Tampilkan postingan dengan label wisata sukabumi. Tampilkan semua postingan

Wisata Situ Gunung Part 3; Situ Gunung

Situ Gunung Bagian terakhir dari ulasan wisata ke Situ Gunung Sukabumi. Situ dalam bahasa sunda berarti danau. Situ Gunung artinya Danau yang ada di gunung. Danau ini terletak di kawasan Gunung Gede dan Gunung Pangrango di ketinggian 850 mdpl.

Danau Situ Gunung ternyata danau buatan


Part 2 Curug Sawer Situ Gunung 

Review Situ Gunung versi vlog 




Wisata Situ Gunung Part 2; Curug Sawer

Curug Sawer Situ GunungTulisan ini merupan bagian ke 2 dari wisata ke Situ Gunung Sukabumi. Part satu mengulas tentang Jembatan Situ Gunung atau Suspension Bridge termasuk harga tiket masuk, info penginapan dsb. Part 2 mengulas Curug Sawer. Dalam bahasa sunda curug itu berartii air terjun.

Di Curug Sawer

Part 1 Suspension Bridge Situ Gunung 

Review versi vlog 




Wisata ke Situ Gunung Part 1; Suspension Bridge

Suspension Bridge Situ Gunung Sukabumi. Assalamualaikum teman – teman.
Buat yang punya rencana liburan tidak jauh – jauh dari Jabodetabek, mungkin bisa mencoba salah satu destinasi  wisata di  Sukabumi.

Situ Gunung Suspension Bridge

Ada beberapa destinasi wisata rekomendasi  di Sukabumi diantaranya yang paling terkenal; Pelabuhan Ratu, Arung Jeram di  sungai Citarik, Geopark Ciletuh dan Situ Gunung,  salah satu kawasan wisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, terletak sekitar 15 km dari pusat kota Sukabumi. 

Review Suspension Bridge Situ Gunung versi Vlog bisa lihat di 





Berlibur ke Sungai Citarik Sukabumi

Sukabumi salah satu kota dengan banyak tempat wisata menarik, pantai, taman nasional,  air terjun, geopark, danau dan sungai. 

Beberapa waktu lalu saya berlibur di tepi sungai Citarik Sukabumi, sungai yang biasa digunakan untuk arung jeram. 


Arung jeram

Berpetualang dan Bermalam di Arus Liar Sukabumi

Teman-teman yang suka traveling pasti sudah tidak asing dengan nama Arus Liar, salah satu rafting yang ada di Citarik Sukabumi. Tapi Arus Liar tidak hanya menawarkan rafting lho, juga penginapan dengan tiga nuansa berbeda; camping ground, saung tepi sungai (serasa tinggal di desa), atau bungalow walaupun letaknya di tepi sungai namun nuansa sunyinya lebih terasa. Untuk yang hanya berlibur sekeluarga  saya kurang merekomendasikan di bungalow karena area terlalu luas kecuali di bungalow ada tamu lain yang menginap. Bungalow lebih cocok untuk acara gathering kantor karena dilengkapi tanah lapang untuk acara/permainan.

Saya memilih menginap di Saung tepi sungai yang disebut Kampung Ngaloen, dengan pertimbangan tempatnya pas tepi sungai jadi anak – anak bisa bermain dan bisa denger gemericik air sepanjang hari. Waraas pokokna mah.




Penginapan di tepi sungai

Tarif dan Fasilitas
Soal tarif cukup bersahabat, Rp 200.000,- permalam/orang sudah termasuk dua kali makan, pagi dan malam. Belum termasuk tarif rafting sebesar 200 (tarif sudah termasuk  makan siang).  Usia minimal untuk bisa ikut rafting 10 tahun. Kok murah amat? Karena yang ditawarkan penginapan ala – ala menginap di perkampungan jadi fasilitasnya sederhana, tapi tenang, kalau teman – teman pake provider dari si merah yang memang rada mihil, sinyal untuk internetan kuat hehehe. Bandingkan dengan provider lain yang saya juga pake (double sim) di tempat tinggal saya sekarang aja, pinggiran kab. Bogor dan Tangsel, sinyalnya lelet.



Memang tidak ada wifi? Di camp arus liarnya wifi gratis tapi kalau di penginapan harus beli.

Selain makan dua kali sehari, tempat tidur layak, tersedia air mineral  dan kamar mandi bersih. Tanpa tv, jadi yang terdengar hanya gemericik aliran air sungai, pokoknya terasa tinggal di desa jaman dulu. Cocok untuk niis dan rehat sejenak dari keriuhan dan kesibukan kota.

Karena anak-anak masih dibawah usia 10 tahun, saya tidak bisa ikutan rafting. Padahal pengen banget rafting secara terakhir kali rafting ya pas acara kantor 10 tahunan lalu. Semoga next time ada kesempatan. Tapi walaupun nggak bisa ikut rafting seneng banget karena liat anak-anak antusias dan sukacita main di tepi sungai. Di kota mana bisa kayak gini?

