Alhamdulillah impian liburan
mengajak anak – anak ke Tangkuban Perahu tercapai. Remeh banget ya impian
liburannya, saat yang lain jauh – jauh, ini mah ke Bandung lagi Bandung lagi hahaha.
Segitu juga bahagia pokoknya mah. Kalau dihitung-hitung ini ketiga kalinya saya
ke Tangkuban Perahu, tapi dua kali kunjungan sebelumnya, puluhan tahun lalu,
saat masih sma dan trekking, jalan
kaki via hutan Jayagiri bareng teman – teman dan guru Biologi.
Setiap mudik ke Bandung kami
mager (males gerak) karena enggan macet-macetan, Pak suami sudah jenuh dengan
kemacetan yang dihadapinya setiap hari
pulang pergi kantor jadi dia tidak mau jika masa liburan macet – macetan lagi,
begitulah kira – kira saya menebak isi benaknya *sotoy*.
Sampai akhirnya kami tahu dari
tol Cipali ada pintu untuk masuk ke kota Subang. Jadi kalau pengen liburan ke daerah Bandung barat
(Lembang) lebih mudah, karena dari
Subang ya nyambung ke Bandung barat, dari situ baru ke Dago (rumah Ibu).
Kami ke tangkuban perahu bulan
November lalu. Dari Jakarta sekitar pukul 4 sore sampai Subang
sekitar magrib. Kami langsung menuju penginapan yang sudah di booking via traveloka. Niat setelah
makan malam jalan – jalan sekitaran Subang batal karena hari hujan. Jadilah
kami kruntelan di penginapan setelah kuliner di sekitar penginapan dengan menu
tidak asing tapi juga tidak pernah membuat saya bosan, sambal, pete bakar, dan
ikan bakar.
Jam 6 pagi kami meninggalkan
penginapan menuju Tangkuban Perahu, menunda sarapan karena pihak menginapan
baru menyediakan sarapan sekitar pukul 7. Sampai sana ternyata tempat wisata
belum buka, bukanya baru jam 7 . Setelah menunggu kurang lebih 20 menit yang diisi
dengan minum kopi (Pak suami) dan foto – foto wefie akhirnya kami masuk kawasan
tangkuban perahu. Tiket masuk ke kawasan ini sebesar 30 ribu untuk pengunjung
lokal sedangkan wisatawan asing sebesar 300 ribu, kendaraan roda empat di 35
ribu. Oh ya itu tarif liburan jika hari kerja tarif hanya 20 ribu dan untuk
wisatawan mancanegara 200 ribu.
Ternyata ada alasan ilmiahnya kenapa kawasan ini baru dibuka jam 7 pagi, tidak lebih pagi jam 6 misalnya, karena ternyata di bawah jam 7 ada kemungkinan gas sulfur dari kawah masih ada di udara dan ini membahayakan pengunjung karena beracun. Itu sebabnya pula pada malam hari dilarang ada orang di kawasan ini karena dikhawatirkan teracuni dan bisa menyebabkan kematian.
Jarak dari gerbang utama sampai puncak, kawah ratu, sekitar
15 menit, dengan jalan berkelok naik dan
pemandangan sepanjang jalan hutan. Segerr….
Parkiran di puncak luas dan
lapang walaupun begitu sebaiknya jika kemari pagi hari, udara masih sejuk dan suasana
lenggang, bagus untuk foto - foto *teuteup*.Bukan
itu saja sih karena masih lenggang anak – anak pun lebih leluasa melihat setiap
sudut tempat wisata terutama melihat kawahnya secara langsung dari berbagai titik.
Anak –anak antusias melihat penampakan kawah gunung karena selama ini hanya
lewat buku. Sebenarnya ini sih yang membuat saya semangat mengajak mereka
kemari, mewujudkan imajinasinya tentang gunung.
Sebenarnya di puncak Gunung
Tangkuban Perahu ini ada 3 kawah, kawah utama dan yang paling besar kawah ratu,
di belakangnya ada kawah Upas dan Kawah baru.
Tapi karena letaknya berdekatan jadi penampakannya seperti satu lubang besar
saja. Kawah ini hanya bisa dilihat dari atas, pengunjung tidak boleh turun ke
bawah karena medannya terjal dan beberapa titik dalam kawah masih mengeluarkan
gas sulfur beracun, itu terlihat dari asap yang mengepul dan letupan – letupan kecil yang
bisa dilihat dari atas.
