Mama datang dan isi
tas besar yang dibawanya sudah bisa saya tebak. Bukan
pakaian karena mama sudah menyimpan pakaian di sini. Isinya tahu bandung,
brokoli, wortel, cabe gendot (jenis cabe gemuk dan pedas ini tidak ada di
bogor), tomat, daun bawang dan cabe merah keriting.
Azka dan Uti (eyang putri) |
Mama tidak mengambilnya dari kebun
karena kami memang tidak punya kebun . Tapi mama membelinya dari pasar
simpang dago.”Aduh Bu, gak usah repot-repot, di sini juga ada,” kata suami saat
pertama kali mama berkunjung ke rumah kami .
“Iya,
Ma. Di Bogor juga banyak. Kalau tahu Bandung bolehlah karena tahu Bandung yang
di Bogor
rasanya beda,” Lanjut saya.
“Iya
tapi di sini mahal. Masak tomat satu biji seribu. Tahu bandung satu biji lima
ratus….”
“Iya
tapi ongkosnya dari Bandung juga berapa.”
“Mama
kan sekalian ke sini gak sengaja nganterin sayuran.” Alhasil sampai sekarang
setiap kali datang berkunjung mama selalu membawa belanjaan dan kami tidak
komplain lagi karena mama tetap pada pendiriannya. Tapi suatu kali kami dibuat
terkejut dengan oleh-oleh mama, selain beragam sayuran mama membawa serta satu
kilo lele hidup dalam box plastik. Dan
sebelum kami sempat berkomentar mama berkata,”Kebetulan si Rom (tukang sayur
langganan mama di Bandung) bawa lele terus mama ingat kalau Azka suka lele goreng
garing.”
Setelah
berganti pakaian, membuka bawaannya dan menyusunnya di kulkas. Mama akan
langsung melakukan inspeksi. Pertama-tama tentu tanaman-tanaman dalam pot di
belakang rumah yang sebagian besar memang mama yang menanamnya setiap kali ke
sini. “Jarang di siram ya?” tanyanya, atau ,”ini kalau sore di pindah biar gak
kepanasan, biar daunnya gak gosong.”
“Ini
pintu gak pernah di lap ya?” satu telunjuknya di ulaskan ke daun pintu. Kamar
mandi sudah barang tentu jadi sasarannya berikutnya.
Lalu
tanpa bisa di cegah mama akan membereskan apa yang menurutnya tidak beres,
tidak pada tempatnya, kotor dan berantakan (padahal menurut standar saya sudah
cukup rapih) menjadi rapih, ringkas dan
resik. Kami, saya dan suami sudah berulang kali melarang mama untuk tidak
repot-repot bersihin ini itu tapi jawabnya selalu,”abis ngapain, gak betah diam
saja.“ Jadi ya sudahlah toh mama melakukannya dengan senang hati.
Kebiasaan
mama untuk beres-beres juga dilakukan jika mengunjungi rumah adik perempuan
saya. Dan kami memandang kebiasaan mama sebagai bentuk perhatian dan rasa
sayangnya bukan memanjakan karena sedari kecil kami di didik untuk terlibat
dalam urusan pekerjaan rumah tangga itu sebabnya mama bisa membesarkan kelima
anaknya tanpa art . Lama-lama
saya menyukai kebiasaan mama untuk beres-beres setiap kali berkunjung dan saya pun bisa cuti masak, karena mama dengan inisiatif mengambil alih tugas itu. duh *dosagakya?*
Tapi sesekali
hobi mama ‘beres-beres’ membuat saya bingung karena mama kadang
memindahkan barang dan lupa memberitahu. Jadi saya harus menelpon ke Bandung
sekedar menanyakan,”Ma, sepatu merah
Azka di simpan di mana?” atau,”Ma,
kanebo di simpan di mana?”
Btw,
mungkin ini yang disebut kasih ibu sepanjang masa. Tidak peduli berapa usia
kita, ibu selalu berkeinginan untuk memberi dan tak pernah berharap balasan. I
love u full Mom dan Happy Mother Day
Mama emang the best ya mak,,, hari ini serentak semua orang nulis atau sekedar update status tentang mama atau ibu, saya jadi kangen Alm. Mama saya...
BalasHapusBetul banget mbak, sepertinya mama menenangkan ya ^^
BalasHapusSelamat Hari Ibu ^^
Wah, mamanya mbak Rina persis sekali dg Ibuku.
BalasHapusBeliau itu kalo ke rumahku atau ke rumah adikku selalu saja beres. Alasannya malah bingung kalau cuma diam aja.
Beliau itu emang no.1 urusan kebersihan... dan herannya aku dan adikku gak bisa menyamainya heheeh #tepokjidat
mamaku juga suka ikut bantu2 kalau pas ada dirumah :)
BalasHapusIbu, profesi terhebat sepanjang masa :)
BalasHapusIbu, Profesi Terhebat Sepanjang Masa