Baduy Craft, Inovasi Pemuda Suku Baduy Menembus Pasar Global
“Mama tahu suku Baduy?”
“Ya tahulah.”
“Kita ke sana yuk jalan-jalan. Tadi guru aku di
sekolah cerita tentang suku Baduy, aku jadi pengen ke sana deh,” celoteh si
sulung beberapa minggu lalu.
Sebelum dia mengutarakan keinginannya saya pun ada
niat mengajak mereka ke sana bukan sekedar jalan-jalan berwisata tapi
mengenalkan salah satu suku dan budaya asli Indonesia yang sedikit tersentuh
perubahan jaman dan bagaimana mereka
hidup berdampingan dengan alam dengan selaras, mengambil dari alam untuk
kehidupan sehari-hari seperlunya dan mengelolanya agar berkesinambungan. Ini
akan selaras dengan isu bagaimana menjaga lingkungan.
Tentang Suku Baduy
Suku Baduy merupakan salah satu suku sunda yang berada di Lebak Provinsi Banten, mereka menyebut diri sebagai urang Kanekes (urang dalam bahasa Indonesia berarti orang). Suku ini memegang teguh adat istiadat mereka secara turun temurun. Populasi suku Baduy sekitar 26.000 dan terbagi menjadi dua wilayah yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Baduy Luar sudah tersentuh kemajuan jaman, mereka sudah mengakses listrik, diperbolehkan memiliki handphone, bisa mengakses internet (walaupun tidak semua wilayah Baduy Luar terjangkau internet), mereka mengenal sabun dan sampo untuk mandi, boleh menggunakan pakaian berwarna dan kaos. Namun pengaruh luar itu diperbolehkan dengan batasan tertentu. Sedangkan Baduy Dalam, melarang sentuhan kemajuan/dunia luar. Tidak diperbolehkan menggunakan listrik apalagi handphone, hanya diperbolehkan mengenakan pakaian tertentu dan tidak mengenakan alas kaki, bahkan mereka meminta pemerintah menghilangkan peta mereka dari goggle map untuk mengurangi kunjungan wisatawan, untuk menjaga kemurnian budaya dan adat suku Baduy.
Dengan sedikitnya akses mereka terhadap dunia
luar bagaimana mereka bertahan, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Mereka
memanfaatkan alam dengan bercocok tanam, berternak dan memenuhi kebutuhan
sandang seperti pakaian mereka menenun sendiri begitupun seperti tas mereka
menganyamnya sendiri. Namun begitu bukan berarti suka Baduy tidak bisa membaca dan menulis lho, mereka belajar membaca, menulis dan bisa berbahasa Indonesia, terutama suku Baduy Luar.
Kerajinan tangan seperti kain tenun, tas
anyaman dsb itu sebagian mereka
perjualbelikan pada wisatawan yang berkunjung ke sana. Namun perputaran
kerajinan tangan itu tidaklah cepat jika hanya mengandalkan wisatawan yang
datang.
Baduy Craft Menjembatani Suku Baduy dan Dunia Luar
Adalah seorang pemuda bernama Narman yang
berasal dari wilayah Baduy Luar, berpikir keras bagaimana caranya agar banyak
kerajinan suku Baduy yang terjual tidak hanya mengandalkan wisatawan yang
datang. Narman percaya jika banyak produk kerajinan suku Baduy terjual
kesejahteraan masyarakat Baduy akan meningkat.
Narman, penggagas Baduy Craft |
Sebagai pemuda yang sudah mengenal handphone
dan internet, Narman belajar berjualan online, ia mempelajarinya secara
otodidak. Saat itu sinyal internet di wilayah Baduy Luar masih terbatas, tak
jarang ia harus berjalan jauh keluar dari wilayah Baduy Luar hanya untuk
mendapat sinyal internet. Usahanya membuahkan hasil, Narman membuka toko online
di beberapa marketplace seperti Tokopedia, Shopee dan mendapat respon positif.
Ia juga membuat akun media sosial untuk produk yang dijualnya. Dan ia menamai
produk jualannya dengan nama Baduy Craft, nama yang dipilih untuk menunjukkan
spesifikasi dan kekhasan yang dijual. Produk-produk itu Narman ambil dari
ratusan pengrajin Baduy, omset terbesar yang pernah diraih Narman sebesar 50
juta. Beragam kerajinan Baduy Craft dibadrol dengan harga
bervariatif tergantung jenis dan tingkat kesulitan membuatnya. Oh ya kain tenun
Baduy dibuat dengan pewarna alami.
Dengan dipasarkannya Baduy Craft secara online,
kerajinan Baduy mulai banyak dikenal orang tidak hanya masyarakat Banten dan
Jawa Barat, juag seluruh Indonesia dan mancanegara. Seperti wastra Indonesia
lainnya, kain tenun Baduy pun memiliki kekhasan tersendiri, dari pilihan warna
hingga motif.
Dari jualan secara online, Baduy Craft diundang mengikuti
beragam pameran untuk mengenalkan produk dan adat suku Baduy.
Narman tidak terlalu memperhitungan keuntungan yang ia dapat, yang terpenting produknya dikenal dan laku dengan keuntungan untuk para pengrajin Baduy. Rasa bahagianya terbayar dengan semangat dan senyum para pengrajin Baduy.
Narman bisa dibilang sukses mengenalkan
dan memasarkan kerajinan khas Baduy
namun bukan tanpa tantangan terutama di masa awal ia mengungkapkan ide itu.
Sebagian masyarakat adat menentangnya karena aturan adat melarang penggunaan
teknologi bagi warga Baduy. Namun
akhirnya masyarakat adat merestui setelah terbukti penggunaan internet
meningkatkan pendapatan dan tidak menggangu orisinalitas budaya Baduy.
Mengintip Produk Baduy Craft
Karena inovasinya Narman mendapat penghargaan
dari Satu Indonesia Award Astra tahun 2018 dengan bidang kewirausahaan.
Penutup kepala suku Baduy, kain biru berbentuk segitiga |
Referensi
Wikipedia.co.id
instagram Baduy Craft
wawancara via WA dengan Narman
Tidak ada komentar