Tampilkan postingan dengan label mom's story. Tampilkan semua postingan

Sastra masuk sekolah, mana buku sastra yang layak dibaca pelajar SMA, mana yang tidak?

Sastra masuk sekolah, mana buku sastra yang layak dibaca pelajar SMA, mana yang tidak?

Kemendikbud memasukkan daftar buku sastra yang masuk dalam pembelajaran sekolah. Dari daftar buku itu hampir semuanya sudah pernah saya baca dan menurut saya ada yang tidak layak dibaca anak SMA.


Kilas balik 

Jadi ingat, saya SMP  tahun 1990, dalam pelajaran bahasa Indonesia ada tugas membuat sinopsis dari buku-buku sastra angkatan Pujangga Baru, 45, 66 .Buku yang jadi bacaan ‘wajib’ kala itu yaitu Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Tenggelamnya Kapal Van De Wijck, Layar Terkembang dan lain-lain.

Dari baca buku itu, saya jadi suka baca fiksi yang serius – istilah yang saya gunakan  kala itu - karena sebelumnya bacaan saya tidak jauh-jauh dari buku-buku Enid Blyton, komik Nina, Trio Detektif , Lupusnya Hilman. 

Karena pada dasarnya saya suka baca, dikenalkan pada buku sastra, dengan diksi dan susunan kalimat yang enak dibaca dan 'beda' minta baca saya jadi bertambah pada buku sejenis, puncaknya saat kuliah, mengandrungi buku sastra termasuk sastra terjemahan. 

Dari suka fiksi level bacaan saya naik ke buku nonfiksi dengan tema pemikiran, baca-baca buku tema orientalis, biography, pemikiran islam modern dll. Membaca fiksi ternyata jadi pintu gerbang membaca buku non fiksi dengan beragam tema. 

Saat anak saya SMP,  sempat bertanya,”Dapat tuga sekolah baca novel apa dari sekolah?”

“Nggak ada.”

“Masa? Nggak ada tugas nulis sinopsis atau rangkuman buku fiksi gitu.”

“Nggak.”

Anak sekolah sekarang mungkin nggak diharuskan  baca buku fiksi, pikir saya. Padahal penting lho karena dari membaca buku fiksi, seiring waktu bacaan anak akan naik level, terus sampai nanti di titik beralih ke non fiksi tanpa diminta. Udah otomatis aja pengen baca buku, termasuk buku-buku pemikiran. Ini berdasarkan pengalaman pribadi, dari baca buku fiksi jadi suka baca buku pemikiran-pemikiran, waktu jaman kuliah suka baca tema-tema Orientalis, baca buku pemikiran islam seperti Fazlur Rahman dll, efek nongkrong sama anak sosial, padahal saya anak kimia. 

Anak gadis di rumah suka baca fiksi terutama buku-buku Tere Liye (Tere Liye minded lah sampai pernah  nggak mau baca buku fiksi lain selain Tere Liye – segitunya tapi Alhamdulillah karena isi buku-buku Tere Liye value nya sesuai dengan value yang saya tanamkan).

Tidak semua buku sastra layak dikonsumsi anak SMA 

Sekarang, beberapa buku sastra direkomendasikan jadi bacaan anak sekolah, dari buku itu  menurut saya ada buku yang belum layak dibaca anak SMA, salah satunya Cantik Itu Luka. Hampir semua buku sastra yang direkomendasikan  sudah saya baca, karena saya suka baca buku sastra.


Tahun 2015 (buku ini pertama kali terbit tahun 2002) saya membaca Cantik Itu Luka (CIL), rasanya ngeri-ngeri gimana gitu.  Ngeri seperti apa? Yang pernah baca buku Eka Kurniawan lain seperti Lelaki   Harimau, O atau buku lain  pasti paham. Kenyatannya hidup bisa sekejam dan setragis itu. Nggak merasa kagok kalau memposting cuplikannya  deskripsikannya hehehhe. Bisa intip bukunya di gramedia, atau intip buku Eka lain, biar ada bayangan hehehe atau japri saya. 

Bisa dibilang saya shock membaca Canti Itu Luka, padahal  usia saya saat membaca buku ini udah pertengahan 30 an. Perlu  waktu berbulan-bulan untuk menamatkan baca Canti Itu Luka, iya ngeri tapi penasaran. Dan setelah buku itu hatam dibaca, saya jual karena kalau melihat buku itu di rak ngeri aja gitu, terbayang-bayang. waktu itu saya jualnya di toko online dan langsung laku dalam 3 hari, ternyata saya jualnya kemurahan. Nyesel juga sih jual bukunya, karena sekarang harganya mahal hehehe

Apa mental saya selemah itu?   Atau pengalaman membaca buku saya kurang banyak? Pengalaman baca buku sebelum membaca Cantik Itu Luka, lumayan banyak. Sudah pernah baca  buku-buku Ahmad Tohari - Rongeng Dukuh Paruk  yang realis sekaligus getir, sudah hatam baca buku Tentralogi Pulau Buru (Boemi Manusia dan 3 buku lanjutannya), pernah baca buku Ayu Utami - karena penasaran), baca buku Seno Gumira (sampai ngefans), baca sastra terjemahan Anton Chekov, Nikolay Gogol dsb. Buku Pulangnya Leila S. Chudori dan AMBA Laksmi Pamuntjak buku yang cukup getir dan bikin patah hati, malah tragis pas baca bagian surat-surat dari Pulau Buru di bagian akhir buku AMBA.

Sudah banyak pengalaman baca cukup banyak masih shock baca Cantik Itu Luka, selemah itu mental saya (baca Lelaki Harimau Eka aja saya lemah sih hehehe). Saya membayangkan jika anak SMA yang membacanya, anak yang biasa novel Tere Liye seperti anak saya misalnya. Ehm…

Lalu apa pesan dari novel itu bisa diserap si anak SMA yang minim pengalaman? Apa diksinya cukup dipahami?

Sebagai perbandingan, saya pernah meminta anak saya baca buku Bumi Manusia, baru lima lembar sudah menyerah katanya kurang paham bahasanya  nggak ngerti, padahal diksinya ya sederhana tapi memang tidak seperti gaya bahasa fiksi pop. 

Setahun lalu anak saya nanya satu buku,”Mah tahu buku Laut Bercerita?”

“Kata teman aku bagus, aku boleh baca nggak?”

Saya memang mewanti-wanti anak gadis selain novel  Tere  Liye, kalau mau baca buku fiksi harus lapor dulu.

Aman dibaca anak sma

Bacaan anak sma di rumah 


Saya nggak langsung mengiakan karena belum baca bukunya tapi saya udah baca buku Pulang Leila S. Chudori dan menurut saya belum layak di baca anak SMA.

Saya tidak langsung melarang, saya bilang mama baca dulu. Akhirnya belilah saya buku Laut Bercerita, dibaca dan menurut value saya belum layak dibaca anak sma. Saya bilang ke anak gadis, belum boleh baca, nanti kalau udah kuliah boleh baca. Kenapa? Karena ada satu adegan di mana Laut  memadu kasih dengan Anjani.  

Ok saya sudah menanamkan soal value sesuai agama dan norma pada anak-anak sejak kecil tapi di usianya yang sekarang, masih SMA masuk katagori abg, masih labil, masih mudah terpengaruh lingkungan termasuk dari bacaan dan tontonan, saya khawatir perpengaruh pada pola pikir atau value yang kami tanamankan. Hubungan seks di luar nikah bagi value kami bukan hal normal.

Berbeda jika dia membaca buku di usia dewasa, katakanlah usia kuliah, ini berdasarkan pengalaman pribadi juga, jika menemukan bacaan tidak  sesuai value, akan mengganggapnya itu  pilihan orang di luar sana, saya memiliki value sendiri yang  sesuai dengan agama yang saya anut. Membaca ya untuk hiburan, mengolah rasa dan menemukan sejarah (banyak sejarah dibuat dalam bentuk fiksi untuk menghindari pencekalan).

