Memiliki Balita jangan berharap tembok rumah bebas dari coretan pensil warna, spidol, krayon atau cat air. Pun setelah kita menyediakan buku, kertas, papan tulis plus nasehat yang diulang – ulang agar menulis atau mewarnai di kertas. Si kecil tetap melakukannya dengan mencuri-curi ataupun dengan wajah polosnya saat kita ada di dekatnya dan dengan bangga menunjukkan hasil karyanya. Seperti suatu siang, saat tengah menemaninya bermain di kamarnya.
“Lihat Ma, ini gambar pocong.”
Saya lihat corat-coret tak jelas di dinding kamarnya yang baru beberapa minggu di cat. Pocong? dari mana dan sejak kapan Azka dapat kosakata pocong? Seingat saya kami belum ‘mengenalkan’ atau menakut-nakuti dengan istilah-istilah mahluk halus.
“Apa sich pocong?” tanya saya pura-pura tidak tahu.
“Pocong Mama. Ini gambar pocong.”
“Tahu dari mana itu gambar pocong?”
“Dari teman pengajian.”
Kali lain saya dibuat terkejut dengan coretan spidol cukup besar di dinding ruang menonton. Yang membuat saya terkejut karena ruangan ini baru saja di cat dan saya sudah mengingatkannya untuk tidak mencora-coret tembok saat tukang tengah mengecatnya.
“Azka ya?”
“Iya.” Katanya dengan muka di tekuk tapi tak lama ia menegakkan kepalanya dan berkata dengan wajah sumringah.”Tapi ini gambar hati, Mama!”
Ehm, memang kalau diperhatikan lebih seksama ada guratan berbentuk hati.
“Terus kenapa kalau gambar hati?”
“Hati itu kan artinya sayang. Jadi aku sayang mama.”
“Hati itu kan artinya sayang. Jadi aku sayang mama.”
hehehehe.. lucu.. jadi inget anakku. aku ga sadar klo ditembok ada "sesuatu".
BalasHapuslagi tiduran, pas ngeliat ke sisi tembok "lohhh kok ada mobil disituuuu.."
huahahaha... ternyata anakku yang lagi suka corat coret
tandanya anak-anak kita kreatif ya mbak :)
BalasHapus