Beberapa Tipe Pembeli Tanaman Hias
Rumah kebun anggrek hias |
Disclimer; Tulisan curhat, ditulis dengan tujuan melepaskan emosi dan biar tetap waras.
Apa kabar teman-teman? Semoga tetap semangat, optimis dan gak bosan berdoa agar pandemi segera berakhir. Kangen jalan-jalan dan silaturahmi dengan orangtua, saudara, sahabat, handaitolan dan teman.
Pandemi membawa banyak hikmah, memaksa orang untuk kreatif agar tetap waras di tengah situasi yang tidak pasti dan khawatir terkena covid.
Alhamdulillah jualan anggrek dan tanaman hias yang saya rintis sejak 2017 boleh intip-intip instagramnya Anggrek.hias jadi salah satu kegiatan yang membuat saya happy dan tetap waras. Saat new normal (sekitar bulan Juni ) selalu ada pembeli yang datang langsung ke kebun, tidak banyak dan tidak tiap hari.
Koleksi tanaman hias |
Awalnya
antusias jika pembeli datang ke kebun, selanjutnya galau karena beberapa
pembeli nawarnya sadis, merendahkan dan songong. Ujung-ujungnya bikin emosi
hahaha.
Tawar-menawar saat jual beli bisa dibilang sudah menjadi budaya di masyarakat Indonesia khususnya kaum Ibu, dan sepertinya ada rasa bangga jika berhasil nawar dengan harga semurah-murahnya. Kalau istilah saya nawar sadis, ditawar dengan 50% sampai 75% dari harga jual. Suka sedih juga sih kalau ditawar sesadis itu, apalagi pake maksa. Saya termasuk yang suka lupa nawar kalau beli apapun apalagi kalau dirasa harganya ga jauh dari harga pasaran,
Bapak-bapak biasanya jarang nawar, kalau nawar wajar dan ga maksa. Tawar-menawar sebenarnya hal wajar, yang gak wajar kalau nawarnya sadis,
Jadi kalau ditanya lebih suka jualan online atau offline ya jualan online. Tapi pernah juga beberapa kali kedatangan pembeli yang loyal, nawar sewajarnya sekali transaksi di atas 1 juta rupiah dan repeat order.
Atas ide pak Suami, saya nulis ini di blog biar ga stress katanya hahahah. Saya memang selalu cerita sama suami setiap ketemu konsumen yang bikin bete atau senang.
Paling senang menghadapi konsumen tipe ini, alhamdulillah saya sudah punya beberapa pelanggan tipe istri sultan. Pembeli tipe ini hampir tidak pernah nawar dan sekali beli banyak, selalu diatas 1 juta sekali transaksi. Suka haru menghadapi pembeli tipe ini, replek mendoakan semoga tanamannya sehat dan rejekinya nambah. Jika repeat order, auto dikasih harga murah (beberapa tanaman saya jual harga dasar sebagai bonus dan biar jadi langganan).
Tipe istri sultan biasanya jarang membeli secara offline, lebih suka online. Narahubung pengantaran/penjemputan tanaman via asisten atau gocar.
Tipe Sosialita dan Bossy
Tipe
pembeli yang suka dilayani bak raja hehehe. Dari penampilan dan gesturnya terlihat bosy (kalau
datang ke kebun). Tangannya tidak mau menyentuh pot, hanya tunjuk-tunjuk, yang
angkut tanaman ke mobil supirnya atau minta tim saya. Nawar sewajarnya dan
tidak minta bonus. Termasuk tipe yang
saya senangi karena royal hehehe.
Tipe nawar sadis, maksa dan minta bonus
Kalau
diingat-ingat probabilitas tipe pembeli ini dengan tipe pembeli lain, kayaknya
lebih banyak tipe pembeli nawar sadis, maksa dan minta bonus. Mungkin karena budaya tawar-menawar sudah
mendarah daging dan merasa menang jika sudah membeli
barang dengan harga tawar serendah mungkin. Duh padahal itu dzalim lho dan
bikin pedagangnya sakit hati, kurang ikhlas.
Itu juga yang saya rasakan jika tanaman ditawar dengan harga ga kira-kira, misal harga pasaran anggrek vanda gantung hybrid antara 180 sampai 250 ribu (tergantung jenis silangan). Mahal amat? karena memang harga dari importirnya (Thailand) udah tinggi. Ditawar 50 ribu. Kalau pun pembeli tidak tahu pasaran anggrek kan bisa memperkirakan, ga mungkin kita beli tanaman 40 ribu dijual 180 ribu atau 250 ribu.