Kawah ratu, kawah upas dan kawah baru |
Selain area parkir yang luas dan
lapang juga dilengkapi masjid yang besar, rapih dan bersih. Menemukan masjid
besar, rapih dan bersih di tempat wisata itu sesuatu ya, bikin hati tenang dan
nyaman.
suasana pagi, sudah mulai ramai |
tersedia spot untuk selfi dengan backgroud Tangkuban Perahu, harus kuat nahan silauu.... |
Toilet terletak di bawah samping
depan pendopo. Dari pendopo kita bisa melihat kota Bandung.
Cinderamata dan Oleh – oleh
Jalan – jalan tak lengkap rasanya
tanpa membawa cinderamata, entah untuk diri sendiri sebagai kenang-kenangan
atau sanak saudara. Deretan kios penjaja cinderamata seperti kaos dengan gambar
Gunung Tangkuban Perahu, gantungan kunci, ukiran kayu, topi, beragam rajutan
bahkan alat musuk khas tanah pasundan seperti angklung bisa ditemui di sini.
Harga harus ditawar tapi selisih dari harga yang mereka tawarkan dan harga pas
tidak terlalu besar.
bersama pengrajin sekaligus penjual rajutan |
Mitos dan fakta Gunung Tangkuban Perahu
Nama Tangkuban Perahu berdasarkan bentuk gunung ini yang mirip
Perahu Nangkub, atau kalau bahasa Indonesianya perahu tengkurep.
Fokus pada latarnya ya hehehhe Bentuk tangkuban perahu |
Menurut cerita legenda, gunung
tangkuban perahu berasal dari perahu buatan pemuda bernama Sangkuriang. Karena
cintanya ditolak Dayang Sumbi yang tak lain Ibu kandungnya, Sangkuriang marah
dan menendang perahu buatannya. Perahu itu berubah wujud menjadi gunung. Cerita
lengkapnya bisa googling. Legenda ini dipercaya masyarakat Bandung, termasuk
saya yang saat kecil percaya banget kalau gunung tangkuban perahu ya perahunya Sangkuriang
yang berubah wujud hahaha. Terlebih nama Sangkuriang dan Dayang Sumbi
diabadikan menjadi nama jalan di daerah Dago, tak jauh dari perempatan Simpang
Dago.
Faktanya, menurut penelitian Van
Bemmelen (1934) Tangkuban Perahu terbentuk setelah meletusnya gunung sunda
purba sekitar 50.000 tahun lalu. Letusan yang sangat hebat sehingga
meninggalkan lubang dengan diameter 5-10 km. Dari dalam lubang menganga inilah
terbentuk gunung baru yaitu Tangkuban Perahu. Proses terbentuknya gunung ini
seperti terbentuknya anak gunung Krakatau. Selama 200 tahun terakhir Tangkuban
Perahu tidak pernah meletus hebat. Namun beberapa kali mengalami erupsi yang
merupakan tahap pembentukan gunung.
Terakhir terjadi pada 5 – 10 Oktober 2013 dengan 11 kali letusan selama
4 hari. Letusan yang hanya membentuk bumbungan awan putih.
Erupsi ini selain meninggalkan
jejak berupa terbentuknya kawah baru juga membuat pohon di sekitar kawasan
Tangkuban Perahu berbatang coklat hingga kehitaman karena lapisan sulfur.
Seperti pohon – pohon yang tidak jauh dari kawah ratu ini, semua batang
menghitam seperti kering dan mati, kenyataannya berdaun hijau segar.
Pohon – pohon ini bisa jadi latar
foto yang oke, asal diambil dengan angle yang pas.
batang pohon yang menghitam |
Pohon sebagai frame foto |
Setelah puas foto – foto,
keliling kawasan Kawah Ratu, tak lupa ngemil cantik, kami turun dan menuju
kawah domas. Satu – satunya kawah di
Tangkuban Perahu yang bisa dijajaki secara langsung.
Tunggu postingan selanjutnya ya, Wisata ke Gunung Tangkuban Perahu, Kawah
Domas (part 2)
bermain air belerang di kawah Domas |
Belum kesampaian kesini,padahal searang tinggal di subang hehe
BalasHapusTangkuban perahu, anak2 belum diajak ksana mbaaa.. mau deh ku nunggu postingan kawah domas ya mba. Ngertinya tangkuban perahu aja, nggak paham kawah apaanyaa
BalasHapusPenasaran sama tangkuban perahu pengen liat sndiri beneran kaya perahu apa ngga
BalasHapusUdah lama bgt ga main ke sana
BalasHapus