Memang seks dalam buku sastra hanya sedikit, bahkan ada yang hanya satu paragraf ada yang hanya berupa kiasan tapi bagi saya tetap anak SMA belum waktunya membaca, terlebih yang mengarah pada menormalkan hubungan seks di luar nikah, karena pendirian anak di usia itu belum ajeg. 

Apa Bumi Manusia aman dibaca anak SMA? Nggak juga  karena ada adegan Minke dan Annelis berhubungan, tapi Pram tidak mendeskripsikan, hanya dengan kalimat semacam analogi.  Tiga buku lanjutan Bumi Manusia, aman tidak ada muatan seks apapun. 

Ada yang berkomentar, fiksi di aplikasi online lebih parah kalau soal menormalisasi hubungan seks di luar nikah. Benar, saya pernah mengamati fiksi online, yang ramai pembaca, yang laku  yang seperti itu, itu tugas orang tua memantau bacaan anak - remaja.

Saya mengamati fiksi online karena pengen juga nulis fiksi di aplikasi online tapi ya sesuai value saya, nggak mengikuti trend dengan alasan biar ceritanya laku/viral. 

Tentu saja ini pendapat pribadi yang mungkin berbeda dengan ibu-ibu lain. Sekali lagi ini soal  value dan yang saya tulis pendapat pribadi sebagai ibu dari dua orang pelajar.

Untuk yang suka sastra dan usianya sudah kuliah Cantik Itu Luka (CIL), bagus dibaca, tapi sebaiknya sebelum baca buku CIL  baca buku Eka Kurniawan yang lain dulu, biar nggak terlalu shock hehehe. Btw, saya suka diksinya Eka Kurniawan dan ketragisannya, karena kenyataannya hidup bisa lebih tragis dari fiksi (kalau lihat berita kriminal yang seliweran dan bikin istigfar – semoga kita semua dijauhkan).

Alternatif buku Sastra untuk SMA, buku Andre Hirata selain Laskar Pelangi ada buku yang judulnya Ayah, bagus. Buku Tere Liye, Aku, kau dan Sepucuk Angpau Merah, sangat manis untuk bacaan anak SMA. Kalau boleh memaksa saya ingin Seri Para Bedebah dan Tetaplah Bodoh Jangan Pintar Tere Liye  jadi bacaan anak SMA, biar tahu kondisi carut marut di negara tercintanya.

Buku sastra lain yang tidak saya rekomendasikan dibaca anak SMA, Ronggeng Dukuh Paruk Ahmad Tohari, pesan bukunya bagus tapi ya ada adegan dewasanya walaupun cuma sedikit, tapi buku Kubah Ahmad Tohari bagus dibaca anak SMA. Gadis Kretek juga menurut saya belum layak dibaca anak SMA. Balik lagi ke soal value keluarga masing-masing ya. 

Salam sastra.

Support System Menjadi Mama Blogger

Satu dekade 

Alhamdulillah, siapa sangka kalau ngeblog yang awalnya selingan, iseng, keterusan sampai lebih dari 10 tahun dan bisa terjadi salah satunya karena dukungan penuh  suami. 



Awal ngeblog tahun 2010, di multiply untuk nulis dan ngepost pake laptop suami. Iya saya memang tidak punya laptop walaupun saat itu saya kerja kantoran karena pekerjaan saya quality control di laboratorium, pekerjaan hanya dikerjakan di kantor, tidak bisa dibawa ke rumah jadi tidak perlu laptop. Sebagai orang yang suka nulis (sempat bercita-cita jadi penulis) impian memiliki laptop ada sejak kuliah karena laptop kan lebih praktis untuk nulis-nulis di banding komputer pc. Tapi apalah daya sebagai generasi sandwich yang banyak kebutuhannya, impian itu harus dipendam hehehe. 

Tahun ketiga menikah kami mencicil rumah, udah ga kebayang beli laptop, prioritas menstabilkan keuangan keluarga. 

Laptop pertama

Tahu saya cukup keukeuh nulis,  suami membelikan saya laptop. Ngeblog makin semangat, mulai rajin ikut lomba nulis dan kirim-kirim tulisan ke media. Saat itu media cetak masih ramai dan tulisan yang dimuat honornya lumayan. Beberapa kali menang lomba nulis yang diadakan brand. Saat itu lomba blog masih langka. 

Dari ngeblog mulai memberanikan diri ikut lomba/kontes nulis dan mengirim tulisan ke media cetak. 

Boleh baca Jadi kontributor lepas majalah

Tanpa diduga dapat email penawaran meliput acara sebuah brand di Jakarta untuk ditulis di blog, itu pertama kalinya saya mendapat pekerjaan dari blog dengan fee 1.5 juta untuk dua tulisan di blog sekali datang ke acara, tahun 2015.

Suami ikut antusias. Sejak saat itu setiap ada undangan ke Jakarta kalau weekend suami dan anak-anak ikut. Oh ya sebagai perantauan dari Bandung, saat itu saya masih buta banget kota Jakarta. 

Ditengah kesibukan kerja dan punya anak rajin ikut workshop offline tentang menulis fiksi atau non fiksi ke Jakarta. Suami  tidak keberatan bahkan mendukung. Anak dititip si mba di rumah.  Kalau workshop di Jakarta biasanya saya sendiri dari Bogor naik KRL. 

Boleh baca Workshop bareng majalah Femina 

Sekarang suami memang hampir tidak pernah lagi mengantar saya ke acara blogger di Jakarta karena saya sudah tahu Jakarta dan anak-anak cukup besar untuk ditinggal, malah seringnya gak mau diajak. Dukungannya lebih ke selalu memberi ijin, memaklumi  jika saya bilang ga masak karena ada deadline tulisan, anak-anak pulang sekolah naik gojek karena saya harus ke Jakarta ada acara blogger (liputan campaign, peluncuran produk). 

Anak-anak juga mendukung kegiatan saya, mau diajak kerjasama membuat konten, bantu ini itu.. Mengerti kalau Mamanya ga bisa jemput sekolah karena acara blogger ke Jakarta jadi mereka naik gojek dsb. 

Peralatan motret dan membuat video

Dari blog merambah ke  membuat konten di media sosial, mulai suka motret makanan, bikin video dll. Dukungan suami tidak pernah surut, dari membelikan kamera, macam-macam tongsis, lampu softbox, lampu led dsb. Bahkan pernah saat dia tugas kantor ke Bali oleh-olehnya printilan dapur dari kayu katanya buat moto moto. Ya ampun terharu walaupun di luar ekspektasi, printilan kayu yang dibawanya tidak sesuai selera saya hahahha. 

Alasan mendukung hobi istri

Alasan suami mendukung saya ngeblog karena dia tahu saya suka nulis. 

Suami paham istri kesibukan selain mengurus rumah tangga (setelah saya resign) dan dia paham sebagai orang introvert katanya saya cocok dengan dunia tulis menulis. Doi pecaya saya punya potensi nulis cuma kurang percaya diri. Iya sih. 

Saya dan suami ada kesamaan frekuensi, jadi perempuan harus berdaya, bisa mandiri. 

Soal penghasilan dari blog suami tidak mau tahu, alias buat saya sendiri . Jadi biasanya penghasilan blog untuk ortu, praktik resep, beli printilan dapur, buat jalan-jalan ke Bandung dan mentraktir suami dan anak-anak. 




Film yang Tidak Bosan Ditonton

Tidak mengikuti perfilman drakor atau nonton serinya bukan karena tidak suka tapi menahan diri agar tidak ketagihan heuheu. Saya tuh ga bisa nonton setengah-setengah rasa penasarannya bisa ganggu pikiran seharian hahaha. Jadi pernah nonton drakor yang banyak dibahas teman-teman di medsos, karena penasaran nyarilah linknya dan nonton ngebut 3 hari, sampai belain ga masak. 

