Beberapa waktu lalu saat belanja saya mendapat hadiah satu karton
mie instan. Bingung donk karena kebanyakan dan kami tak pernah menstok mie
instan di rumah sebagai antisipasi biar gak pengen mie terus. Kami mengkonsumsi
mie instan seminggu sekali.
Ehm, sebagian di kasih si mba aja, sebagian buat saudara,
sebagian....otak saya mulai menghitung-hitung dan bagi-bagi mie.
Kemudian si Azka celetuk.
"Ma, asik donk kita bisa jualan. Jadi nanti mama banyak
uang."
"Iya, Azka jualin aja, uangnya buat di tabung," timpal
suami.
saya mengerti arah pembicaraan suami, dia berkali-kali berkata
ingin sekali mengajarkan anak wirausaha sejak dini. Azka pernah saya tawari
bawa kue ke sekolah untuk di jual tapi menolak katanya malu.
Azka pernah mengeluarkan kebutuhan sehari-hari, seperti teh, gula
dan terigu, lalu memajangnya di depan rumah, katanya mau jualan.
Pagi akhir pekan itu Azka bangun dengan semangat belum mandi dan
cuci muka langsung gelar dagangan depan rumah di bantu Khalif.
Tak lama dia menghampiri saya.
"Ma, kalau ga ada yang beli gimana?"
"nanti ada, sekarang kan orang-orang gak tahu Azka
jualan."
Sepertinya Azka tidak puas dengan jawaban saya, wajahnya lesu.
"Abi beli dua," kata Abinya tiba-tiba, wajah Azka
langsung sumringah.
Selanjutnya si mba depan rumah yang beli, anak tetangga depan.
Azka menjualnya dengan harga di bawah pasaran, dua ribu. Alhamdulillah sampai
saat tulisan ini di tulis lebih dari setengahnya mie laku terjual, uangnya
sedikit demi sedikit di pakai Azka jajan. Padahal kami sudah bilang kalau uang
itu di tabung untuk beli mie lagi dan dia jual lagi. Tapi dia belum paham.
Wajah Azka sumringah banget tiap ada yang beli mie.
"Jualan aku laku ya, Ma. Mama harusnya beli lemari kaca yang
untuk jualan itu."
"Ehm....
Azka keren! Gpp sekarang merasakan dulu nikmatnya jualan laku.Besok2 belajar menyisihkan untuk kulakan ya heheee
BalasHapusAzka kereen....pengen ngajarin anak jualan juga mba, dulu mama dan abahku selalu bilang mereka ngga ada bakat, eh kok aku malah ngelapak hihihi...
BalasHapus