Ternyata tidak mudah mewujudkan
rumah nyaman ala rumah nyaman majalah
arsitektur atau desain interior yang suka kami intip; kinclong, tertata dan matching. Lha iyalah
karena butuh modal yang lumayan hahaha.
Eit, tapi keterbatasan budget
bukan alasan untuk tidak memiliki rumah idaman yang nyaman, kuncinya adalah
penyesuaian dengan kemampuan keuangan kita. Dan rumah nyaman versi kita belum
tentu sama dengan orang lain atau seperti di majalah, karena rasa nyaman
terkait rasa dan disesuaikan dengan kebiasaan dan usia penghuni rumah. Rumah
nyaman versi yang memiliki anak kecil (balita) pasti beda donk dengan rumah nyaman
dengan penghuni semua orang dewasa (semua anaknya sudah besar).
Rumah idaman versi saya dan Pak Suami adalah homy, nyaman, tidak mencolok, dan terkesan
welcome. Tapi kalau diminta untuk menjabarkan seperti apa homy-nya, kami bingung hahaha. Intinya sih sederhana
tapi nyaman, rapi dan bersih.
Alhamdulillah rumah yang kini kami
tempati sudah nyaman menurut kami. Berikut rumah nyaman ala kami;
Rumah nyaman dengan modal sesuai kantung
Bagi kami rumah (terlihat) nyaman
versi majalah haruslah sebatas inspirasi bukan panutan plek tumplek, selain
harus disesuaikan dengan keuangan juga disesuaikan dengan selera dan hobi.
Kami suka rumah bernuansa alami; kayu dan hijau. Tapi menyeragamkan semua furnitur rumah dengan kayu jati
terlalu mahal untuk ukuran kantung kami. Jadilah disesuaikan. Kami pernah membeli furnitur second karena
kualitasnya bagus dan harganya miring.
Beberapa perabot rumah hasil DIY (do it your self). Ini karena Pak suami hobi bertukang hahaha. Kayu dari batang pohon rambutan ini disulapnya jadi meja kursi (dibantu satu tukang) saat libur kerja (weekend). Karena hobi dia enjoy mengerjakannya tanpa paksaan demi rumah idaman yang nyaman.
Konsep DIY juga kami terapkan pada anak-anak untuk mengasah kreativitasnya.
Beberapa perabot rumah hasil DIY (do it your self). Ini karena Pak suami hobi bertukang hahaha. Kayu dari batang pohon rambutan ini disulapnya jadi meja kursi (dibantu satu tukang) saat libur kerja (weekend). Karena hobi dia enjoy mengerjakannya tanpa paksaan demi rumah idaman yang nyaman.
Hasil DIY Pak suami |
Konsep DIY juga kami terapkan pada anak-anak untuk mengasah kreativitasnya.
Papan DIY Papanya, tempat printilan dan pigura DIY kaka |
Rumah nyaman itu terorganisasi, rapih dan bersih
Terorganisasi artinya menempatan
barang dikelompokkan sesuai fungsinya. Misal semua perkakas Pak
suami ditempatkan dalam box-box khusus agar tidak tercecer dan memudahkan saat
akan memakai. Begitupun mainan atau barang milik anak-anak.
Untuk kerapihan, bagi kami relatif
dan fleksibel karena kedua anak kami masih kecil dan suka main dengan
mainannya. Jadi ada saatnya rapih (selesai main) ada saatnya rumah seperti
kapal pecah. Jangan sampai rumah nyaman menghalangi kreativitas penghuninya.
Anak-anak dilibatkan dalam penataan ruang terutama yang berhubungan dengan ruang yang paling sering mereka tempati seperti kamar dan ruang keluarga (yang merangkap ruang tamu) karena disanalah mereka menghabiskan waktu bermain.
Anak-anak dilibatkan dalam penataan ruang terutama yang berhubungan dengan ruang yang paling sering mereka tempati seperti kamar dan ruang keluarga (yang merangkap ruang tamu) karena disanalah mereka menghabiskan waktu bermain.
karpet dan box mainan yang kami beli di ruparupa.com |
Rumah nyaman itu hijau
Hijau dari tanaman membuat mata
dan udara nyaman. Memanfaatkan sepetak tanah dipekarangan dengan menanam aneka
bunga atau tanaman bumbu dapur.
Berkebun menimbulkan rasa senang lho karena saat tangan kita bersentuhan dengan tanah, tanah mengeluarkan enzim yang
membuat kita menjadi nyaman. Begitu yang pernah saya baca di sebuah artikel majalah.
Rumah nyaman itu hemat energi
Rumah dengan desain hemat energi yaitu memiliki sirkulasi
udara dan cahaya baik. Sehingga saat siang hari tanpa lampu menyala pun ruangan
cukup terang. Hemat energi hemat biaya, terlebih tarif listrik naik lagi ya teman.
Rumah nyaman itu dilengkapi peralatan tukang
Apa hubungannya? Saya tidak
menyadari hubungannya sampai Pak suami memiliki peralatan tukang yang lumayan
lengkap dan dibelinya bertahap, sejak kami memiliki rumah. Dulu kami sempat
kerepotan tidak memiliki tangga, sama repotnya ketika harus mengetuk paku ke
tembok untuk memasang sesuatu, tembok jadi retak, sementara paku tidak rapih
tertancap. Hal sepele tapi ternyata cukup membuat nyaman jika memiliki. Malah
hemat karena tidak perlu memanggil tukang untuk hal-hal kecil dan sepele.
Jadi yang dulunya saya suka
ngomel kalau suami beli perkakas (karena merasa tidak penting) kini manggut-manggut.
Urusan seperti itu toh dia lebih mengerti. Untuk perkakas, Pak Suami percaya pada produk-produknya ACE Indonesia. Seperti bor, gerindra dan meja tukang ini. Peralatan tukang yang membantunya membuat beragam DIY di rumah.
peralatan 'hobi' Pak suami |
Tak heran kami suka hunting peralatan rumah di ACE Hardware karena lengkap termasuk peralatan hobi kami, hobi saya berkebun dan Pak suami nukang :D.
hihihihi... iya mba, kalau pengen rumah kayak di majalah2 itu pasti modalnya gede. Saya memang suka banget liat2 rumah di majalah2, tapi dana tak tercukupi, ya sudah.... yg ada aja hehehe
BalasHapushihihi, enaknya punya suami bisa nukang, eh maksudnya bisa bikin-bikin perabotan di rumah.. jadi lebih hemat.
BalasHapusWah keren mejanya bikin sendiri
BalasHapusDuh pak suaminya kreatif banget maaaakkk. Dari hobi nukangnya itu jadi makin rapi dan kece rumahnya yaaaaaaa <3
BalasHapusRajin banget sih Mbaaa, seandainya aja suami suka bikin DIY gitu, karena di sini perabot mahal banget.
BalasHapus