Kenapa ga nonton yang on going? Takut ga bisa berhenti nonton, tamat film A cari film lain. Jadi pilih film yang sekali tayang hehehe. 

Tapi ada nih film drakor yang ga bosen saya tomton, film drakor lama, film yang pernah tayang bersambung Indosiar tahun 2002, generasi 80-90 pasti tahu film ini, tahun di mana mulai masuknya drama Korea ke tanah air. 

Cerita dengan setting  para pekerja stasiun televisi, memperebutkan cinta dan karir. 

All About Eve

Kehidupan Jin Soon-mi nyaris sempurna walaupun ibunya telah meninggal, itu karena ayahnya sangat menyayanginya dan ia memiliki sabahat baik Woo-jin yang ibunya pun menyayangi Jin Soon-mi. 

All about eve


Masalah mulai muncul saat ayah Jin Soon-mi mengangkat anak seusai Jin Soon-mi dan membiayai kuliahnya. Young-mi berasal dari keluarga berantakan, ayahnya suka mabuk-mabukan. 

Ternyata Young-mi memiliki sifat licik, ia berusaha membuat Woo-jin jatuh cinta padanya padahal ia tahu Jin Soon jatuh cinta sama Woo-jin. 

Lalu keduanya diterima bekerja di sebuah perusahaan televisi, Young-mi kembali iri karena Jin Soon disukai bosnya yang tak lain anak pemilik perusahaan. 

Ceritanya klasik sih, perempuan cantik lugu yang teraniaya dan bertemu pangeran tampan kaya hahaha. Tapi saya suka konflik yang dibangun dengan setting dunia kerja jadi terlihat realistis. 

Karena suka sama film ini bela-belain beli dvdnya, ditonton ulang hanya bagian tertentu yang seru dan bikin baper heuheu. Kalau ditonton ulang semua episodenya ga cukup sehari. 

Poldark

Film seri dengan latar Cornwall Inggris tahun 1783. Diadaptasi dari novel Winston Graham dengan judul yang sama dan pertama kali terbit tahun 1945. Seri ini hanya tayang di Mola tv. Jadi beberapa tahun lalu pak suami sempat langganan Mola tv karena ngincer tayangan bolanya. 

Poldark


Ross Poldark yang baru saja pulang dari perang revolusi Amerika dihadapkan pada kenyataan pahit, ayahnya meninggal dengan menyisakan banyak hutang dan tunangannya menikah dengan orang lain. 

Tidak mau lama-lama terpuruk, ia meminjam uang pada bank untuk menghidupkan kembali tanah pertambangan milik Ayahnya. Bukan hal mudah karena bunga pinjaman yang tinggi dan persaingan antar tambang yang tidak sehat. 

Suatu hari ia melihat perempuan muda di bully di pasar, ia melerai dan membawa perempuan itu ke rumah untuk dijadikan pembantu. Siapa sangka keduanya saling jatuh cinta tapi itu bertentangan dengan aturan jaman itu, kalangan bangsawan tidak bisa menikah dengan rakyat biasa. Bagaimana kisah selanjutnya? Seru banget konfliknya karena tidak hanya soal cinta Ross Poldark. Seri ini terdiri dari 43 episode dibagi 5 season. 

Nah itu tadi dua dari beberapa film yang suka ditonton ulang bagian yang seru dan bikin baper hehehe. Film lain Upi Ipin, kalau anak nonton pasti ikut nonton dan anenhnya ga bosan walaupun udah beberapa kali nonton, ada yang sama? 

Kalau teman-teman film apa nih yang ga bosan ditonton? 



Blogger kok Jarang Update Blog?

Postingan blognya kok banyakan iklan? 

Ngakunya blogger tapi  kok blognya jarang update, giliran update postingan iklan!  

Kok banyak postingan iklannya daripada postingan organik? 

Masih semangat hadir di event blog


Pernyataan dan pertanyaan untuk diri sendiri. Kadang ada rasa malu ngaku blogger isi postnya banyakan iklan heuheu. Memang salah? Ya nggak hanya kadang merasa tulisannya ga original aja gitu kalau ditumpangi iklan heuheu. 

Tapi sejujurnya postingan iklan jadi  salah satu alasan  bertahan jadi blogger, semacam penyemangat. Kalau ga ada postingan iklan, mungkin blog saya mati suri  hanya update seperlunya, sesempatnya, nunggu moment insidental. 

Kok bisa berubah drastis, dulu apapun ditulis di blog, padahal ga dibayar. Hanya jalan-jalan ke taman kota pun ditulis, moment anak-anak sereceh apapun ditulis, nulis curhat bisa panjang. Sekarang sebaliknya. 

Mungkin, saya sudah sampai di titik jenuh menulis hal-hal biasa tapi juga tidak mampu menulis hal-hal serius berat nan inspiratif. Kalau dipikir lebih jauh hal-hal berikut yang membuat saya jarang update blog atau tidak terlalu semangat ikut lomba blog. 

Tidak mau membagikan banyak hal pada orang lain

Karena blog sifatnya terbuka, siapa saja bisa dan boleh baca, saya mulai memilah lebih ketat mana keseharian/pengalaman hidup kami sekeluarga yang mau dibagikan atau tidak. 

Dan saat ini saya lebih banyak tidak mau membagikan dengan orang lain, lebih suka menikmatinya sendiri, membuat privasi untuk anak-anak dan keluarga. Merasa tidak perlu menceritakan suka duka sekeluarga yang sifatnya personal menjadi bahan post blog walaupun dengan embel-embel inspiratif. 

Dulu, kalau liburan selain sibuk foto sibuk update status ig sekarang memilih sibuk menikmati. Kalaupun akhirnya di post, berminggu-minggu kemudian. 

Menempatkan blog pada prioritas kesekian

Saat ini kedua anak saya sudah menginjak usia  remaja dan praremaja, mereka lebih banyak menghabiskan waktu di sekolah atau dengan kegiatannya. Saya memiliki waktu  lebih banyak untuk  nulis (seharusnya)  tapi saya memilih tidak karena menempatkan ngeblog pada prioritas lebih bawah dari sebelumnya. 

Mungkin saya termasuk golongan orang yang dikatakan, di atas usia 40 tahun lebih suka diam karena butuh ketenangan heuheu. 

Lebih aktif di media sosial

Saya memang jarang update blog tapi masih rajin isi konten medsos karena merasa lebih praktis dan yang di share hal-hal yang sifatnya kurang personal, seperti masakan, makanan, kalau pun men-share acara keluarga seperti jalan-jalan ga detail hanya foto dan caption beberapa kata. 

Aktif di media sosial bukan sekedar mau eksis tapi mencari peluang cuan hahahah. 

Lagi suka bikin video masakan dan memotretnya. 

Memiliki kesibukan baru 

Selain memiliki kesibukan baru saat ini saya sedang mencari kesibukan baru yang lain, persiapan kesibukan untuk masa usia pensiun hahaha. Btw, pensiun bukan berarti diam duduk manis tapi mengerjakan sesuatu yang sesuai porsi tenaga. 

Kalau teman-teman yang sudah jarang update blog seperti saya apa nih alasannya? 







Makin seru nonton Liga Indonesia dengan Nex Parabola

Makin seru nonton Liga Indonesia dengan Nex Parabola 


Anak bola

Ngobrolin nonton bola hanya 2 pertandingan bola yang saya tonton pertama piala dunia, mungkin efek euforia. Kedua kalau persib tanding hahahha. Saya orang yang lahir dan besar di Bandung jadi kalau ngomongin kesebelasan bola ya cuma Persib dan hanya Persib seperti orang Bandung lainnya. Pokokna Persib nu Aing menang atau kalah hahaha.

Sebaliknya suami yang lahir dan besar di Jakarta fans berat Persija. Tapi kita akur lho. Tak heran anak-anak pun jadi suka nonton bola terutama anak bujang di rumah yang masih sekolah sd.

