Udah lama banget pengen beliin
Kaka congklak tapi setiap nemu congklak di pasar bahannya plastik, biji
congklaknya pun dari plastik. Pengennya kerang asli. Walaupun cara mainnya sama
tetap merasa gimana gitu kalau kerangnya plastik. Nggak ori hehehe
“Sekarang udah jarang coklat yang
kerang asli,” kata mama waktu saya nitip beliin kalau ke pasar baru.
Ternyata dan ternyata congklak dengan biji kerang asli sudah banyak di jual di onlineshop. Kemana aja Rin? Iya
kemana aja ya padahal tiap hari online.
Jadilah beli via online, begitu
datang langsung eksekusi, kebetulan paketnya datang siang hari saat kaka sudah
pulang sekolah. Satu putaran diajari, Kaka langsung ngerti dan minta main lagi lagi dan
lagi, sampai mamanya telat masak dan beres-beres. Sstt, mama juga sebenarnya kesenengan main
congklak setelah puluhan tahun ga main hahahaha. Oh ya jangan khawatir jika biji kerangnya
nanti hilang-hilang, bisa di beli secara terpisah di toko online.
Adiknya ga mau kalah minta di
ajarin dan sekarang udah bisa. Tak puas main sama Mama, Abi pun di ajak main congklak. Sudah barang
tentu teman-teman sekitar rumah.
Congklak atau dakon adalah sebuah permainan tradisional
menggunakan papan berlubang (ada yang 14
lubang ada yang 16 lubang) dan diisi biji kerang. Permainan ini sudah ada sejak jaman ‘baheula’.
Kabarnya permainan ini adalah salah satu permainan para putri keraton di
Indonesia jaman dulu. Awalnya saya
mengira permainan ini asli Indonesia lho ternyata setelah googling, permainan ini
di bawa pedagang-pedagang Arab ke Asia hingga akhirnya sampai ke Indonesia. Percaya ga percaya soale belum pernah baca atau liat foto anak arab main
congklak hahahha.
Seperti sebuah permainan lainnya,
ada banyak hal yang bisa anak pelajari dari bermain congklak di antaranya ;
1.
Mengenalkan kompetisi
Keduanya ingin selalu menang dan
sama-sama mengasumsikan, peluang menang di tentukan oleh yang pertama kali
memainkan congklak. Tak heran jika suka rebutan mau main duluan. Walaupun tak
ada hadiah atau reward untuk kemenangan itu, ada perasaan bangga yang membuat
anak mengejar kemenangan itu. Anak mulai
belajar berkompetisi dan merasakan emosinya (kalah sedih menang senang).
2.
Belajar sportif dan jujur
Keinginan menang membuat anak-anak
berpikir mencari cara untuk menang termasuk berpikir untuk curang. Salah satunya
dengan cara tidak mengisi satu lubang congklak agar biji congklak terakhir
jatuh di tempat yang masih banyak kerangnya alias ga mati. Untungnya mata mama
jeli – lha iyalah lebih pengalaman - . Itu terjadi di awal-awal kami punya
congklak, sekarang keduanya sudah main jujur. Tapi saya terus menekankan dan
memberi nasehat, apapun permainannya harus jujur dan harus malu jika curang
karena walaupun tidak ada yang melihat, Allah dan malaikat melihat.
3.
Belajar menunggu giliran
Gregetan kalau lawan gak berhenti-berhenti membagi-bagikan
biji congklak. Ga sabar nunggu giliran. Ini juga yang suka di keluhkan
anak-anak.”Kok mama ga mati-mati sih mainnya.”
Secara tidak langsung anak-anak belajar menunggu, gantian
dan bergiliran.
4.
Belajar Strategi
Agar biji kerang yang dikumpulkan banyak (menang), ada
strateginya. Bukan strategi matematis yang menjelimet atau harus di hitung
(bakalan lama dong), seiring waktu anak akan belajar dan jadi tahu caranya
menang dengan strategi.
5.
Belajar berhitung
Congklak membantu KAE belajar berhitung, membagi dan
mengelompokkan.
6.
Melatih interaksi sosial dan emosional
Permainan congklak membutuhkan
dua orang. Interaksi ini membutuhkan keterampilan sosial dan emosional yang
akan terasah secara otomatis saat anak bermain bersama. Mengelola emosi saat kelah dan menang. Interaksi
sosial dengan lawan, dari obrolan
permainan yang tengah di mainkan sampai hal-hal lain.
Point – point
‘pelajaran’ di atas banyak juga di temukan pada permainan lain, termasuk
permainan di gadget yang banyak macamnya dan super canggih dalam hal strategi.
Ada satu keunggulan permainan tradisional yang tak bisa tergantikan dengan
permainan gadget secanggih apapun yaitu interaksi sosial dan emosional.
Alasan yang mendasari bermunculannya banyak
komunitas atau teman main yang mengangkat kembali permainan-permainan
tradisional. Karena kemampuan interaksi sosial dan emosional sangat penting
dalam kehidupan anak bermasyarakat kelak, karena dari kemampuan ini timbul rasa
empati dan simpati.
banyak belajar melalui satu permainan ya. Duh itu papan congkalknya bagus bener, punya anak-anak mah cuma dari plastik
BalasHapusWaktu kecil saya main congklak juga Mba, tapi kalau di daerah saya kayaknya pakai biji sawo. Seru ih, jadi pengen maen congklak :)
BalasHapusAih conglaknya canik. Di rumahku yang bentuk nga mbak.
BalasHapusBetul, dengan main congklak anak-anak bisa belajar sabar saat menunggu giliran
wah bagus congklaknya .. saya dulu mainnya yang congklak dari plastik tapi kerang asli yg putih itu .. beli lagi sih itu kerangnya :D
BalasHapuspengen nih ajakin bocah main congklak, kudu bongkar2 kardus dulu masih ada ndak yaa hihihi
BalasHapusWah sekarang congklaknya bagus yaa... ada kembang2nya... dulu sih congklak cuma dicat polos gitu aja. Tapi seneng juga sih melihat bahwa congklak masih eksis sampai saat ini hehehe
BalasHapus