Assalamualaikum
teman,
Postingan curcol masa kecil, sesuai post tematik KEB minggu
ini. Saya paling senang kalau mengingat – ngingat masa kecil, kadang berkhayal
kalau ada mesin waktu yang bisa membawa kita beberapa saat ke suatu masa, saya
akan memilih masa kecil.
Beberapa tahun kemudian lahir adik ke 4 |
Belajar dari pengalaman masa kecil, saya jadi paham menciptakan masa kecil bahagia bagi seorang anak tidak harus dengan cara memanjakannya, memberi banyak mainan dsb. Membuka cakrawala anak tidak harus selalu dengan cara mahal seperti sering jalan – jalan, eduwisata dsb kecuali memang mampu. Idealnya mungkin seperti itu tapi belajar dari masa kecil dan Ibu, saya jadi akrab dengan istilah,”Tong maksakeun maneh.” Jangan memaksakan diri – hidup apa adanya.
Tapi untuk urusan menuntut ilmu, Ibu saya termasuk yang memaksa dan saya bersyukur untuk itu. Membuka cakrawala anak bisa melalui buku atau melibatkannya dalam kehidupan sehari - hari. Membuat anak tahu/paham masalah orangtua terutama berkaitan dengan ekonomi akan membuatnya paham arti kerja keras.
Tapi untuk urusan menuntut ilmu, Ibu saya termasuk yang memaksa dan saya bersyukur untuk itu. Membuka cakrawala anak bisa melalui buku atau melibatkannya dalam kehidupan sehari - hari. Membuat anak tahu/paham masalah orangtua terutama berkaitan dengan ekonomi akan membuatnya paham arti kerja keras.
Masa kecil berkesan
Masa kecil saya menyenangkan terlepas dari
karet kaos kaki yang longkar hingga harus pake karet gelang supaya ga melorot
kalau dipake ke sekolah. Kalau musim hujan bawa sandal jepit dan kresek
ke sekolah, jadi kalau hujan sepatu dikresekin masuk tas , pulang pake sandal
jepit, maklum sepatu satu – satunya.
Terlepas dari harus bangun lebih pagi buat ke pasar Simpang Dago belanja bahan
jualan Ibu, lalu sebelum sekolah nganterin dagangan Ibu berupa risoles, donat dan
bakwan udang untuk dititip di warung dan toko.
Sebagai anak tertua dari lima bersaudara tugas saya adalah mencuci baju dan menyetrika. Waktu itu mesin cuci belum sepenting saat ini bagi ibu rumah tangga, lagi pula pasti Ibu saya tak mampu beli hehehe. Berat mencuci itu, cukup saya saja…*terDilan*.
Sebagai anak tertua dari lima bersaudara tugas saya adalah mencuci baju dan menyetrika. Waktu itu mesin cuci belum sepenting saat ini bagi ibu rumah tangga, lagi pula pasti Ibu saya tak mampu beli hehehe. Berat mencuci itu, cukup saya saja…*terDilan*.
Walaupun sampai kelas enam sekolah dasar uang
jajan tidak bisa membeli seporsi baso cilok yang waktu itu harganya 150,
sementara bekal saya 100 rupiah. Kadang sedih tapi ibu saya suka menghibur, ga sehat
jajan itu , saosnya pake pewarna, belum tangan penjualnya yang ga cuci tangan hahahah. Mungkin itu sebabnya sampai saat ini kalau jajan di kaki lima saya pilih - pilih banget, ga mau yg lapnya dekil, ga mau air cuciannya di ember tapi harus air mengalir hehehhe
Pernah sedih karena ga bisa beli buku - buku Enid Blyton (EB). Bisa dibilang
saya addict sama buku – buku EB dan
semua bukunya dibaca dari hasil meminjam sana – sini. Saking ngefans nya sama
EB saya menempel fotonya di kamar dari guntingan majalah BOBO pinjaman. Alhamdulillah
setelah punya gaji kebeli hehehe.
Semua keterbatasan tidak membuat masa kecil
saya menjadi muram.
Yang membuat masa kecil saya bahagia adalah
kasih sayang ortu, walaupun mereka tidak pernah mengungkapkannya secara verbal.
Dari perhatian dan bagaimana usaha kuat mereka membuat kami tetap bisa sekolah
walaupun keadaan morat – marit.
Ibu saya suka bilang,”Nu penting mah bisa sakola, boga elmu, engke duit nuturkeun.” Yang
penting sekolah, punya ilmu nanti uang ngikutin. Uang di sini berarti
pekerjaan.
“Mun geus
boga duit mah rek ulin kamana wae ge bisa.” Kalau punya uang mau main
(jalan – jalan) kemana saja bisa. Itu
kalimat Ibu kalau sedang menghibur kami yang tidak pernah jalan – jalan
walaupun ke Taman Lalu Lintas (saya baru masuk
ke Taman Lalu Lintas Bandung saat jadi guru TPA karena ada acara ke sana
hahaha), bahkan acara renang di sekolah dasar pun kami tidak pernah ikut. Alhamdulillah
omongan Ibu terkabul. Udah kerja bisa jalan – jalan baik uang sendiri maupun
acara kantor. Bahkan bisa liburan ngajak ortu.
Boleh baca Bermalam di Lembah Sarimas Hotel and Resort
Boleh baca Bermalam di Lembah Sarimas Hotel and Resort
Harapan – harapan yang dilontarkan Ibu itu sepertinya yang membuat saya dan adik –
adik memiliki masa kecil bahagia di tengah segala keterbatasan. Selalu ada
harapan menjadi lebih baik. Hal kedua yang membuat masa kecil saya bahagia
adalah bermain. Saya lahir dan besar diperkampungan (dulu masih banyak tanah
kosong dan sawah sekarang sudah jadi pemukiman padat) jadi bermain itu selalu
menyenangkan, bebas lari kesana kemari. Kalau sudah main sama teman – teman perlu diteriaki dulu
untuk pulang baru selesai. Tapi kami dilarang main di luar rumah malam hari.
