Rihlah Majelis Talim Tarbiyatun Nissa (MT Tarbiyatun Nissa)
Alhamdulillah akhirnya talim offline sudah mulai rutin seiring mulai
aktifnya sekolah anak-anak. Majelis talim yang saya ikuti ini majelis talim
khusus ibu-ibu yang diadakan di masjid sekolah anak-anak, diinisiasi oleh para
wali murid dan didukung pihak sekolah dengan menyediakan tempat (masjid).
Selama pandemi tetap diadakan kajian
tapi secara online dan tidak rutin seminggu sekali.
Sekolah anak-anak berada di bawah yayayan
pendidikan Muhamadiyyah dengan jenjang pendidikan dari TK sampai SMA. Kalau
dihitung-hitung sudah sekitar 6 tahun ikut talim ini rutin seminggu sekali,
sedangkan kelas tahsinnya baru sekitar 3 tahun
seminggu 2 kali dan masih merasa belum ‘bener’ aja baca qurannya heuheu.
Tapi Alhamdulillah ga bosan ikut kelas tahsin, masih ada salah kalau baca. Sayangnya ustadz yang mengajar
tahsin sakit jadi kelp as tahsin belum dibuka lagi secara offline.
Talim rutin seminggu sekali ini diisi
ustadz/ustazah berbeda setiap minggu dengan tema talim juga berbeda, ada tema
fiqih wanita dan keluarga, tauhid, sunnah.
Setiap tahun majelis talim ini mengadakan 2 acara besar yaitu rihlah
atau jalan-jalan (healing kalau bahasa anak sekarang) dan tablig akbar plus santunan yatim yang
diramaikan dengan bazar. Tablig akbar biasanya mengundang ustadz yang kondang,
sedangkan pengisi bazaar diutamakan dari walmur anak-anak sekolah di sini atau ibu-ibu
yang rutin mengaji. Khusus tahun ini santunan anak yatim diprioritaskan pada
anak-anak yang sekolah di sini karena saat pandemi kemarin, beberapa siswa
kehilangan salah satu orangtuanya bahkan ada yang dua-duanya. Sedih banget
kalau ingat ini.
Sebenarnya majelis talim ini terbuka untuk umum
(khusus perempuan) dan banyak bu-ibu yang masih tetap ikut taklim rutin ini
walaupun anaknya sudah lulus atau tidak lagi sekolah di sini.
Perdana ikut Rihlah
Alhamdulillah tahun ini perdana saya ikut
rihlah karena waktunya cocok, anak-anak sudah bisa ditinggal. Eit, rihlahnya ga
menginap ya pergi pagi pulang sekitar margrib dan diadakan hari biasa, bukan weekend, karena ini acaranya bu-ibu
bukan acara keluarga. Jadi sementara anak-anak sekolah kami melipir sebentar,
yang jemput anak-anak Bapaknya hehehe.
Rihah kali ini ke Mesjid Agung Banten dan
Pantai Anyer. Rihlah ini sifatnya tidak
ada paksaan dan di majelis talim ini tidak ada sistem anggota, siapa aja boleh
ikut talim, mau rutin atau sesekali, boleh. Tidak ada seragam khusus, kecuali
untuk tim pengurus talim. Pengurus talim ini beberapa ibu yang membuat jadwal
siapa yang mengisi talim, yang menghubungi ustadz/ustadahnya dsb. Saya bukan
tim pengurus hehehe.
Jadi jangan bayangkan gabung dengan pengajian
bu-ibu di sekolah itu harus seragam, ikut jalan-jalan ya. Semua tergantung
niat, mau gabung pengajian dan jadi tim sosialita atau fokus cari ilmu.
Karena masih dalam suasana pandemi, yang ikut
rihlah dibatasi hanya 30 orang, jadi sistemnya siapa yang cepat daftar bisa
ikut.
Mesjid Agung Banten
dan pantai Anyer
Kumpul dan berangkat dari sekolah jam 6.30,
kami langsung menuju masjid Agung Banten. Perjalanan memakan waktu sekitar 3
jam. Sampai di masjid Agung Banten kami tidak masuk ke mesjidnya karena masjid
hanya dibuka saat jam sholat lima waktu, saya tidak tahu apa itu aturan baru
atau aturan hari biasa karena sekitar 4 tahun lalu saya sekeluarga ke sini bisa bebas masuk
ke masjid untuk sholat.
Kondisi masjid Agung Banten jauh berbeda dengan
kondisi saat pertama saya sekeluarga ke sini sekarang teras mesjidnya luas dan
berkeramik.
Karena tidak bisa sholat duha di dalam masjid,
kami sholat di semacam bale-bale di samping masjid.
Lanjut ke pantai Anyer, kami menyewa vila setengah hari plus pesan makan siang ala prasmanan.
Setelah isoma lanjut seseruan lomba. Karena ini kali
pertama saya ikut rihlan di MT Tarbiyatun Nissa jadi baru tahu kalau ada acara
permainan-permaian seperti ini. Seru dan hiburan banget. Ada lomba bakiak, memasukkan sedotan ke botol
dan permainan benar salah. Semua peserta dapat hadiah. Ada juga hadiah untuk
ibu yang paling rajin ikut talim rutin mingguan.
Tak lupa beli oleh-oleh khas Pantai Anyer
berupa ikan asin, emping dan pete. Banyak ibu-ibu yang menjajakan oleh-oleh ini
di pantai-pantai dan vila (jika diijinkan masuk). Saya tidak beli pete karena
belinya harus seruntui, isinya sepuluh sampai lima belas petai.
Alhamdulillah, ya setelah pandemi akhirnya kegiatan belajar kembali normal bisa rihlah juga..bagus banget kegiatan kajiannya dengan ibu-ibu di sekolah ya mba...jadi nambah ilmu dan teman juga...
BalasHapusSetelah pandemi kini sudah bisa berkegiatan secara offline (Alhamdulillah)
BalasHapusMajelis ta'lim jadi tempat yg positif untuk belajar agama sekaligus bersilaturahmi
MashaAllah~
BalasHapusSenangnya bisa rihlah bersama Ibu-ibu se-syurga, in syaa Allah.
Kompak selalu Ibu-ibu MT Tarbiyatun Nissa. Semakin semangat menimba ilmu dan mengkaji Al-Qur'an bersama.
Raihlah sekalian healing dari aktivitas sejenak ya mba cuma ini bermanfaat bersama sama Tan kajian. Masya Allah
BalasHapusWaah nggak kebayang senangnya bisa kumpul offline lagi setelah pandemi. Semoga makin sering kumpul buat mempererat silaturahmi ya mbak.
BalasHapusMasya Allah, senengnya bisa ikutan Rihlah bahkan sama ke Anyer. Ini bisa banget buat refreshing, biar gak jenuh.
BalasHapusmajlis taklim juga perlu refresing ya mak... Majlis taklim di sini juga punya agenda rutin rihlah setiap tahunnya. Sangat bermanfaat untuk memberikan suasana baru bagi anggota, tidak menoton dengan kajian terus. Tentunya diharapkan setelah rihlah kegiatan ngaji rutinnya tetap jalan dan anggota semakin semangat.
BalasHapusSeru ya mak jalan-jalan bareng temen pengajian gini... apalagi gak perlu lama-lama di jalan makin seru deh... singkat tapi udah pasti dapet nih refreshingnya
BalasHapus