Tampilkan postingan dengan label pictures talks. Tampilkan semua postingan

Pohon Kebahagian




Foto di ambil di taman cluster tetangga. Sekelompok anak dari luar perumahan tempat saya tinggal tengah beristirahat di atas pohon ini setelah bermain sepakbola. Mereka antusias saat saya bilang mau di foto :D

Ulin di Bogor : Mekarsari

12 mei lalu, Azka Zahra genap 4 tahun. doa mama, abi, uti dan akung semoga Azka jadi anak soleh, sehat dan pintar ya...

Saya dan suami sepakat menghadiahi Azka dengan berkunjung ke suatu tempat yang belum pernah Azka kunjungi,  pilihan jatuh ke taman buah Mekarsari .

Kendaraan hanya bisa sampai parkiran untuk melihat dan berkeliling area beragam pohon buah menggunakan kereta yang disediakan pihak mekarsari dan membayar 10 ribu perorang. Ada pula paket 50 ribu perorang, dengan paket ini, peserta tidak hanya diajak berkeliling tapi singgah di rumah kaca yang khusus membudidayakan melon dengan beragam bentuk dan peserta mendapat satu buah melon dan buah lainnya.

Beragam pohon buah asli Indonesia ada di sini, seperti sarikaya, salak, sawo dsb (yang pastinya jarang ada di supermarket yang didominasi buah import)  Yap,kita patut berbangga karena keanekaragaman ini. Buah lokal yang murah meriah dan menyehatkan.

Dan kebetulan setelah search di google di sana ada outbond flying fox, outbond yang belum pernah Azka coba.





Track flying foxnya lumayan rumit untuk anak-anak (menurut saya) tapi komentar Azka membuat saya dan suami mengerutkan kening,"Aku gak takut," katanya tanpa kami tanya saat dia selesai meluncur dengan flying foxnya...


Azka dan Rayn

 Ini adalah foto Azka Zahra dan sepupunya mas Rayn yang usianya terpaut dua tahun di atas Azka. Foto diambil saat Rayn berlibur di Bogor. Walaupun Azka dan Rayn tinggal beda kota dengan intensitas pertemuan yang terbatas tapi keduanya sangat akrab, salah satu sebabnya mungkin karena mereka memiliki karakter yang mirip yaitu supel. Bagi Azka, Rayn adalah kakak yang serba ‘hebat’. Tak heran jika apa yang dilakukan dan disukai Rayn, Azka mengaku menyukainya. Foto ini  ceritanya adalah gaya meniru power ranger, film yang sebenarnya belum pernah di tonton Azka tapi dengan sok tahu dan percaya diri Azka mengaku suka dengan tokoh-tokoh power ranger yang diceritakan Rayn. Jika Rayn ke Bogor, Azka pasti  meminta berenang ramai-ramai dengan Rayn.

Saat Azka ke Bandung, Rayn pasti membekali Azka dengan mainan dan buku miliknya, katanya,"Aku udah besar, ini buat Azka saja." 

Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY :  Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh susindra.


Eksotis , Mistis dan Mitos


Pilihan untuk berlibur di daerah pantai, sesuai request Azka, karena  nonton Dora n Diego (film kartun fav Azka) selalu merengek minta ke ocean. “Ocean tuch apa sich?” tanya saya suatu hari. “Itu kayak di film dora.” Kami memilih Pelabuhan Ratu karena jaraknya dekat dari Bogor jadi bisa mumer dan gak kelelahan di jalan. Kebetulan pula saya belum pernah ke sini. 

Nah kalau biasanya daerah pantai panas maka si pelabuhan ratu ini sebaliknya, adem. Di sepanjang pantainya juga banyak pohon besar nan rindang. Tapi yang pasti pantai ini eksotis. Walaupun saya belum tahu definisi dan batas yang disebut sesuatu eksotis. Sebagai perbandingannya, kebetulan saya pernah ke Bunaken dan beberapa pantai di bali (alhamdulillah, kalau bukan karena event dari kantor, belum sempat ada bayangan buat ke tempat2 ini). Dan baru ngeh juga kalau setiap pantai memiliki karakter yang berbeda. Pelabuhan Ratu dengan ombak yang tidak pernah berhenti menghempas pantai, makin sore makin besar dan puncaknya di pagi hari, saat yang tepat untuk surfing.

Mungkin keeksotismean ini  yang  kemudian pantai laut selatan ini dihubungkan dengan seorang ratu yang menguasainya, yaitu Nyi Roro Kidul. Kalau klik di om google seputar mitos pantai laut selatan ini, akan muncul beragam versi.