Menerapkan pengalaman masa kecil pada pengasuhan
Menerapkan pengalaman masa kecil pada pengasuhan
Belajar dari masa kecil yang saya terapkan pada anak –
anak. Saya termasuk Mama yang pelit untuk urusan mengeluarkan uang jika tidak
berurusan dengan sekolah, buku dan kesehatan. Pelit ngasih jajan, pelit ngasih
tontonan, pelit quota – jadi mereka jarang nonton youtube hehehe. Tujuannya
biar mereka bisa membedakan antara keinginan dan kebutuhan dan memiliki
kemampuan menahan diri.
“Mama bilang ga punya uang tapi di dompet ada.”
“Uang Mama kan buat bayar sekolah, beli
sayuran, bayar listrik, cicilan rumah.”
“Tapi kan aku mintanya cuma dua ribu.”
“Jatah jajan kamu hari ini sudah habis, jadi
jajannya besok lagi. Lagi pula jajan itu ga sehat bla bla bla.
Pelit banget padahal cuma dua ribu. Ya, kalau
ga begitu nanti kebiasaan. Ma seribu, Ma seribu terus seribu tapi ga terasa udah lima kali
seribu padahal tadi sekolah di kasih uang jajan. Godaan tinggal diperkampungan,
banyak warung.
Untuk urusan beli buku saya ga pelit. Mereka ga minta beli pun saya beliin hehehe. Rutin membacakan dan meminta mereka baca buku untuk menambah wawasan dan menjadi kebiasaan baik.
Untuk urusan beli buku saya ga pelit. Mereka ga minta beli pun saya beliin hehehe. Rutin membacakan dan meminta mereka baca buku untuk menambah wawasan dan menjadi kebiasaan baik.
Tiap weekend anak -anak saya libatkan dalam berkebun, mencuci dan beres – beres rumah. Kalau si
Kaka sudah punya tugas harian yaitu sore menyapu teras dan menyiram bunga di
kebun.
Tujuannya agar mereka terbiasa dengan pekerjaan
sehari – hari.
“Kan Abi udah kerja buat apa kerja lagi jualan
bunga?”
“Ya uang jualan Bunga biar bisa nabung,
sesekali jalan – jalan.”
“Nginep di hotel lagi ya, Ma,” sahut si Adik.
Setiap kami mengajak mereka jalan – jalan, osaya dan suami suka
mengingatkan kalau jalan – jalan yang dilakukan selain untuk mereka belajar hal
baru, bisa melihat ciptaan-Nya, juga reward atas kerja/belajar selama ini. Kami
menuntut mereka membantu di kebun kalau hari sabtu atau minggu agar mereka
paham untuk mendapatkan uang harus bekerja.
Boleh baca Wisata Ke Gunung Tangkuban Perahu
Boleh baca Wisata Ke Gunung Tangkuban Perahu
Saya memberi anak – anak waktu bermain yang
harus dihabiskan di luar rumah (masih sekitaran rumah, tidak boleh jauh –jauh)
yaitu sore sepulang mengaji (jam 16.30 sampai setengah enam, dan weekend pada pagi dan sore hari). Karena
berdasarkan pengalaman bermain itu melengkapi kebahagian masa kecil. Saya masih
ingat tuh main jual – jualan, masak – masakan, banteng – bentengan, main
congklak dsb dengan teman – teman. Yang pasti bermain membuat mereka mudah
beradaptasi dengan lingkungan baru, ini pasti dibutuhkan saat mereka dewasa.
Selain ingin menciptakan masa kecil yang bahagia, saya ingin kelak mereka menjadi pribadi tangguh dan berani.
Selain ingin menciptakan masa kecil yang bahagia, saya ingin kelak mereka menjadi pribadi tangguh dan berani.
Bagaimana dengan masa kecil teman – teman?
Pasti tak kalah menyenangkan.
Wkwkek.....kaos kaki longgar dipakein karet,aku banget
BalasHapusSama mba. Dulu waktu kecil karena keuangan juga pas-pas an saya dan adek jualan di sekolah. Tapi melalui perjalanan yang seperti itu membuat kita jadi tangguh
BalasHapusSuka sm cerita masa kecilnya mbk rina. Alhmdulillah pengalaman masa kecil bs diterapin skrg. Makasih sharingnya ya mbk rina
BalasHapusMasa kecil saya menyenangkan meskipun keras. Hidup menjadi anak yatim sejak usia 6 tahun memnbuat kami kompak untuk dapat bertahan hidup. Tapi kami malah jadi belajar banyak hal.
BalasHapusAdik ke 4 mirip KHalif kecil ya
BalasHapusjadi inget masa kecil nih. Dulu saya pas SD juga kalo sekolah dikasih uang jajan secukupnya, jadi kalo mau ke kantin mikir-mikir dulu uangnya cukup atau ga. jadi lebih seringnya bawa bekal. Dulu memang keadaan ortu lagi seadanya karena cuma papa yang kerja hehe. Tapi memang sekarang semua itu bermanfaat ya mba. udah jadi orang tua jadi mikir mau beliin anak sesuatu nanti bener kepake atau ga. Beli makanan sehat atau ga. Lebih baik masak sendiri, hehe.
BalasHapusMba aku merembes mili bacanya, sederhana sekali masa kecilmu tapi sangat bahagia, beruntung mba punya orangtua seperti itu tidak seperti orangtuaku yang otoriter sehingga aku tak perna menikmati masa kecil sprti mba :(
BalasHapus