Tampilkan postingan dengan label oleh-oleh seminar. Tampilkan semua postingan

Digital Sisterhood #EventFemina

58% yakin teknologi memungkinkan pemimpin untuk berkomunikasi dengan tim lebih mudah dan lebih cepat dan 77% anak-anak dan remaja terhubung, mengakses media sosial. 

Beberapa waktu lalu saya mendapat undangan dari majalah Femina untuk hadir di acara #wanitabicara dengan tema Digital Sisterhood – digital leadership dan digital parenting. Membaca temanya yang kekinian langsung book mark hari buat ikutan. Minta ijin suami dan pesen sama si mba buat nitip anak-anak pada hari itu.

Merasa harus jadi mama yang update soal digital karena menyangkut diri sendiri dan masa depan anak-anak. waalupun tema digital parenting sudah beberapa kali saya baca di majalah AyahBunda saya ga pernah bosan kalau ikut sesi parenting walaupun temanya sama karena percaya ikut ini akan merefresh ingatan soal pengasuhan.

Duh jadi kepanjangan nih prolognya. Langsung aja deh...

Marketing dan Kemasan


Oleh-oleh seminar wanita wirausaha femina 2013 (part 1)

Tgl 2 februari 2013 lalu saya mengikuti seminar wanita wirausaha femina, hadir bukan sebagai wanita pengusaha tapi wanita yang ingin memiliki wirausaha. Salah satu materi yang diberikan adalah mengenai kemasan, dengan pemateri Dody Achmad Sagir, seorang dosen FRSD ITB.


Mengutif kata-kata kang* Dody, kemasan (sebuah produk) adalah pengantar cerita. Cerita bagus penjualan bagus. Kita harus tahu benar cerita produk yang akan dikemas sebelum mulai mendesain. Jika tidak, kita hanya akan membuat kemasan yang (mungkin) lucu, menarik, seru tapi bukan desain yang baik dan tepat.


Kemasan akan mewakili dalam mengkomunikasikan keunikan (produk) kepada calon konsumen. Karena kemasan memegang peranan penting dalam strategi marketing.


foto dgn bob merdeka, founder and ourner ma icih

Nah, karena saya suka baca n menulis, kesimpulan yang saya dapat mengenai pentingnya kemasan saya disambungin sama cover, desain dan ilustarasi sebuah tulisan atau buku. Di seminar itu kang Dody gak sama sekali ngebahas ini lho, jadi kalau ada kesalahan pada tulisan di paragraf selanjutnya itu kesalahan saya.  

Bagi saya ngomongin buku gak bisa lepas dari desain cover selain isi dan penulisnya. Cover buku sama dengan kemasan seperti yang dibilang kang Dody, sebagai pengantar cerita. Jika penulisnya sudah terkenal biasanya orang tidak terlalu memperhatikan bagus tidaknya cover tapi untuk penulis baru, dengan tingkat popularitas biasa, cover buku menjadi sangat penting seperti halnya endorsment (saya termasuk yang pernah ketipu dengan endorsment – isi buku ternyata tidak sebagus endorsment yang ditulis)


Cover buku simple yang mengingatkan tapi eye catching, membuat penasaran tapi belum tergerak untuk membeli baru setelah baca review dan ide ‘tiger mom’ nya jadi headline sebuah sebuah majalah karena dinilai kontroversial, saya merasa harus membeli buku ini. Dan isinya, inspiratif walaupun tidak semua hal dalam buku ini bisa diterapkan. Review buku bisa diintip disini.


Ini buku yang awal tahun saya beli dan baca, covernya jelek menurut selera saya tapi karena buku ini masuk nominasi 10 dari buku khatulistiwa literari award (KLA) dengan penulis yang cukup ternama saya merasa harus membacanya. Ehm, buku yang cukup memacu adrenalin, berisi, dengan thema yang di gusung berbeda dengan buku-buku Tere Liye sebelumnya yang melow – belum sempat direview. 


 Tahu donk buku ini, masuk dalam list 1000 buku yang wajib dibaca sebelum mati. Covernya cukup vulgar tapi isinya tidak. Cukup tebal jadi jika tak punya waktu membacanya, nonton saja filmnya, di jamin membuat kesan, pengen nonton lagi dan mewek. Kalau membaca kita bakal dibuat kagum dengan penulis dalam menciptakan tokoh – tokoh utamanya, karakternya kuat . Margaret Mitchell pandai dalam menggambar karakter tokoh dari dialog, deskripsi bahasa tubuh dan gesture)

Tambahan lain dari kang Dody, bedakan kemasan (cover buku bagi saya, dengan desain baru (bentuk dan warna). Jadi ingat cover buku salah satu buku Dewi Lestari (dee) seri supernova.



Bukan hanya buku tulisan pun perlu 'kemasan', dengan foto atau ilustrasi agar orang tertarik membaca dan tidak membosankan ketika dibaca. itu sebabnya kehadiran gambar/foto disarankan pada postingan blog.

Cover buku saya mana ya? hehe belum punya buku, semoga suatu saat.



*hehe bukannya sok akrab sama kang Dody nich (padahal gak kenal) karena kalau di panggil pak terlalu muda, kalau bicara logatna  sunda pisan .


Next posting Media Sosial dan Marketing pemateri Yoswohady