chimestry. Biasanya kesamaan minat
yang membuat kami bersahabat dan tidak harus selalu kesamaan minatnya itu
menulis atau blogger hehehe.
Bersahabat dengan lawan jenis setelah menikah? Saya tidak
Setelah menikah saya tidak punya
teman apalagi sahabat lawan jenis. Saya berprinsip tidak
ada persahabatan/pertemanan dengan lawan jenis setelah menikah. Kalau saya
bergabung dengan WAG teman kuliah atau sma, obrolan hanya di grup tidak pernah
japri pun kalau bertanya suatu hal pada seseorang, saya memilih nanya di grup.
Ikut kopdar kalau rame – rame dan masing – masing biasanya membawa keluarga.
Alasan saya menghindari berteman
dengan lawan jenis setelah menikah, khawatir obrolan jadi mendalam lalu timbul
simpati lalu seperti kata pepatah soko kulino jalaran tresno, karena
sering bertemu jadi jatuh cinta (jaman sekarang bertemu tidak harus secara
fisik obrolan mendalam via WA bisa memunculkan benih cinta) dan menurut agama
yang pahami, nafsu itu mudah banget diletupkan apalagi dalam hubungan lawan
jenis. Bukan kebetulan saya dan Pak suami sama – sama tidak punya mantan, jadi
sejauh ini tidak ada teman dari masa lalu yang bikin baper hehehe.
Memiliki teman/sahabat bagi saya hal penting
Saya bukan termasuk orang yang
supel, tidak terlalu pandai basa – basi, malah sejak kecil orang selalu bilang
saya jutek hahaha. Sebenarnya karena saya tidak pandai membuka pembicaraan,
memilih diam dan sedikit pilih – pilih kalau berteman, mencari yang memiliki
kesamaan frekuensi, istilahnya. Walaupun
tidak supel saya tipe yang butuh teman dan senang berteman. Dan lima hal
berikut yang membuat saya merasa harus memiliki teman atau sahabat walaupun
sudah menikah.
Teman ngobrol
Tidak harus ngobrolin hal penting, kalau bertemu bu tetangga atau sesame macan
ternak, kita tidak pernah ngobrolin politik atau gosip selebritis. Obrolan
pasti seputar sekolah anak – anak, sharing kalau anak sakit, komentari harga
kebutuhan di pasar.
Teman saling
menginspirasi
Berteman dengan macan ternak
tidak selalu ngobrolin harga tas, baju atau kosmetik lho, mungkin itu
tergantung levelnya hahaha kita mah macan ternak non sosialita. Contohnya pagi
berfaedah hari kamis minggu lalu saya dan macan ternak lain dijamu sarapan
(habis mengantar anak sekolah), ngobrolin belajar jahit autodidak, bikin
gorden, seprei dan taplak meja sendiri.
Dalam satu tahun ajaran hanya 2 atau 3 kali kumpul rujakan dengan para mama cantik antar anak di sekolah TK adik, sekalian ngebahas kegiatan sekolah anak - anak |
“Kalau bikin seprei atau gorden cuma
lurus doank. Kalau bikin gamis aku belajar dari youtube,” Ujar mommy Bara. Saya lihat gorden kolong dapur bikinannya yang
rapih. Jadi terinspirasi mencoba mesin jahit di rumah yang sudah terpajang
manis di ruang perpus selama setahun. Dipake kalau Ibu ke rumah karena saya
tidak bisa memakainya. Gara – gara bertemu
macan ternak kemarin, saya mulai deh coba – coba dan merasa harus bisa menjahit, minimal menjahit yang lurus - lurus semisal membuat gorden dan taplak meja.
Teman penyemangat mencari ilmu
Gabung di majelis talim orang tua
murid sekolah si sulung, majelis talim khusus perempuan. Alhamdulillah
kesampaian belajar tahsin lagi – terakhir belajar tahsin waktu kuliah dan sudah
banyak yang lupa. Jadi semangat juga
mengikuti kajian keagamaan karena membaca buku sendiri sudah mulai malas
hehehe.
Teman satu minat/hobi
Hobi nulis di blog, motret,
koleksi anggrek dan tanaman hias (sekalian jualan), menemukan teman hobi di media sosial. Sesekali kopdar.
Alhamdulillah Pak suami mendukung
kalau saya kopdar dengan teman – teman sesama Ibu – ibu yang sehobi. Malah
mendorong untuk melakukannya secara rutin karena katanya berteman membuat berkembang.
Dan hiburan juga sih masa iya harus ngurusin urusan dapur, sumur dan kasur
melulu hehehe. Aktualisasi diri bagi IRT macam saya walaupun bukan hal urgent tapi penting agar tetap bahagia,
nggak gampang stress dan tidak melulu mikiran pekerjaan rumah dan anak – anak .
Happy mom happy family.
Tulisan ini merupakan bagian dari #KEBloggingCollab dari Grup Butet Manurung dengan Post Trigger tentang Persahabatan Setehah Menikah di Web KEB ditulis oleh Mak Ophi Ziadah Pemilik http://www.ophiziadah.com
Di Grup Butet Manurung juga ada tulisan tentang find your girlfriends in life Batas persahabatan lelaki dan perempuan ,