Tanaman hias saya kasih harga 15 ribu, nawarnya 5 ribu. Ya Allah gini amat ini orang. Ga mikir apa harga potnya aja 3 ribu, belum metan, penyiraman tiap hari. Nawar 10% sampai 15% dari harga jual masih okelah, kalau nawar udah 50% sampai 75%, gimana logikanya? Karena pedagang ambil untung paling 25% itu termasuk biaya siram setiap hari. Curcol banget ini 😀.
Kalau curcol ke suami dia komen,"Jangan dipikirin, orang sakit kali itu." Lalu kami ngakak bareng, langsung plong rasanya.
Awal-awal ketemu pembeli seperti ini, saya merasa sedih, kesel dan marah, tapi karena pembeli yang datang ke kebun banyak yang seperti ini, akhirnya woles, biasanya saya bilang, ”Silahkan ibu cek harga pasarannya di tokopedia atau toko lain.”
Kalau dia mengancam tidak jadi beli saya jawab, ”Ga apa-apa ga dibeli, saya jualan online kok.” Lha kalau tetap dijual kan sayanya rugi. Teman-teman yang sudah kenal saya lama pasti bisa membayangkan muka jutek saya waktu bilang begitu, untunglah make masker jadi calon ga bisa lihat.
Udah gak
dikasih maksa, keukeuh, akhirnya tawar menawar berjalan alot, karena tidak
mungkin saya jual tanaman lebih rendah dari harga saya beli (belum termasuk
biaya perawatan). Kalau si pembeli tipe ini akhirnya beli biasanya minta bonus
macam-macam, mungkin merasa rugi karena tawarannya ga mempan, jadi penjual
harus ngasih bonus.
Tipe membanding-bandingkan dengan harga lapak dan marketplace
Sebenarnya
wajar sih membanding-bandingkan harga ditanaman di toko satu dengan toko lain,
dimana-mana orang maunya beli yang murah. Tapi kalau terang-terangan diomongin
di depan kita sebagai penjual kan jadinya pengen ngusir dan bilang,”Sono aja
beli di tokped, 30 ribu daunnya cuma tiga dan layu, baru tahu rasa.” Tapi tentu
gumanan itu hanya terjadi di dalam hati.
Iya saya juga suka beli tanaman di marketplace beberapa kali, yang harganya jauh lebih murah dari pasaran biasanya tidak sesuai foto, difoto rimbun yang datang 3 daun. Difoto besar yang datang anakan.
Ada yang
pernah mengalami?
Jadi pernah yang datang ke kebun berkomentar, ”Saya beli ini dilapak tanaman hias 25 ribu, mba.”
“Iya tapi
kondisinya ga semulus ini kan bu, daunnya ga serimbun ini, masih pake polybag. Ini
rawatan, metannya juga sudah diganti.”
Sebenarnya
ga boleh saya jawab begini, kalau kata suami, bikin capek, biarin aja atau
jawab,”Silahkan beli di lapak aja, Bu.”
Tapi kalau ga komen panjang rasanya
mengkel di hati hahaha.
Tipe nawar angkut
Kejadiannya saat awal-awal new
normal, saat saya ke pasar, ada pembeli datang ke kebun, suami tengah meeting
via aplikasi (WFH) di teras rumah. Semua
anglonema ditawar 25 ribu. Suami bilang ga dijual tetap diangkut. Suami saya
tahu aglonema yang di simpan di teras rumah tidak jual, yang dijual yang
disimpan di green house.
Suami
bilang, dia tidak tahu harganya jadi kalau mau tunggu saya pulang dari
pasar. Tapi tetap diangkut dimasukin ke mobil.
Sebenarnya
suami pengen marah-marah, tapi karena lagi meeting, ga enak.
Dihargai 25 ribu karena katanya masih anakan. Iya memang masih anakan jadi tidak saya jual dan termasuk aglonema jenis mahal. Apalagi saat new normal itu, saya udah mulai mendengar harga tanaman naik termasuk aglonema, jadi saya keep aglo koleksi lama yang cakep-cakep.Duh beneran pengen nangis begitu pulang dari pasar, suami cerita dan rak aglo di teras melompong.
“Katanya
sebelum ke sini dia menelpon tapi ga diangkat.”
Akhirnya
saya buka hp (saya ga pernah bawa telepon ke pasar), memang ada telepon masuk.
Saya wa nomornya, minta kembalikan beberapa aglo saya dan uang ibu saya
kembalikan tapi dia nolak, alasannya karena aglonema saya masih kecil.