Waktu TK anak bujang ngaku suka main bola tapi giliran diumpanin bola, menghindar seperti takut kena. Masuk SD kelas satu pilih ekskul sepak bola dan terjadi lagi donk drama takut bola  saat tanding antar kelas, giliran dapat umpan bola dari temannya bukan menyambut malah lari menghindar. Pengen ketawa sekaligus greget. Ya gimana timnya mau menang. Lucunya selama pertandingan dia jingkrak-jingkrak antusias dan kayak ngarep dapat giliran nendang, eh giliran dikasih umpan, lari menghindar. Ekskul sepak bola tidak berlanjut karena pandemi, sekolah di rumah otomatis tapi tanpa ekskul.


Foto pribadi

Kelas 4 mulai masuk sekolah, si anak pilih ekskul bela diri tapak suci dan enjoy sampai sekarang. Masih suka main bola bareng teman-temannya di rumah (anak tetangga) dan mulai ga takut bola, kalau dikasih umpan nyambut. 

Piala dunia membuat euforia orang menonton bola bertambah  termasuk di anak bujang di rumah, terlebih piala dunia tahun 2022 lalu  jadwal tayangnya banyak yang sesuai dengan jam menonton orang Indonesia, jam 8 malam. Jadilah kalau ada pertandingan di waktu tersebut anak bujang nontong bareng bapaknya, bukan hanya nonton tapi ngobrol-diskusi, dia jadi hapal nama pemain bola, tahu istilah-istilah dalam sepak bola. Kadang mesem-mesem sendiri kalau dengar anak bujang  bergaya sok tahu kalau ngomongin bola sama bapaknya haha. Sudah barang  tentu kalau Tim Nasional Indonesia  pertanding dia nonton, duduk manis depan TV.

Lalu tiba-tiba suatu hari, anak bujang nyeletuk ingin jadi pemain sepak bola! 

“De, kalau cita-cita jadi pemain sepak bola itu, ga bisa tiba-tiba, ada sekolahnya. Jadi ga bisa mau jadi pemain sepak bola tapi ga sekolah bola. Cita-cita jadi punya club bola aja. Punya usaha, nabung beli club bola, ga capek.”

Dalam hati mikir,  dikira segampang itu beli club bola. Tapi intinya saya mau meluruskan pemahaman anak bujang agar tidak berangan-angan jadi pemain bola tanpa tahu apa yang harus dilakukan untuk mencapainya. Mungkin si anak bujang mengira, jadi pemain bola bisa dicapai dengan sekedar tiap sore main bola depan rumah bareng teman-temannya. 

Dijawab gitu sama Mamanya dia malah ngambek,”Mama gitu, masa aku ga boleh jadi pemain bola!”

“Bukan ga boleh tapi ya persiapannya seperti itu kalau main jadi pemain bola, kursus atau sekolah sepak bola.”

Sorenya saya ceritakan sama suami tentang percakapan kami. 


Sumber bola.com

Bapaknya nantangin anaknya untuk sekolah bola dan anaknya langsung mau. Sejujurnya awalnya saya tidak setuju setelah dipikir-pikir lagi, ya ini bukan sekedar soal kelak cita-cita jadi pemain bola tercapai atau tidak, tapi membuat kegiatan positif untuk anak, biar terbiasa olahraga bergerak, mengurangi paparan gadget. Lagipula usia si anak bujang masih  11 tahun,  banyak hal yang mungkin berubah sesuai bertambahnya usia dia. 

Bulan ini bulan kedua si anak bujang sekolah bola, latihan seminggu dua kali jam tiga hingga setengah lima sore. Sejauh ini dia enjoy, tidak pernah mengeluh capek, malah diminta jangan latihan dulu agar istirahat menolak.  

Bola jadi lebih mendekatkan bapak sama anak bujangnya. Kayaknya semua bapak yang mendukung anaknya sekolah bola lebih heboh dari anaknya, itu terlihat kalau saya nganter anak latihan atau sparing, bapak-bapaknya pasti heboh dan lebih semangat hahaha. 

Tak heran menonton bola kini jadi kesukaan anak bujang selain nonton film kartun Smurf dan Conan. Udah sok asik ngobrolin bola sama bapaknya. Hapal nama-nama pemain timnas. Bapaknya janji suatu saat ngajak dia nonton bola di stadion.

Makin seru nonton Liga Indonesia dengan Nex Parabola 


Sumber gambar persib.co.id


Oh ya ngobrolin liga Indonesia, kini ada paket hemat nonton bola dari nex parabola lho.

Ada yang tahu atau pernah dengar Nex Parabola? Nex Parabola adalah receiver Parabola fungsinya sama dengan Set Top Box (STB) yaitu menangkap sinyal digital namun memiliki cara kerja berbeda, receiver parabola mengolah sinyal digital dari Transmitter station ( di Indonesia) terdekat sedangkan receiver dari satelit, sehingga receiver dapat dapat menangkap channel atau tayangan dari luar negeri. 

Receiver Nex Parabola sudah menjangkau 17000 pulau di Indonesia. Artinya, dimanapun domisilinya kita  dapat mengakses tayangan dengan kualitas layar jernih dan bebas hambatan. Selain itu penggunaan listrik kecil dan bergaransi selama 1 tahun.

Banyak channel yang bisa kita akses jika receiver Nex Parabola. Channel yang bisa diakses bisa dipilih sesuai keinginan berdasarkan paket yang ditawarkan salah satunya Paket TV  Liga Indonesia, di mana kita bisa menonton semua pertandingan liga Indonesia BRI Liga 1 dan BRI Liga 2.

Sumber bola.com


Langganan yang ditawarkan sebesar 69.000 ribu selama 30 hari.  Kualitas jernih, pastinya makin asik dan seru nonton Liga Indonesia dengan Nex Parabola.

NexParabola



Tujuh kebiasaan mengasah otak agar tidak mudah lupa

Tujuh  kebiasaan  mengasah otak agar tidak mudah lupa  



Ada yang pernah mengalami, lupa meletakkan kaca mata, dicari-cari tidak ketemu, ternyata kacamata nyangkut di atas dahi. Lupa menaruh kunci motor padahal baru beberapa menit lalu diletakkan.

Mudah lupa sering dikaitkan dengan pertambahan usia, ibarat mesin makin tua kinerjanya menurun. Tapi  mesin yang dirawat dengan baik dan tepat, kinerjanya  masih tetap baik walaupun sudah tua, begitupula dengan otak kita.

Namun ada dua hal penyebab lupa yang tidak disebabkan oleh usia, pertama  kurang tidur dan kurang minum air putih karena membuat tidak fokus/konstreasi. Kedua, pola makan yang tidak sehat, seperti mengkonsumsi makanan berlemak jenuh dan kekurangan viutamnin B12 karena vitamin ini berfungsi menjaga kesehatan otak dan sistem saraf.

Ada beberapa kebiasaan  yang bisa dilakukan untuk mengasah otak agar tidak mudah lupa

Mengurangi  multitasking

Perempuan terutama ibu-ibu merasa dituntut untuk multitasking, tujuannya agar banyak pekerjaan bisa diselesaikan dalam waktu cepat. Akibatnya pikiran menjadi tidak fokus, sedang mengerjakan pekerjaan A tapi yang diingat pekerjaan B atau sebaliknya. Misal nyetrika sambil menonton (ini kebiasaan saya banget), fokus nonton eh setrikaan gosong. Sekarang memilih nonton jika pekerjaan rumah selesai, biar fokus dan menikmati tontonannya. Pernah juga mengisi air mesin cuci sambil masak, seringnya, air mesin cuci kepenuhan karena lupa mematikan bahkan lupa sedang mengisi air di mesin cuci.

