Serba Mudah dengan
Transaksi Online
Memutuskan tinggal di pinggiran
kota yang masih lenggang, terasa jauh kemana – mana, bukan tanpa ragu. Sebenarnya
jarak rumah ke atm dan minimarket terdekat hanya 2 km tapi karena untuk
mencapainya melewati rawa – rawa dan kebun, jembatan penghubung yang curam, jarak
antar rumah masih lenggang dan masih banyak pohon besar menaungi jalan
sepanjang perkampungan, jarak 2 km jadi terasa jauh. Jangan heran menginjak tahun ketiga tinggal di
sini jika lewat magrib saya enggan kemana – mana. Memang belum ada cerita horor tapi tetap saja tidak nyaman.
Serba mudah dengan transaksi online |
Akses ke transportasi publik seperti
angkutan umum tidak bisa ditempuh dengan
jalan kaki alias jauh. Intinya keluar masuk kampung tempat tinggal saya harus
naik motor atau ngojek. Repot untuk saya yang terbiasa (sedari kecil) memiliki
tempat tinggal (rumah orangtua maksudnya) strategis, di tengah kota.
Tapi kesulitan yang dulu saya
bayangkan ternyata tidak sepenuhnya terjadi karena seiring waktu, kemajuan
teknologi memungkinkan saya tak perlu antri dan sering ke atm, tidak perlu kesana kemari membayar tagihan listrik, rumah,
telepon, bayar anak sekolah, karena banyak transaksi bisa dilakukan secara
online. Semua bisa dilakukan melalui mobile banking.
Sejak tinggal di sini juga kami
lebih sering belanja secara online. Barang yang biasa kami beli di toko seperti
membeli blender (karena yang sebelumnya rusak), jas hujan, peralatan jahit, dsb. Ongkir yang dibebankan sebanding
dengan jarak tempuh dan waktu, jika kami beli secara offline.
Jarak dan kondisi geographis
menjadi bukan halangan dengan transaksi oline dan ini menginspirasi saya mengenalkan
potensi yang ada dikampung kami secara online.
Pengalaman Tertipu saat Transaksi Online
Menangkap peluang di era transaksi online |
Bermula dari sebuah telepon yang
mengatasnamakan market place di mana saya membuka toko online, yang katanya tengah mengadakan survey untuk
mengetahui kepuasan layanan dan system.
Survey tapi kok to teleponnya tapi handphone, pikir saya.
“Selama ini baik, saya tidak
pernah mengalami kendala,” ujar saya.
“Mba pemilik tokonya atau hanya admin?”
“Pemilik.”
“Begini bu, kami akan mengirimkan
kode verifikasi, tolong dibuka smsnya.”
Lha kok kirim kode verifikasi? Saya mulai merasa aneh.
“Bapak mau nipu saya ya?! Dasar
penipu!” Terdengar nada tut panjang, bertanda telepon di tutup. Karena belum
puas saya sms nomor tersebut, isinya ungkapan kekesalan karena dia mau menipu
setelah itu saya buru – buru menarik semua rekening di toko online ke tabungan
untuk berjaga – jaga.
Saat si penelpon mengatakan kode
verfikasi ingatan saya langsung tertuju pada kejadian beberapa bulan lalu. Saat
itu saya di telepon seseorang yang
mengaku customer service sebuah aplikasi transportasi online dan mengatakan
saya mendapatkan undian sekian juta rupiah berupa saldo. Lalu dia mengirimkan
kode verifikasi via sms yang harus saya sebutkan agar undiannya masuk ke saldo
saya. Saat tidak terbersit rasa curiga sedikitpun karena saat cek sms kode
verifikasi yang masuk atas nama aplikasi bukan nomor handphone. Jadi dengan lugunya
saya sebutkan kode verifikasi.
Setelah selesai dan telepon ditutup ceritalah sama suami
kalau saya dapat undian blab la bla. Komentar Pak suami membuat saya tercekat,”Itu
penipuan, coba cek saldo.”
“Tapi ini sms nya dari atas nama Go***”.
“Iya itu penipuan. Kode
verifikasi itu kayak password, sekarang penipunya udah masuk akun kamu jadi bisa ambil saldo.”
“Masa sih, ini smsnya dari
gojek,” saya masih tidak percaya dengan penjelasan suami.
“Coba aja cek saldo.”
Benar saja saldo tiga puluh ribu
sekian saya raib. Nggak besar tapi tetap bikin dada sesak karena rasa sesal, kok bisa sih tertipu. Dan pasti bukan hanya
saya korbannya.
Akhirnya saya telepon CS gojek
mengadukan penipuan dan memberikan nomor telepon penipu serta meminta akun saya
diverifikasi ulang.
Selama ini merasa cukup cerdas dengan
mengabaikan beragam penipuan via sms atau telepon, dari sms mama tidak punya
pulsa sampai dapat undian mobil dari sebuah bank. Kini seiring kemajuan
teknologi penipu juga makin pintar, modusnya lebih canggih.
Tips Mengenali Penipu yang Akan Meng-hack Akun Transaksi Online
Dari pengalamam di atas saya
lebih hati –hati dengan penelpon yang mengatasnamakan perusahaan online dan
mulai mengenali modus mereka. Tiga hal di bawah ini yang membedakan telepon
dari Customer Service asli atau penipu;
Menelpon dengan nomor
telepon handphone
Setiap perusahaan biasanya memiliki nomor telepon kantor
dengan kode area kota, jadi bukan nomor handphone. Jadi kalau ada yang menelpon
atas nama CS perusahaan dengan nomor handphone, patut dicurigai.
