Tampilkan postingan dengan label kreativitas anak. Tampilkan semua postingan

Cara Mengirim Naskah Komik Anak

Komik Next G Anak-anak



Alhamdulillah, akhirnya naskah-naskah komik pendek anak-anak yang dikirim berkali-kali ada yang nyangkut, dimuat. Yap mereka bukan sekali dua kali mencoba kirim komik pendek agar dimuat di buku Komik Next G.

Anak-anak mulai kenal dan baca Komik Next G saat mulai bisa membaca,  kelas 1 SD, kami tahu Komik Next G saat beli buku di Gramedia, sejak itu ketagihan, mau beli lagi dan lagi lalu  mulai berkurang membaca Komik Next G dengan sendirinya saat kelas V SD. Mulai beralih ke komik Conan dan kungfu boy, kedua komik itu biasanya kami beli edisi seken di market place. Perpindahan dari komik Next G ke komik dengan cerita lebih komplek sesuai perkembangan usia dan pola pikirnya, terjadi dengan sendirinya. Jadi komik yang akhirnya dimuat adalah  karya yang mereka gambar dan kirim sekitar dua tahun lalu, saat pandemi.

Saat pertama kali mengirim karya, biasanya mereka menanyakan, Mah komik aku jadi buku ga? Mah komik aku diterima ga? Saya memberi pengertian kalau kirim karya dan tidak ada kabar biasanya tidak diterima. Tapi harus tetap coba kirim. Akhirnya mereka sampai ditahap, kirim dan gak ngarep. Lalu bosan kirim karena ga diterima hahaha.

Bulan Oktober saya mendapat pesan melalui WA, pemberitahuan jika komik anak-anak akan di muat, diminta data diri untuk administrasi. Saat itu saya langsung percaya ini bukan WA penipuan karena form data diri yang harus diisi ada logo Muffin Graphics, tidak diminta biaya atau bayar, dan setelah confirm ke ig Muffin Graphicsnya , WA tersebut memang bukan penipuan.

Komik ini semacam antalogi jadi satu buku ada 6 karya anak-anak. 

Bulan berikutnya kami mendapat surat (fisik) resmi perjanjian pembelian naskah, jadi sistemnya penerbit membeli karya bukan royalti atau istilahnya beli putus. Anak-anak masing-masing mendapat sejumlah uang. Sejujurnya, kami tidak tahu jika komik dimuat dapat uang malah tidak berharap ada feenya, karena dengan dimuatnya saja bagi anak-anak dan saya sebuah prestasi jadi saat tahu ternyata dapat uang anak-anak senang banget. Sebagian uangnya langsung mereka belikan buku. Si Kaka mentraktir Mama kopi.

Boleh baca Ngopi bareng Anak Gadis 

Oh ya jadi komik yang kita kirim akan diedit, termasuk gambarnya, jadi dalam buku ada dua versi komik, komik karya kiriman anak-anak dan komik hasil karya tim dari penerbit . Kadang hasil karya pengirim dan tim penerbit ada perbedaan, perbedaan yang 'meluruskan/menjelaskan' maksud komik kiriman anak-anak agar mudah dipahami pembaca. Si Adik kirim komik ini saat kelas 3 SD (sekarang kelas 5, masa tunggu kabar hampir 2 tahun sejak dikirim apa karena pandemi? ) jadi komik yang dia kirim hanya 2 lembar dan pendek banget. Si Kaka kirim karya saat kelas 1 smp (mereka kirim barengan), komik yang dikirim 4 lembar bolak balik, alur cerita udah lengkap. Sayangnya karena komik yang dikirim panjang, komik asli yang dicetak diperkecil jadi kurang jelas kalau mau baca versi aslinya. Ini membuat saya dan si Kaka sedikit kecewa sih. Tapi nggak apa-apa semoga buku ini jadi penyemangat buat nulis dan gambar lagi hehehe. 