Huhuhu kok ada yang orang seperti itu padahal foto profil WA nya islami.
Tipe nawar sewajarnya
Beberapa
kali ketemu dengan pembeli tipe ini, nawar harga tanaman sewajarnya, mungkin
karena sudah tahu harga pasaran tanaman, termasuk tipe yang saya sukai, karena
transaksi berjalan cepat dan ga bikin bete.
Tipe Ngejar bonus
Tipe yang
bikin greget, beli satu atau dua tanaman minta bonus, yang dibeli bukan tanaman
mahal pula hehehe. Udah gitu belinya pake nawar agak maksa.
Begitu di
kasih bonus masih nawar. “Gak mau ini mba, udah punya.”
“Gak mau
ini mba, ini kan murah.” Lha masa tanaman mahal jadi bonus, auto rugi sayah.
Tipe ekonomis
Pembeli
yang mencari tanaman mahal dengan harga
ekonomis dengan resiko tanaman belum pajangable, masih sobek daunnya, jumlah
daun masih sedikit atau ukuran tanaman kecil (anakan). Pembeli tipe ini biasanya
tahu harga tanaman jadi tidak banyak nawar.
Nah ini sebenarnya tipe saya hahaha. Saya kalau beli tanaman untuk koleksi cari yang masih kondisi harus dirawat jadi harganya murah hehehe.
Tipe nawar dengan doa
Kejadiannya
belum lama, dan sepertinya ini pertama kalinya saya bertemu pembeli tipe ini
yaitu nawar dengan doa. Jadi dia nawar dengan suara lembah lembut tapi agak
maksa dan bilang, ”Kasih ya saya
harga sekian, nanti saya doakan, usaha
ibu lancar, laris manis. Beneran saya doain.”
Ehm...maaf ya Bu karena nawarnya dibawah modal ga saya kasih walaupun didoakan.
Selang beberapa hari ibu ini WA kirim foto tanaman, minta jualin tanamannya dengan harga terlalu mahal untuk pedagang (Gimana mau saya jual lagi kalau dia jual dengan harga tinggi), lucunya salah satu tanaman yang ditawarkan, yang dia beli kemarin di saya, awokawok
Saat mengingat dan menuliskan pengalaman ini saya senyum-senyum sendiri, udah ga kesel lagi sama pembeli nawar sadis, maksa plus minta bonus
Kalau teman-teman tipe pembeli (beli barang apapun) yang mana? Semoga tipe istri sultan ya heheheh Aamiin.
Mba bagus sekali tanaman tanamannya. Jadi ngiri saking kece. Aduh kalau nawar sadis begitu dari 180 ribu ke 40 ribu kayak tak berperikehargaan deh (halah) hehehe
BalasHapustipe yg nawar angkut itu nyebelin sih... dia ga tau paa hukum jual beli dalam islam.. si penjual ga ridho dgn harga segitu, dan main angkut aja, kan sama dengan mencuri.
BalasHapusaku tipe pembeli yg paliiiing ga suka nawar. apalagi kalo aku tahu kualitasnya bagus dan harga itu wajar.. aku lgs beli. makanya setiap mau membeli sesuatu, aku cari tahu dulu harga normalnya mba.. jd setidaknya pas ke lokasi aku udh tahu ini hrg ketinggian, ato wajar. kalo ketinggian, aku coba cari dulu di toko yg lain..
Hahaha..ada ada aja yaaa. Kalau aku tipe pembeli ga tau harga pasaran dan malas nawar.. kalau cukup duitnya bayar..ga cukup gak jadi beli..
BalasHapusWalaupun masuk golongan ibu-ibu, tapi paksu lebih pinter nawar hehehe. Jadi kalo mau beli barang, nanya suami dulu. Pada dasarnya aku kalo udah suka langsung beli. Jika harga terasa tinggi, ya ngga dibeli.
BalasHapusaku tipe yang gak bisa nawar jadi mirip dengan tipe sultan, tapi setelah membeli dan akhirnya tahu itu kemahalan, aku tak akan mampir lagi ke sana. paling suka sama penjual yang ngasih harga sewajarnya
BalasHapusHhaahaha lucu2 yah. Kalau aku lebih suka beli tanaman yg masih kecil2 alias anakan. Soalnya harga tentu jauh lebih murah, dan aku lbh seneng liat proses perkembangan tanaman tiap hati sampai jadi pajangable. Aku jd tertarik nih pengin cuci mata di kebunnya Mbak. 😊😊
BalasHapus