Jadi inget masa kecil, sesekali liat teman-teman yang kalau pulang sekolah berenang di Cikapundung kebetulan sekolah saya tidak terlalu jauh dari sungai tersebut dan banyak teman-teman yang rumahnya sekitar sungai Citarum. Karena saya tidak bisa berenang dan tidak punya nyali buat turun ke sungai jadi cuma lihat dari atas saja hahaha.

Saung terletak tepat di tepi  sungai jadi sementara Pak Suami dan teman-temannya rafting saya menemani anak-anak main di sungai. Sungai yang juga merupakan jalur rafting jadi saya sekalian nungguin Bapaknya anak – anak lewat.



Sungainya asli jernih tanpa sampah. Oh ya penginapan berupa saung yang diberi nama Kampung Ngaloen   berjumlah 10 saung. Dari camp Arus Liar (tempat administrasi) sekitar  1 km  dan hanya bisa dilewati jalan setapak, jadi mobil parkir di camp Arus Liar. Tak perlu khawatir soal keamanan di Kampung Ngaloen karena ada satpam yang menjaga 24 jam plus ada warung kecil yang menyediakan kebutuhan darurat seperti sikat gigi, sabun, kopi dan mie rebus. Jadi tak usah khawawatir kelaparan jika malam-malam, tinggal pesan indomie saja . Maklumlah kalau ke jalan raya  medannya tidak asik jika di tempuh malam-malam, horror hahaha.

Menurut cerita  dari bu warung dan Pak satpam, salah satu rahasia bersihnya sungai Citarik karena pemilik rafting (pemilik rafting di sekitar Citarik bukan hanya Arus Liar) turut mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai dengan melarang buang sampah ke sungai dan melarang masyarakat menangkap ikan dengan cara diracun atau disetrum.

Masyarakat menuruti himbauan ini karena kehadiran rafting membuka lapangan kerja dan ekonomi terdongkrak. Terbukti di sekitar tempat – tempat rafting ada kios – kios yang menjual barang keperluan rafting seperti sandal gunung dan koas.

Rafting
Tarif rafting sebenarnya ada beberapa macam, tergantung panjang pendeknya jalur rafting yang kita pilih, makin ke hulu tarif bertambah karena berarti jalur rafting makin panjang. Pada saat-saat tertentu (sesi liburan atau cuaca sedang bersahabat) ada pilihan finish rafting di pantai Pelabuhan Ratu. Jarak Arus Liar ke Pelabuhan Ratu sendiri jika di tempuh dengan kendaraan pribadi hanya 1 jam.  Jadi bisa banget nginep dan rafting di Arus Liar terus menikmati sunrise atau sunset di Pelabuhan Ratu.

Tarif rafting dengan jarak menengah sebesar 200 ribu/orang, jika ingin finish sampai pelabuhan rabu nambah 100 ribu/orang.

Kami ke sini sekitar bulan Mei lalu, sebenarnya ini acara Pak Suami dan team di kantornya - acara atas inisiatif teamnya dalam rangka refresing  jadi biaya pribadi. Hanya Pak Suami dan satu temannya yang membawa keluarga tapi temannya belum memiliki anak.

Jalan Cikidang
Teman-teman tahu donk jalur ke Sukabumi itu macet. Untuk mencapai Arus Liar teman-teman bisa lewat jalur alternatif Cikidang, namun jalannya berkelok naik turun dengan tikungan atau turunan/tanjakan cukup tajam jadi tidak direkomendasikan untuk yang masih belajar nyetir. Bonusnya lewat sini, udaranya sejuk karena kanan kiri, kebun sawit, kebun karet, tanah – tanah yang masih perawan selain perkampungan. Perjalanan dari Bogor ke Citarik memakan waktu sekitar 3 jam jika jalan lancar. Saat kami kemari jalan tidak macet hanya di beberapa titik tersendat karena ada pasar atau perbaikan jalan.


Anak – anak Sungai
Sungai di depan penginapan Kampung Ngaloen karena landai dan berbatu jadi tempat main favorit anak – anak lokal terutama pada hari minggu (libur sekolah). Jangan merasa terganggu dengan kehadiran mereka karena mereka sekedar main, berenang, mencari ikan dan melihat orang – orang yang rafting lewat. Seru banget lihat wajah – wajah ceria mereka main air dengan leluasa dan tidak kenal takut berenang menantang arus. Mungkin mereka generasi penerus pemandu rafting atau seperti ini masa kecil para pemandu rafting saat ini, jadi mereka kenal betul arus Citarik. Tapi semoga mereka kelak buka hanya jadi pemadu tapi pemilik hehehe. Saat ini kebanyakan pemilik rafting orang – orang kota besar malah ada orang bule, cerita Ibu pemilik kios.

Add caption

Add caption


So, jika teman – teman berencana berlibur ke tempat berbeda, menikmati keindahan alam, budget minimal,  namun tidak terlalu jauh dari Jabodetabek, wisata ke Sukabumi bisa jadi alternatif.