Begini penampakannya. 




Bulan Februari, bukti terbit datang ke rumah, anak-anak senang banget. Diantara puluhan komik yang mereka miliki akhirnya ada karya mereka walaupun hanya 4 lembar hahahah.

Buat teman-teman yang anaknya suka gambar-gambar yuk coba kirim karya ke Komik Next G, caranya sebagai berikut;

Cara mengirim naskah Komik  Next G

  1. Komik  digambar oleh anak dengan rentang usia 8-14 tahun
  2. Cerita sebanyak 4-6 halaman kertas A4
  3. Komik sebanyak 2 lembar kertas A4
  4. Disertai formulir asli (bukan fotokopian) yang terdapat di buku Komik Next G

 


Selamat mencoba.

Main congklak tak sekedar seru #idemain #stimulasi

Udah lama banget pengen beliin Kaka congklak tapi setiap nemu congklak di pasar bahannya plastik, biji congklaknya pun dari plastik. Pengennya kerang asli. Walaupun cara mainnya sama tetap merasa gimana gitu kalau kerangnya plastik. Nggak ori hehehe

“Sekarang udah jarang coklat yang kerang asli,” kata mama waktu saya nitip beliin kalau ke pasar baru.

Ternyata dan ternyata congklak dengan biji kerang asli sudah banyak di jual di onlineshop. Kemana aja Rin? Iya kemana aja ya padahal tiap hari online.

Jadilah beli via online, begitu datang langsung eksekusi, kebetulan paketnya datang siang hari saat kaka sudah pulang sekolah. Satu putaran diajari, Kaka  langsung ngerti dan minta main lagi lagi dan lagi, sampai mamanya telat masak dan beres-beres.  Sstt, mama juga sebenarnya kesenengan main congklak setelah puluhan tahun ga main hahahaha.  Oh ya jangan khawatir jika biji kerangnya nanti hilang-hilang, bisa di beli secara terpisah di toko online.

Adiknya ga mau kalah minta di ajarin dan sekarang udah bisa. Tak puas main sama Mama,  Abi pun di ajak main congklak. Sudah barang tentu teman-teman sekitar rumah.

Congklak atau  dakon adalah sebuah permainan tradisional menggunakan papan berlubang  (ada yang 14 lubang ada yang 16 lubang) dan diisi biji kerang.  Permainan ini sudah ada sejak jaman ‘baheula’. Kabarnya permainan ini adalah salah satu permainan para putri keraton di Indonesia jaman dulu.  Awalnya saya mengira permainan ini asli Indonesia lho ternyata setelah googling, permainan ini di bawa pedagang-pedagang Arab ke Asia hingga akhirnya sampai ke Indonesia.  Percaya ga percaya soale belum  pernah baca atau liat foto anak arab main congklak hahahha.

Seperti sebuah permainan lainnya, ada banyak hal yang bisa anak pelajari dari bermain congklak di antaranya ;

1.       Mengenalkan kompetisi
Keduanya ingin selalu menang dan sama-sama mengasumsikan, peluang menang di tentukan oleh yang pertama kali memainkan congklak. Tak heran jika suka rebutan mau main duluan. Walaupun tak ada hadiah atau reward untuk kemenangan itu, ada perasaan bangga yang membuat anak mengejar kemenangan itu.  Anak mulai belajar berkompetisi dan merasakan emosinya (kalah sedih menang senang).

2.       Belajar sportif dan jujur
Keinginan menang membuat anak-anak  berpikir mencari cara untuk  menang termasuk berpikir untuk curang. Salah satunya dengan cara tidak mengisi satu lubang congklak agar biji congklak terakhir jatuh di tempat yang masih banyak kerangnya alias ga mati. Untungnya mata mama jeli – lha iyalah lebih pengalaman - . Itu terjadi di awal-awal kami punya congklak, sekarang keduanya sudah main jujur. Tapi saya terus menekankan dan memberi nasehat, apapun permainannya harus jujur dan harus malu jika curang karena walaupun tidak ada yang melihat, Allah dan malaikat melihat.