Membiasakan menghapal hal penting

Kebiasaan menghafal membuat otak menjadi aktif dan terus berpikir sehingga melatih fokus dan konsentrasi dalam jangka panjang. Menghafal hal-hal penting seperti nomor telepon anak-anak dan suami. Menghafal flat nomor kendaraan sendiri termasuk hal penting lho. Ini pernah kejadian di sekolah anak-anak, kendaraan penjemput dikunci setir, jadi saat kendaraan di depannya mau keluar tidak bisa, pak satpam sudah teriak-teriak di toa mengumumkan, yang punya kendaraan ga mudeng, alhasil baru 3 jam kemudian mobil bisa keluar setelah yang mobil yang menghalangi keluar karena mau pulang.

Membaca buku

Saat membaca buku, secara otomatis otak akan berpikir, berimajinasi sesuai objek atau kejadian yang dibaca. Hal ini  melatih kinerja otak, otak menjadi terbiasa bekerja. Agar membaca buku menyenangkan, baca buku  dengan subjek yang disukai. Jika kebiasaan membaca buku sudah tertanam, otomatis akan timbul keinginan membaca buku dengan subjek baru/hal baru. Untuk yang beragama islam, bisa dengan membaca al-quran.

Tidur cukup

Manusia membutuhkan waktu tidur sekitar  7-9  jam. Saat tidur otak akan melakukan konsolidasi terhadap informasi yang diteriman saat terjaga dengan cara disimpan dalam bentuk memori.

Pada saat tidur beberapa organ tubuh melakukan detoksifikasi sel-sel diregenerasi  menjaga tubuh secara keseluruhan .

Olahraga

Olahraga bukan hanya membuat fisik sehat juga otak itu karena saat olahraga  peredaran darah dalam tubuh lancar sehingga menjaga sumplai darah ke otak. Olahraga yang dilakukan bisa disesuaikan dengan usia dan kemampuan fisik. Jalan santai, filates, yoga, berenang dsb.

Sosialisasi dengan orang lain

Seiring usia pertemanan mengerucut namun tidak boleh jadi alasan tidak bersosialisasi dengan orang lain. Bersosialisasi tidak selalu berkonotasi ngobrol santai lama hingga jadi bergunjing (ga terasa). Bisa dengan mengikuti acara pengajian di lingkungan masjid rumah untuk teman muslim (biasanya seminggu sekali), arisan atau berinteraksi dengan komunitas sesuai minat dan hobi. Oh ya bersosialisasi termasuk bersosialisasi secara online.

Berinteraksi dengan orang lain membuat terhindar  dari stress dan depresi yang dapat mengganggu kemampuan otak dan fungsi kognitif.

Melakukan senam otak

Mudah lupa disebabkan fungsi kognitif otak berkurang yaitu kemampouan beroikir, mengingat dan mengolah informasi. Hal ini dapat dilatih dengan beberapa kegiatan yang membuat obat berpikir, mengingat dan mengolah informasi seperto bermain catur, alat musk dan games.

Yap bermain games yang sederhana, dilakukan saat waktu senggang. Untuk permainan games bisa coba nih beberapa permaian games yang ada di plays.org di web ini ada puluhan macam  games yang bisa dimainkan secara gratis. Jadi dijamin ga bosan. Games di sini juga banyak yang cocok untuk anak-anak.

Beberapa game yang saya coba

Maze game

Maze Game Z, game labirin. Cara bermainnya menggiring kotak merah melalui labirin sdengan menekan arah panah, makin cepat melewati labirin, point yang didapat akan besar.

 



Cake Master, game dengan tema kue. Pada permainan akan muncul tiga gambar orang sebagai pemesan kue, lalu cari gambar kue yanh dipesan yang berderet 3 atau seret gambar agar didapat 3 gambar kue dalam satu baris. Semakin cepat semakin besar point yang didapat. 

Poetry Puzzle, game tebak nama binatang. Pada permainan akan disebutkan  ciri-ciri binatang yang harus ditebak lalu seret gambar binatang yang dimaksud ke tempat yang disediakan. Permainan ini sangat bagus  untuk anak-anak sekaligus belajar bahasa Inggris.






Masih banyak game lainnya yang bisa dicoba dan tidak akan bosan  karena banyak banget pilihan gamesnya.

Bermain game selain menyenangkan juga mengasah kemampuan otak. 

 

 

 

Starbucks-er VS Team Mendang-Mending

Starbucks-er VS Team Mendang-Mending

Minggu lalu bahasan  FB lagi rame tentang starbak. Awalnya heran kok beberapa teman kompakan bikin status soal starbak. Langsung kepo donk, cari  jawaban di kolom komentar adalah jalan ninja hahaha. Oalah ternyata status-status ini untuk mengkomentari status  yang menyindir pelajar smp yang nongki di starbak. Entah bagaimana status pertama yang memicu banyak status soal starbak, yang saya tangkap dari status dan komen netizen/teman-teman adalah, ya ga apa-apa anak smp ngopi si starbak, duit-duitnya. Harga starbak mahal buat golongan tertentu, bagi sebagian golongan ya murah, lha orang Indonesia banyak yang kaya. Mungkin jajan kopinya pake diskon atau ditraktir. Mungkin anak smp itu sesekali aja jajan starbak.

Ya memang nggak salah anak smp jajan kopi starbak kalau uang jajan dari ortunya cukup. Yang salah kalau maksain demi gengsi, biar terlihat keren, bahaya untuk masa depannya, kenapa? Jadi generasi kurang pintar finansial karena apa-apa dinilai dari gengsinya.

Ya kurang lebih seperti itulah ya temans…

Tenang-tenang tulisan ini ga akan lanjutin ghibah anak smp yang ngopi di starbak, tapi ngomongin diri sendiri yang kalau jajan banyak mikir mendang-mendingnya hahaha. Maklumlah saya generasi yang  masa kecilnya  sudah merasa mewah kalau makan roti oles mentega dan tabur gula pasir. Generasi masa kecil yang lebih akrab dengan bajigur daripada kopi. Jadi begitulah jiwa mendang-mending masih  tertanam walaupun mampu beli sesuatu mikirnya lama. Urgent ga? Butuh banget ga? Atau karena pengen aja? Apa ini masuk katagori pelit?

Pada suatu masa (sebelum pandemi) suami saya suka banget ngopi starbak. Saya yang begitu lihat harganya langsung memelototkan mata, waktu itu harganya masih kisaran  30 ribu. Alasan pak suami ngopi starbak katanya,“Kopinya enak, susunya terasa, manisnya pas.”

Iya sih pas dicicipin emang enak tapi kalau belinya keseringan, hampir tiap hari? Pak suami merasa perjalanan ngantor butuh effort besar, mampir di beli kopi di starbak itu jadi semacam kebutuhan.

Ga cuma kalau ngantor, kalau kami weekend jalan-jalan pun mampir ke starbak sebentar pesan kopi take kalau ditawarin saya lebih sering nolak, cukup icip-icip.   

Suami merasa itu salah satu caranya menikmati hidup, menikmati hasil jerih payahnya kerja. Lha cuma sekian ribu, masih kecil dibandung gajinya sebagai senior manager di perusahaan (swasta) multinasional. Lagi pula uang dapur yang ditransfer ga berkurang karena jajan starbak. Tapi entahlah jiwa mendang-mending ini susah move on.

Sampai suatu hari saya pengen pindahin les bahasa Inggris si anak sulung ke tempat les lebih bagus, yang pake native speaker, biar cas cis cus gitu kalau ngomong, maklumlah emaknya bisanya sunlish- sunda inggris. Nyerahlah diminta ngajarin ngomong bahasa inggris, mending ngajarin  matematika sama kimia. Harga les bahasa Inggris dengan native speaker sebulannya sekitar 1 juta, tapi keuangan mepet. 

Ya walapun penghasilan suami besar, saya juga punya uang jajan sendiri walaupun ga besar sebagai freelancer tapi karena kami sama-sama generasi sandwich, punya tanggungan lain.

Dengan kesadarannya pak Suami ngurangin jajan kopi, budget kopi buat anaknya les  dan langganan aplikasi simply piano jadi anak-anak belajar piano/organ dengan mandiri, biar punya kegiatan positif dan menstimulasi. Suami juga jadi ga mikir lama kalau pas ke gramed anak-anak minta request buku banyak, katanya ntar  budget ngopinya dikurangin hehehe.