Saya jadi teringat versi yang ditulis Pramoedya Ananta Toer (PAT) dalam salah satu buku Tetralogi Bumi Manusia;
"Tetapi Eropa kolonial tidak berhenti sampai disitu. 
Setelah Pribumi jatuh dalam kehinaan dan tak mampu lagi membela 
dirinya sendiri, 
dilemparkannya hinaan yang sebodoh-bodohnya. 
Mereka mengetawakan penguasa-penguasa pribumi di Jawa yang 
menggunakan tahayul 
untuk menguasai rakyatnya sendiri, dan dengan demikian 
tak mengeluarkan biaya untuk menyewa tenaga-tenaga 
kepolisian untuk mempertahankan kepentingannya. 
Nyai Roro Kidul adalah kreasi Jawa yang gemilang untuk 
mempertahankan kepentingan 
Raja-Raja Pribumi Jawa."
 
Atau di petikan pidato tertulis PAT saat menerima penghargaan Magsasay: 

Salah satu contoh bagaimana pujangga Jawa memitoskan kekalahan 
Sultan Agung, raja pedalaman Jawa, 
yang dalam operasi militer terhadap Batavia-nya Belanda 
pada dekade kedua abad 17 telah mengalami
 kekalahan total. Akibatnya Mataram kehilangan kekuasaannya atas 
Laut Jawa sebagai jalan laut internasional.
Untuk menutupi kehilangan tersebut pujangga Jawa 
menciptakan Dewi Laut Nyai Roro Kidul sebagai selimut, 
 bahwa Mataram masih menguasai laut, di sini Laut Selatan (Samudera Hindia). 
Mytos ini melahirkan anak-anak mytos yang lain: 
bahwa setiap raja Mataram beristerikan Sang Dewi tersebut. 
Anak mytos lain: ditabukan berpakaian hijau di pantai Laut Selatan. 
Ini untuk memutuskan asosiasi orang pada pakaian hijau Kompeni Belanda. 
Dan tanpa disengaja oleh pujangganya sendiri 
Sang Dewi telah mengukuhkan kekuasaan para raja Mataram atas rakyatnya. 
Bahkan menjadi polisi batin rakyat Mataram.



Logika Mitos yang masuk akal bukan?

Gambar Hati

Memiliki Balita jangan berharap tembok rumah bebas dari coretan pensil warna, spidol, krayon atau cat air. Pun setelah kita menyediakan buku, kertas, papan tulis plus nasehat yang diulang – ulang agar menulis atau mewarnai di kertas. Si kecil tetap melakukannya dengan mencuri-curi ataupun dengan wajah polosnya saat kita ada di dekatnya dan dengan bangga menunjukkan hasil karyanya. Seperti suatu siang, saat tengah menemaninya bermain di kamarnya.

“Lihat Ma, ini gambar pocong.”
Saya lihat corat-coret tak jelas di dinding kamarnya yang baru beberapa minggu di cat. Pocong? dari mana dan sejak kapan Azka dapat kosakata pocong? Seingat saya kami belum ‘mengenalkan’ atau menakut-nakuti dengan istilah-istilah mahluk halus.
“Apa sich pocong?” tanya saya pura-pura tidak tahu.
“Pocong Mama. Ini gambar pocong.”
“Tahu dari mana itu gambar pocong?”
“Dari teman pengajian.”

Kali lain saya dibuat terkejut dengan coretan spidol cukup besar di dinding ruang menonton. Yang membuat saya terkejut karena ruangan ini baru saja di cat dan saya sudah mengingatkannya untuk tidak mencora-coret tembok saat tukang tengah mengecatnya. 

“Azka ya?”
“Iya.” Katanya dengan muka di tekuk tapi tak lama ia menegakkan kepalanya dan berkata dengan wajah sumringah.”Tapi ini gambar hati, Mama!”
Ehm, memang kalau diperhatikan lebih seksama ada guratan berbentuk hati.
“Terus kenapa kalau gambar hati?”
“Hati itu kan artinya sayang. Jadi aku sayang mama.”