Videonya bisa dilihat di sini https://youtu.be/JyC2WHBVX-k







Ke Pelabuhan Ratu


*tulisan ini diikutsertakan dalam lomba sharing liburan dengan kendaraan di majalah  ayahbunda

Ini cerita saat kami berliburan akhir tahun 2010. Akhir tahun 2011 kami memutuskan liburan di rumah karena anggota keluarga kami yang baru, Khalif, baru berumur 2 bulan. Ya, bulan november  lalu saya melahirkan anak kedua. Jadilah liburan yang kami agendakan setahun sekali ini di tidak adakan tahun 2011. 

The story begin. Tempat yang kami pilih adalah pantai dengan pertimbangan, itu adalah tempat yang belum pernah di lihat si kecil Azka Zahra yang saat itu berusia 2y6m secara langsung tapi keberadaan pantai sudah dilihatnya dari film Dora atau Diego yang ditontonnya.
Pilihan kami jatuh ke Pelabuhan Ratu karena jaraknya dekat dengan kota tempat kami tinggal yaitu Bogor. Hanya memakan waktu dua jam, begitu kata teman-teman kantor saya yang kerap berlibur kesana tapi kalau macet bisa lebih lama.
Ya, jalan raya Bogor – Sukabumi termasuk jalan padat dan sempit untuk ukuran truk dan atau kontainer yang kerap lalu lalang di sini terkait dengan banyaknya pabrik di daerah ini salah satunya pabrik air mineral.    Jalanan yang tidak terlalu ramah untuk pengendara sepeda motor dan mobil pribadi. 

Untuk menghindari terjebak macet kami memilih berangkat pagi dari rumah. Sesuai prediksi jalanan yang kami lalui masih lenggang lalu mulai padat merayap saat masuk pertigaan parung kuda. Seorang penduduk lokal yang jadi petugas parkir dadakan di pertigaan, menyarankan kami untuk lewat jalan alternatif agar tidak terjebat macet. Untuk beberapa saat suami saya, sebagai ‘penentu kebijakan’ bingung karena belum pernah melewati jalan alternatif dan  ini pertama kalinya dia ke Pelabuhan Ratu membawa kendaraan sendiri.
“Gampang Pak, tinggal ngikutin jalan saja nanti sampai di pelabuhan ratu,” terang petugas parkir dadakan itu.

Akhirnya dengan pertimbangan jika terjebak macet memancing si kecil Azka rewel, belum lagi kami harus mencari penginapan - Kami batal menginap di hotel Inna Samudra Beach yang terkenal karena kamar khususnya untuk Nyi Roro Kidul – sekaligus yang membuat kami  memilih tempat ini  karena harga perkamar naik 300% dengan alasan termasuk paket tahun baru – an. kami tidak tertarik dengan acara tahun baru an, apapun model acaranya – . Kami memilih jalan alternatif yaitu jalan cikidang.
“Jalannya di aspal, Pak?” tanya suami.

Si penunjuk jalan mengacungkan jempol seraya berkata,”hotmix, Pak.”

Beberapa saat setelah melewati perkampungan kami dibuat tertegun dengan pemandangan sepanjang jalan yang kami lalui dan udara segar yang menyapa kami. Deretan kebun kelapa sawit, hutan karet, lembah dan bukit yang dirimbuni pepohonan, benar-benar indah dan membuat kami berdecak kagum. Sesekali kami membuka jendela mobil untuk mendapatkan udara segar nan bersih. Bersamaan dengan itu kami pun dikejutkan dengan tikungan, tanjakan dan turunan yang cukup tajam. 

Dibutuhkan presisi yang tepat saat harus belok sekaligus menanjak atau sebaliknya terlebih jika ada kendaraan dari arah berlawanan. Ini membuat jantung saya berdebar-debar namun sebaliknya suami saya sepertinya menikmati setiap lintasan yang cukup memicu adrenalin itu. “Serasa di sirkuit nich,“ kelakarnya. “Pulangnya lewat sini lagi ya.”
Untunglah jalanan lenggang.

Kami  bersyukur membawa kendaraan yang cukup baik untuk melalui medan seperti ini. Dengan teknologi power steering yang memudahkan menyetir, rem yang pakem, kedap suara dari mesin dan kebisingan luar, dan ruangan mobil yang cukup lapang sehingga si kecil Azka bisa tidur atau bermain dengan bonekanya dengan nyaman. Walaupun begitu kami tetap mengecek kendaraan kami ke bengkel sebelum berangkat, memastikan kondisinya baik. Karena kondisi mobil sangat berpengaruh terhadap keselamatan kami.
Oh ya, ini benar-benar liburan keluarga karena hanya kami bertiga, art yang tadinya kami ajak menolak ikut dan memilih pulang kampung. Walaupun awalnya khawatir repot pada akhirnya kami menikmatinya. Sangat menikmatinya terlebih tidak setiap saat kami bisa seintens ini karena kami sama-sama bekerja.

Sampai di area pelabuhan ratu kami  mencari tempat menginapan yang cocok, pilihan kami jatuh pada penginapan bergaya bungalow yang tidak mengadakan acara khusus tahun baruan. Luas, nyaman, bersih dengan harga masuk akal.