Jadi dampak suami ngurangin ngopi starbak seperti itu….

Dampak lain dari ngurangin mampir ke starbak ternyata jadi edukasi untuk anak-anak di rumah yang berusia remaja, mereka jadi tahu beli kopi di starbak itu karena  butuh ngopi bukan gengsi atau biar terlihat keren. Bisa membedakan kebutuhan, keinginan dan prioritas.

Suatu hari saya baca postingan IG Windy Teguh, banker, finansial planer bersertifikat yang rajin post konten keuangan, yang postingannya tentang mengurangi jajan kopi biar bisa nabung dan atau investasi, lengkap dengan hitungannya. Bisa intip di sini

Jadi keputusan saya meminta suami mengurangi (nggak melarang sama sekali ya, kasian doi kalau ga ngopi enak sesekali)  ngopi starbak benar donk ya hehehe. Jadi bukan soal pelit tapi prioritas. Bukan soal frugal living juga (lagi trend ini) tapi memilah prioritas.

Ya kalau Papa Rafi sama Mama Gigi saban hari ngopi stabak malah beli gerainya, ekonomi keluarga tetap stabil,  Rafatar bisa tetap sekolah dan les ini itu. Apalah kami yang harus mengelola keuangan dengan tepat hehehe.

Kenangan 17 Agustusan masa kecil

Mendengar lagu Indonesia Raya selalu bikin mata berkaca-kaca apalagi saat 17 Agustus, teringat buku-buku sejarah yang menceritakan perjuangan bangsa ini. Teringat Kakek (almarhum) dan nenek yang kerap kali menceritakan perjuangan melawan penjajah. Kakek saya seorang pejuang 45, tentara siliwangi yang ikut long march (jalan kaki) ke Yogya, setiap beliau cerita tentang jalan kaki ke Yogya selalu membuat saya merinding, ga sanggup membayangkan. Tak jarang kakek bercerita sambil berkaca-kaca mengenang masa itu, bersyukur masih diberi umur melihat anak cucunya karena banyak teman seperjuangannya meninggal saat perang pasca kemerdekaan. 

Nenek mengulang-ngulang  cerita jaman mengungsi saat Bandung lautan api, jalan kaki ke Bandung Selatan. 

Dibalik cerita haru, ada kenangan kemeriahan 17 Agustus. Lomba makan kerupuk, balap karung, panjat pinang, memasukkan pensil ke botol dan aneka lomba lainnya menjadi salah satu kemeriahan khas 17 Agustus. Biasanya kemeriahan itu ditutup dengan panggung hiburan. Tapi di kota besar sepertinya sudah jarang ya ada panggung hiburan 17 Agustus yang acaranya hiburan nari anak-anak, stand up komedia ala-ala, bank anak muda dan atau dangdutan. Di kampung tempat saya tinggal masih ada tradisi panggung hiburan biasanya diadakan 1 atau 2 minggu setelah 17 Agustus. 

Dulu saat masih kecil di Bandung (saya lahir dan besar di Bandung) ada juga tradisi panggung hiburan sebagai penutup rangkaian lomba agustusan. Oh ya dulu kemeriahan 17 Agustus ada tontonan layat tancap juga. Anak generasi 80 an umumnya mengalami tontonan layar tancap. Saat itu hanya ada satu saluran tv, tvri, yang kebanyakan acaranya formal dan serius heuheu. Jadi kalau mau nonton film seru ya nunggu layar tancap, tapi ini tidak berlaku untuk kelangan menengah atas kali ya karena jaman itu udah ada juga bioskop. 

Diantara rangkaian acara kemeriahan 17 Agustus yang paling berkesan bagi saya adalah nonton film layar tancap karena tidak akan terulang lagi. Berbeda dengan aneka lomba yang diulang setiap tahun. Yap dengan banyaknya pilihan tv dan internet layar tancap sudah tidak punya tempat, ketinggalan jaman kalau pun diadakan belum tentu ada yang nonton kan hahahha. 

Saya selalu menunggu-nunggu nonton layar tancap, walaupun film yang diputar itu-itu saja yaitu film Rhoma Irama, Suzana dan warkop DKI. Acara layar tancap diadakan di lapangan rw, saya nonton bersama bapak, nenek dan adik-adik. Ibu saya ga pernah ikut nonton, entah kenapa. Kami membawa tikar, sarung, bantal dan camilan. Layar tancap biasanya memutar 2 sampai 3 film, setelah film kedua biasanya kami pulang, sekitar jam 12 an malam. Layar tancap biasanya diputar mulai pukul 8 malam. 

Biasanya adik saya sudah tertidur saat nonton jadi bapak akan menggendongnya saat pulang, saya dan nenek kebagian membawa tikar, sarung dan bantal. Kalau ingat itu saya suka haru, karena saat itu bisa dibilang bonding dan quality time saya dan adik-adik dengan bapak. Bapak saya jarang bicara/ngobrol, tipe introvert. 

Oh ya di tempat pemutaran layar tancap rame dengan pedagang makanan, gorengan, kacang rebus, ubi dam jagung rebus, dan bajigur. Belum ada seblak hahahah. Cireng dan cilok sih udah ada karena saya ingat di sekolah SD saya ada kang cilok dan cireng. 

Kalau dipikir-pikir sekarang, film yang saya tonton waktu itu (dan ditonton banyak anak lain) adalah bukan film anak-anak, masuk katagori film 13+ atau mungkin 17+, tapi rasanya biasa aja, orang tua juga ga terlalu khawatir, mungkin karena arus informasi saat itu tidak sebanyak sekarang, kekhawatiran orang tua tentang efek film itu untuk anak-anak sedikit. Artinya anak-anak akan segera lupa, karena besoknya kembali ke dunia nyata sebagai anak-anak yang main bebas sesuai dunia anak-anak. Beda dengan jaman sekarang tontonan/adegan dewasa bisa dikonsumsi anak kapan aja melalui media sosial. Informasi yang berulang masuk ke benak anak jadi mempengaruhi pola pikir dan perilakunya. 

Saat kecil kalau abis nonton film (layar tancap) warkop DKI yang diingat adegan lucunya, bukan yg lainnya. Film Rhoma Irama yang diingat lagu dan romance yang terbilang aman untuk anak, film Suzana yang diikat adegan jump scarenya. 

17 Agustusan ala emak emak
Setelah punya anak sekolah, saya ikut merayakan 17 agustusan di sekolah karena biasanya selain lomba untuk anak-anak, orang tua dilibatkan dengan lomba membuat tumpeng antar walmur setiap kelas. 

Saya selalu menanamkan pada anak-anak, perayaan 17 Agustusan dengan aneka lomba semata hiburan tapi intinya sebagai pengingat bahwa di hari itu kita merdeka dari penjajah, merdeka karena perjuangan nenek moyang kita, bukan hadiah dari penjajah. 

Kalau teman-teman apa nih pengalaman 17 Agustusan yang berkesan? 


Tentang Keberuntungan

Tentang Keberuntungan

Masih ga nyangka anak gadis keterima di sman favorit Tangsel. Sejujurnya saya sempat tidak pede waktu anaknya nyeletuk pengen nyoba masuk sman itu karena namanya favorit pasti banyak peminat, saingan banyak. Daripada peluangnya kecil atau malah tidak memiliki peluang lolos, saya saranan pilih sman lain, yang penting negeri, si anak gadis pun nurut.

Lomba Indomaret dan kalah 😀


Detail menaklukan sekolah negeri dengan jalur prestasi bisa di baca di   Menaklukan sekolah negeri dengan jalur prestasi 

Bisa dibilang kami beruntung. 

Tapi saat kata beruntung itu diungkapkan orang lain kok rasanya gimana gitu heuheu. Jadi seorang teman (orang tua teman sekolah anak gadis) saat ketemu bilang - setelah mengucapkan selamat,”Beruntung ya Mam Azka, kadang orang pintar kalah sama orang beruntung.”