Ulin di Bogor : Taman Rusa

Liburan di Bandung, tepatnya rumah Uti (eyang putri) gagal karena minggu lalu kami sekeluarga kena batuk pilek termasuk Khalif (7m). Tidak tahan menghabiskan hari di rumah saja, setelah batpil agak reda kami memaksakan diri mengajak si kecil Azka ke playground di mall dan taman rusa. Sebenarnya Azka gak menuntut liburan – lha wong setiap hari liburan secara sudah ‘lulus’ playgroup dan menunggu masuk tk pertengahan tahun ini - cuma emak dan bapaknya saja yang merasa sensitive, merasa ‘berkewajiban’ mengganti hari-hari yang dihabiskan dikantor  dengan hadiah liburan untuk Azka.


Tepatnya halaman Istana Presiden Bogor tapi Azka lebih suka menyebutnya taman rusa. Rusa-rusa di sini diperkirakan jumlahnya mencapai lebih dari 500 ekor. Menurut catatan sejarah rusa-rusa ini telah beranak-pinak di sini selama 200 tahun terhitung sejak tahun 1811. Awalnya hanya  sebanyak 6 pasang rusa yang dibawa Dan Daels Gubernur Hindia Belanda pada saat itu. Rusa-rusa ini merupakan jenis rusa totol yang dibawa dari daerah di sekitar pegunungan Himalaya. Ketika Indonesia diinvasi oleh Jepang, rusa-rusa tersebut diburu hingga hampir habis. Namun beberapa bersembunyi di rumpun-rumpun yang terdapat di halaman Istana dan selamat.

Cukup dengan merogoh recehan seribu rupiah si kecil bisa menikmati eduwisata ini. 



Untuk mama dan papa yang ingin menyempatkan diri kesini dengan  membawa kendaraan roda empat mungkin akan sedikit bingung memarkirkan kendaraannya. Yap, disini memang dilarang parkir karena halaman istana langsung berbatasan dengan ruas jalan utama yang padat. Parkiran mobil bisa dicari di di depan hotel salak atau masuk hotel salak.

Dhila13 Photo Challenge: Inspirasi

Ini adalah Pa Suparmin dan kios Buku dan Majalah bekasnya. terletak di belakang terminal baranang siang Bogor. Pilihan tempat yang saya pikir kurang tepat karena jalan di depannya selalu macet oleh angkutan umum, tempat mangkalnya para pengamen dan anak jalanan, deretan kanan dan kiri kios ini didominasi warung nasi, kelontong, tempat penitipan motor dan toilet umum. sementara pengunjung terminal kebanyakan pekerja (kerja di jakarta) yang pergi pagi pulang malam.

Di dorong naluri hobi lama saat masih kuliah di Bandung dulu (berburu buku bekas berkualitas dengan harga miring) suatu sore sepulang kerja saya mampir.  kami terlibat obrolan, tepatnya saya yang nanya ini itu hehehe. Namanya Suparmin dan sudah lima tahun berjualan buku di tempat ini, sebelumnya berjualan buku dan majalah bekas juga di Jakarta. Dan ketika saya tanya alasannya jualan buku,"Karena saya suka membaca."

Jawaban yang sederhana namun saya pikir butuh keberanian. Saya yang ngaku suka buku dan suka nulis pun belum berani membuka kios buku (tanpa modal dan jaringan kuat) atau melepaskan label karyawan untuk jadi full time writer (walaupun disupport suami) karena membeli buku dan membaca masih menempati prioritas ke sekian (atau mungkin tidak ada dalam prioritas) pada kebanyakan masyarakat negeri ini.


“Foto disertakan pada Bukan Kontes Biasa: TASBIH 1433 H di Blog Dhila13.”

STIMULASI

Kejutan! Azka (3y6m) ternyata sudah bisa menulis sendiri padahal saya tidak pernah mengajarinya secara khusus dan tahun ini pun ia ‘istirahat’ dari playgroup (untuk menghindari kebosanan). Memang beberapa waktu lalu salah satu kebiasaannya sebelum tidur adalah meminta saya menuliskan nama-nama orang yang dekat dengannya (Abi, mama, ayen (nama sepupunya), uti (panggilan azka untuk mamaku) dsb ) dengan cara titik-titik dan dia menyambungkannya, ide yang didapatnya dari playgroup. Dan dengan inisiatif dia akan bertanya,” Ma, ini huruf apa? Kalau ini huruf apa?”….

Setelah 10 Tahun

Ini adalah tulisan yang dimuat di media setelah kurang lebih 10 tahun sejak pertama kali tulisan saya dimuat di dua majalah remaja. Jadi penyemangat untuk kembali menulis...

Play Group

                                               Azka (tengah) dan teman-teman  @ TK/PG Aulia Bogor