Gaya bicara penelpon
tidak seperti CS
CS atau customer service dilatih untuk bicara dengan sopan,
diawali dengan ucapan salam, nada bicara dibuat enak di dengar, bahasanya
tertata bahkan cenderung baku. Penipu seringnya lupa mengucapkan salam,
langsung to the point tapi bicaranya terbata - bata
Meminta nomor
verifikasi
Apapun alasannya, menang undian
atau survey, ujung – ujungnya meminta nomor verifikasi yang (ngakunya) dia
kirimkan.
Yang harus dilakukan
Mengadukan penipuan yang kita
alami pada perusahaan yang disebutkan si penipu dan memberikan nomor penipu,
agar pihak perusahaan melaporkan nomor penipu tersebut pada pihak yang bersangkutan
– dalam hal ini provider nomor telepon agar telepon penipu diblok.
Atau bisa juga langsung
mengadukan nomor penelpon penipu pada CS provider nomor telepon agar diblok dan
ditindaklanjuti. Dengan begitu tidak ada lagi korban.
Tips Aman Bertransaksi
Online
Beda lagi dengan cerita seorang
teman yang pernah kehilangan saldo atm secara misterius. Teman saya ini memang
suka mencatat pengeluaran bulanan dengan teliti, alasannya agar tidak boros.
“Masa sih hilang, lupa kali,”
ujar saya.
Tapi si teman keukeuh bahwa dia
tidak lupa, karena setiap transaksi ditulis. Lalu dia mengadukan ke pihak bank
sekaligus mencetak buku tabungan untuk mengetahui kemana uangnya hilang.
Setelah dicek pihak bank ternyata memang saldo di atmnya
hilang karena saat transaksi di sebuah supermarket terdebet dua kali. Teman
saya pun ingat, tempat gesek atm di supermarket tersebut sempat error.
Bagaimana dengan saya yang jarang
mengecek saldo atm? Yang beberapa kali mengalami mesin debet error saat transaksi di supermarket, hingga kartu atm di gesek berkali - kali. Uang saya di atm tidak terlalu besar tapi kalau hilang 200
ribu sampai 500 ribu sepertinya saya tak akan sadar karena perputaran uang di atm saya lumayan cepat,
ada pemasukan dari penjualan beberapa toko online, kadang konsumen bertransaksi
via WA jadi uang pembeliaan di transfer secara langsung ke rekening. Untuk
belanja bibit bunga kadang saya transfer, jadi karyawan saya tinggal jemput bunganya.
Saya juga sesekali ada penghasilan dari menulis.
Sejak mendengar pengalaman buruk
teman soal saldo hilang saya mulai mencatat dengan lebih teliti setiap
pengeluaran, memisahkan rekening kebutuhan sehari – hari dan wirausaha dengan
begitu jika terjadi ‘ miss’ bisa terdeteksi dengan cepat.
Selain teliti mencatat pemasukan
dan pengeluaran, lakukan hal berikut agar transaksi online yang kita lakukan
aman dan nyaman;
Rahasiakan password dan
ganti secara berkala
Saat transaksi di ATM atau
belanja dengan debet, pijit PIN ATM sambil menutupi dengan punggung telapak
tangan kiri agar tidak terlihat orang lain. PIN sebaiknya hanya kita yang tahu
atau mungkin suami/istri. Saya dan suami saling mengetahui PIN atm masing –
masing karena kami saling percaya dan untuk memudahkan saat transaksi.
Saat ke ATM biasanya anak – anak pengen
ikutan pijit sana sini, sebaiknya PIN tetap tidak diberikan pada mereka. Kita
yang memijit PIN, anak – anak bisa melakukan transaksi pilihan lain seperti
jumlah uang yang akan kita tarik.
Untuk keamanan ganti PIN secara
berkala.
Hati – hati dengan
jaringan Wifi
Jangan pernah melakukan transaksi
online dengan jaringan Wifi karena ada kemungkinan akun kita akan di hack. Kerugian
yang terjadi bisa kehilangan sejumlah uang di rekening atau digunakannya akun
belanja online kita. Jika pun terpaksa menggunakan jaringan WIFI segera log out
jika sudah selesai melakukan transaksi online.
Selalu log out
aplikasi perbankan/transaksi online setelah digunakan
Kejadian yang terjadi pada teman
adik saya, saat handphonenya hilang (dicopet). Beberapa minggu setelah itu ada
sejumlah tagihan di kartu kreditnya kurang lebih sebesar 5 juta. Setelah di cek
ternyata akun belanja onlinenya digunakan orang. Rupanya setelah teman adik
saya ini melakukan belanja online dengan kartu kredit, tidak di log out.
Belanja online dengan Aman
Ada yang pernah tertipu saat
belanja online, kita sudah transfer uang ternyata pedagang tidak pengirim
barang dan tidak bisa dihubungi. Alhamdulillah saya belum pernah. Saya selalu
memastikan toko online dimana saya bertransaksi dijamin keamanannya, salah satunya toko online di market place
seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, Blibli, Lazada dsb. Saat ini banyak
penjual online yang berjualan di media sosial juga membuka toko online di
market place, jadi saran saya, jika teman – teman belanja online di online shop
media sosial pastikan ada toko onlinenya di market place dan transaksi di sana,
jika sudah terbukti aman dan jujur, bisa transaksi secara langsung (via WA dan
transfer langsung rekening penjual).
Teman - teman punya tips aman lain saat bertransaksi
online? Yuk disharing atau tulis dikolom komentar.
2 Tempat Wisata Baru di Garut yang mesti di coba
BalasHapusKlik link dibawah untuk info lebih lanjut.
Wisata Alam Bukit Taman Langit Desa Wangunjaya di Bungbulang, Garut
Tempat Wisata Galeri Makkah Madinah di Kabupaten Garut