Benarkah sekedar beruntung? 

Kalau dipikir-pikir dan flash back ke belakang, anak gadis keterima di sman bukan semata keberuntungan. Nilai akademisnya memang ga wow, di atas rata-rata sedikit, nilainya kisaran 80 sampai 85, tergantung mata pelajarannya hahaha. 

Rajin ikut kejuaraan, ga selalu menang, pernah mau nangis karena lawannya lebih tinggi 😀


Tapi perjuangan untuk akhirnya juara di kejuaraan nasional bela diri tingkat SMP ini cukup panjang. Dia konsisten aktif latihan bela diri sejak kelas 4 SD dan terus berlanjut sampai kelas 3 SMP. Seminggu latihan 2 sampai 3 kali (hanya saat pandemi off latihan), jam latihan bisa bertambah jika akan ikut kejuaraan. Sepanjang aktif bela diri sudah 7 kali ikut bertandingan, dari tingkat sekolah, kota, daerah hingga akhirnya pertandingan ke 8 ikut kejurnas. Peran saya dan suami dikegiatan ini kecil, artinya tanpa paksaan, kalau ikut lomba pun yang dia yang mau bukan dorongan kami.

Keberuntungan adalah saat kesempatan datang pada waktu yang tepat sesuai skenario sang Pencipta. 

Boleh baca Prestasi bidang literasi 

Di luar latihan itu, dia harus tetap belajar agar nilai akademiknya bagus, kami mentargetkan nilai akademiknya masuk 10 besar di kelas. Jadi kalau hasil ujiannya kurang bagus, pasti kena semprot bapaknya. Belum termasuk juga menghadapi kegalakan mamanya kalau ngajarin matematika hahaha. Belum termasuk saya mendorongnya untuk tetap menggambar  dan ikut lomba gambar online. Di luar itu si anak yang senang berorganisasi tidak pernah mau ketinggalan ikut kegiatan ini itu di sekolah.



Salah satu  event lomba gambar online dengan skala nasional dan diikuti profesional adalah lomba menggambar kemasan Teh Botol Sostro tahun 2020 tapi kalah, kedua lomba gambar Indomaret 2023 tapi  kalah juga dan yang membuat saya salut dia tidak putus asa malah meng apply jadi freelancer gambar.

Sejujurnya saya pernah ada di moment kecewa karena anak tidak menonjol secara akademik di sekolah, katakanlah nilai rata-ratanya tidak sampai diperingkat 1,2,3 di kelas sampai saya teringat 8 kecerdasan versi Howard Gardner. Belum lagi kecerdasan spiritual dan emosional.Yap setiap anak punya kecerdasan yang unik yang tidak selalu berkorelasi dengan nilai akademik di sekolah. Si anak cerdas kinestetik, visual atau interpersonal mungkin tidak menonjol dalam bidang akademik di sekolah tapi menonjol di bidang lain. Jadi buat mama-mama yang anaknya secara akademik biasa aja di sekolah, bukan berarti anak kita bodoh atau tidak memiliki bakat, tapi bakatnya ada di bidang lain, tinggal digali jika belum kelihatan. 

Sebagian besar dari kita masih mengkorelasikan  pintar dengan nilai akademik, semua nilai mata pelajaran tinggi di sekolah berarti anak pintar. Berbahayanya jika mindset ini masuk ke dalam benak anak, jadi dia merasa bodoh jika ada nilai  mapel kecil, timbul rasa rendah diri dan merasa tidak mampu padahal dia hanya belum menemukan kelebihannya.   

Anak saya pernah ada di posisi ini, tapi saya selalu meyakinkannya, dia bisa hanya  timeline yang berbeda untuk keahlian yang memang bukan bakatnya. Misal untuk paham matematika mungkin dia butuh waktu belajar lebih banyak dari temannya yang pintar matematika, tapi dia butuh waktu sedikit untuk bisa menggambar dengan detail dan belajar berenang dengan baik.   Saya bilang, kamu hanya perlu paham matematika dasar karena terpakai dalam keseharian, selepas sma bisa pilih jurusan yang ga ketemu matematika  heuheu. 

Bayangkan betapa kakunya dunia ini jika semua anak (yang kelak jadi orang dewasa) jago matematika, kita tidak dapat menikmati film animasi yang ciamik, film dengan cerita yang mengaduk emosi, musik yang enak di dengar atau permainan olahraga yang seru di tonton, tidak ada orang yang menyampaikan hal spiritual yang membuat hati adem tentram. 

Albert Einstein say, Everybody is genius but if you judge a fish by it's ability to climb a tree it will live it's whole life believing that it's stupid

Salah satu buku parenting yang saya baca saat anak-anak masih balita dan berkesan Battle Hymn of the Tiger Mother, yang membuat saya berpikir kadang perlu jadi  Tiger Mom untuk mendukung bakat dan minat anak. But every family has different rules, different value, yang cocok untuk keluarga kami belum tentu cocok untuk keluarga yang lain, begitu pula sebaliknya.

Btw, semangat membersamai anak-anak. Setiap anak membawa bakatnya masing-masing. 

Albert Einstein say, Everybody is genius but if you judge a fish by it's ability to climb a tree it will live it's whole life believing that it's stupid

Drama Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB)

Drama PPDB

Peraturan zonasi bikin galau

Akhirnya merasakan ‘drama’ PPDB. Sejak aturan zonasi diberlakukan untuk memilih sekolah negeri (smp dan sma) saya sudah galau, karena tinggal di pinggiran kota perbatasan tiga kota (Pondok Petir-Depok, Pamulang-Tangsel, Gunung Sindur-kab. Bogor) dan dua provinsi (Banten dan Jabar). Akses pendidikan yang lengkap dan katakanlah sudah maju yang dekat dari tempat tinggal saya adalah Tangerang Selatan (Tangsel). Tempat tinggal saya  di belakang perum Permata/Villa  Pamulang. Walaupun secara jarak hitungan km tidak bisa dibilang dekat, sekitar diatas 2 sampai 3 km lah ya. Masih enak diakses dengan kendaraan roda dua.


Jadi saya menyekolahkan kedua anak-anak  di sekolah  swasta di Tangsel, sekolah dengan basis pendidikan islam. Saat si sulung masuk SD peraturan masuk ke sekolah negeri masih seperti dulu dengan nilai, lalu ada perubahan beberapa sma di Tangsel memberlakukan tes masuk tertulis. Rencananya mau mencoba sekolah sma negeri di Tangsel.

Kami memutuskan untuk smp masih sekolah swasta dengan pertimbangan anak-anak harus memiliki dasar pemahaamn agama yang cukup baik. Baru sma mau mencoba negeri karena mulai terasa ya biaya 2 anak sekolah di swasta heuheu.

Sejauh ini saya puas dengan fasilitas dan kualitas sekolah anak-anak. Banyak eskskul yang bisa dipilih, anak-anak didukung berkembang sesuai bakat dan minat. Kegiatan kepanduan ga sekedar pake seragam tapi belajar kepemimpinan dan berani. kegiatan kemping mulai kelas 4, lanjut hingga kelas 6 (tiap tahun) ada sanlat Ramadan dll.  

Alhamdulillah anak-anak happy menjalani hari-hari sekolah. Antusias dengan ekskul yang mereka pilih. 

Boleh baca Masa Indah di Sekolah Dasar 

Yap alasannya memang biaya, bukan tidak mau anak bersekolah di sekolah swasta, saya rasa ini juga yang banyak dirasakan banyak orangtua.

Biaya sekolah swasta berbanding lurus dengan fasilitas dan kualitas yang ditawarkan. Jadi jangan tanya kenapa swasta mahal ya bestie…. Selain fasilitas kan gurunya juga harus di gaji dengan jumlah layak. 

Mencoba masuk sekolah negeri jalur non zonasi

Quota zonasi kan 50%. Betul sekali bestie sisanya bisa jalur lain tapi ga mungkin saya boong pake jalur pindah tugas (bekerja) orang tua, pindah kk (ribet), atau  jalur untuk orang tidak mampu (ngeri jadi doa beneran ga mampu kan).

Peluang saya hanya jalur prestasi. Jalur prestasi ini ada dua, prestasi raport dan kejuaraan. Prestasi raport saya udah  nyerah setelah ngobrol sama ibu (ortu teman anak) yang memasukkan anaknya ke sekolah negeri jalur prestasi  raport tahun lalu,  rata-rata nilai minimal harus 90 (dari kelas 1) jika ingin peluangnya lolos. Gila sih ini hanya untuk orang jenius hahaha. Saya dulu rata-rata kisaran 80 hingga 85 udah bisa leluasa pilih beberapa sekolah negeri, angkatan 90 pasti tahu ya. Dan ini terbukti sore hari (di hari pengumuman ppdb) anak gadis mendapat kabar temannya yang juara 1 di  kelas yang rata-rata nilainya 90, ga lolos japres raport ke sma 1 dan sma 5 Depok (sekolah anak kami diperbatasan dengan Pondok Petir Depok).

Anak saya nilainya kisaran 80 sampai 85, udah pasti kalah kalau masuk japres raport dan saya pun tidak mau ngepush anak-anak supaya belajar mengejar nilai 90 sementara minat dan bakat  anaknya ada pada hal-hal lain. Misalnya si sulung yang lebih jago menggambar dibanding mengingat angka dan memahami logika matematis. Jujurly, saya suka merasa tangan dia itu ajaib kalau sudah melihat hasil gambarnya.

Boleh baca Pegiat Literasi 

Semua anak pintar tapi jenis pintarnya berbeda-beda dan si sulung  sepertinya dominan otak kanan daripada otak kiri. Saya tidak mau membunuh mimpi dan kemampuannya dengan mempush supaya nilai rapornya 9, yang stress nanti bukan hanya anaknya juga saya, iya kan?

Akhirnya mencoba menempuh japres kejuaraan. Ini pun sebenarnya tanpa direncanakan. Sebelumnya saya pasrah, ya udah anaknya sekolah swasta aja lagi karena merasa tidak punya pilihan. Sekolah sma negeri di Gunung Sindur pun jaraknya dari rumah 5 km lebih, zonasi udah pasti ga bisa!

Kejurnas tingkat smp


Anak gadis punya kegiatan yang dijalani secara konsisten sedari SD, atas  inisiatifnya sendiri. Saya cukup mendukung dengan mengantar jemput dan bayar hahaha. Dia suka kegiatan bela diri. Sejak sd ikut lomba itupun bukan karena saya suruh murni karena keinginan sendiri. Jadi kalau dari sekolah ada info lomba, dia daftar (saat sd, 4 kali ikut pertandingan, smp juga 4 kali ikut pertandingan). Akhirnya ya setiap dia pengen tanding kami jabanin, dipastikan latihan dan diberi nasehat agar punya target menang, ga harus menang tapi berusaha menang. Siapa sangka kegiatan itu berlanjut sampai sekarang, terakhir ikut pertandingan kejuaraan tingkat nasional dan menang.

Kejurda tingkat sd


Dengan bekal sertifikat ini saya mencoba peruntungan daftar di sekolah negeri tempat saya tinggal kab Bogor. Saya tidak tahu berapa peluangnya lolos, yang pasti galau saat melihat data di web ppdb hampir 350 orang yang daftar jalur prestasi ke sma itu, tapi diantara 350 peserta itu bisa dihitung dengan jari yang mendaftar dengan jalur prestasi kejuaraan.

Tapi itu tidak sekonyong-konyong membuat tenang,  karena quota japres kejuaraan itu sedikit. Misal quota total  japres kejuaraan dan raport  100 orang, nah japres kejuaraan sekitar 10% nya, yaitu 10 orang. Ini untuk ppdb Jabar. Ppdb prov Banten hitungan kuota japres akademik dan japres kejuaraan beda lagi, kalau jadi beda provinsi beda pembagian kuotanya. 

Bulan Maret saya mencoba daftar di MAN 1 Tangsel dengan jalur prestasi kejuaraan dan tidak lolos!

Point japres kejuaraan dihitung berdasarkan tingkat kejuaraan, misal kejurnas pointnya 100, kejurda 50, level internasional lebih besar lagi poinnya. Tapi perhitungan poin berbeda untuk tiap provinsi. Misal ppdb prov. Banten, kejurnas hanya dihitung 60 poin. ini  Nah untuk japres kejuaraan  ini katanya minimal level kejuaraan daerah bukan level kejuaraan kota. Tapi kalau mau mencoba dengan kejuaraan kota bisa, jika tidak ada saingan bisa lolos, katanya. Yang pasti sekolah akan memilih yang pointnya lebih besar dulu.

Menanti hasil PPDB dengan galau, sampai dua hari menjelang pengumuman, tidur dengan gelisah kebawa mimpi, di mimpi anak gadis ga lolos. Mencoba iklas, doa-doa dalam hati jika ga lolos dan harus sekolah swasta dicukupkan rejekinya. Lumayan bikin galau ya  biaya masuk swasta belasan juta belum uang kegiatan tahunan  dan bulanannya, duh benar-benar berdoa kenceng itu supaya rejekinya cukup jika sekolah di sana, plus rejeki untuk kuliah.

Akhirnya…setelah melalui drama, ga tahu cara ngecek anaknya lolos atau nggak di PPDB, masukin nomor peserta tapi nama anaknya ga keluar, wa bapaknya kalau anaknya ga lolos, udah ngabarin juga di grup bestie  jika anak saya ga lolos PPDB. Sedih tapi berusaha ikhlas…

Menjelang magrib buka-buka web PPDB lagi, coba klik-klik fitur, ga sengaja ketemu cara ngecek kelulusan PPDB yang tepat dan Alhamdulillah anaknya keterima di sma negeri kab Bogor. Rupanya saat siang ngecek sistemnya belum sempurna, jadi saat ngecek hanya memasukkan nomor peserta berdasarkan kota saja ga bisa. Harus klik nama smanya. Menjelang malam ternyata bisa masukin nomor peserta saja, keluar hasilnya lolos atau tidak. 

Anak gadis masih mau mencoba daftar sma negeri di Tangsel yang akan dibuka awal bulan Juli,  sma Tangsel jaraknya lebih dekat dari rumah dibanding ke sma negeri kab. Bogor. Saya mendukung untuk mencoba, yang pasti doanya  semoga dapat yang terbaik.

Tips mengikutkan anak-anak lomba/kejuaraan

  1. Pilih lomba yang penyelenggaranya bukan abal-abal. Karena sertifikat lomba bisa untuk masuk sekolah negeri, mulai dimanfaatkan orang dengan mengadakan lomba abal-abal.
  2. Pilih lomba sesuai minat dan bakat anak, jadi tidak sekedar mengejar sertifikat tapi berguna untuk ke depannya. Jika anak pintar di bidang akademik bisa mencoba ikut olimpiade science nasional. 
  3. Ikuti lomba berjenjang. Coba lomba tingkat, kota, daerah, kerjurnas, jika memungkinkan tingkat internasional.
  4. Abadikan momen lomba dengan kamera karena foto ini dibutuhkan saat mendaftar PPDB, kita diminta upload foto saat lomba selain sertifikat. Katanya ini salah satu mencegah peserta japres kejuaraan bukan kejuaraan abal-abal.

Banyak manfaat yang bisa didapatkan saat mengikutertakan anak lomba (sesuai minat anak tentunya jadi tidak ada unsur paksaan), mengasah skill anak, anak menjadi percaya diri, terbiasa merasakan rasanya menang atau kalah, dan caranya harus membangkitkan semangat saat kalah (dengan support orang tua tentunya), punya pengalaman baru setiap ikut lomba.