3.       Belajar menunggu giliran
Gregetan kalau lawan gak berhenti-berhenti membagi-bagikan biji congklak. Ga sabar nunggu giliran. Ini juga yang suka di keluhkan anak-anak.”Kok mama ga mati-mati sih mainnya.”
Secara tidak langsung anak-anak belajar menunggu, gantian dan bergiliran.

4.       Belajar Strategi
Agar biji kerang yang dikumpulkan banyak (menang), ada strateginya. Bukan strategi matematis yang menjelimet atau harus di hitung (bakalan lama dong), seiring waktu anak akan belajar dan jadi tahu caranya menang dengan strategi.

5.       Belajar berhitung
Congklak membantu KAE belajar berhitung, membagi dan mengelompokkan.

6.       Melatih interaksi sosial dan emosional
Permainan congklak membutuhkan dua orang. Interaksi ini membutuhkan keterampilan sosial dan emosional yang akan terasah secara otomatis saat anak bermain bersama.  Mengelola emosi saat kelah dan menang. Interaksi sosial dengan lawan, dari obrolan  permainan yang tengah di mainkan sampai hal-hal lain.

Point – point ‘pelajaran’ di atas banyak juga di temukan pada permainan lain, termasuk permainan di gadget yang banyak macamnya dan super canggih dalam hal strategi. Ada satu keunggulan permainan tradisional yang tak bisa tergantikan dengan permainan gadget secanggih apapun yaitu interaksi sosial dan emosional.


Alasan yang mendasari bermunculannya banyak komunitas atau teman main yang mengangkat kembali permainan-permainan tradisional. Karena kemampuan interaksi sosial dan emosional sangat penting dalam kehidupan anak bermasyarakat kelak, karena dari kemampuan ini timbul rasa empati dan simpati. 

Let’s cooking #idemain #stimulasi


making cookies 
Jujur saja menghabiskan waktu seharian di rumah bersama anak-anak itu melelahkan dan tidak selalu manis, ada kalanya jenuh dan malas untuk menemani mereka main, inginnya me timee... sementara mereka memiliki banyak energi dan ide main. Dan dapur adalah salah satu tempat main yang disukai mungkin karena banyak alat dapur yang bisa di jadikan mainan atau bagi mereka seperti mainan.

Jadi yang membuat saya mencoba praktik kue ini itu seringnya sebagai ide main anak-anak.

Umur berapa anak ‘aman’ di ajak main di dapur? Menurut pengalaman saya sih 3 tahun, karena pada usia itu anak udah mulai memahami perintah, bisa di atur (ga selalu sebenarnya) dan bisa memegang sesuatu dengan baik.

Practical life skills
Dari baca-baca buku dan majalah pengasuhan, ternyata banyak manfaatnya melibatkan anak, termasuk anak usia dini dalam kegiatan keseharian. Tak lain untuk melatih keterampilan kehidupan atau practical life skills. Dan sejak usia dini sebaiknya anak-anak tidak hanya bermain dengan mainannya tapi ‘main’ dalam kegiatan keseharian. Di antaranya melibatkan saat membuat kue atau bento tapi dalam batas aman untuk anak (aman dari panas, benda tajam dsb). Tentu tidak hanya membuat kue bisa juga  berkebun, membereskan pakaian setelah di setrika, menyortir belanjaan bulanan berdasarkan tempat, bantu Ayah cuci kendaraan dsb.

Mestakung - Belajar science dari sekitar #idemain

belalang tengah berganti kulit

Di postingan lalu saya pernah menulis tentang anak-anak yang lagi senang-senangnya di bacain buku komik science terjemahan korea. Banyak banget seri buku ini dan kalau lagi sale bikin kalap....pengen beli semua serinya!

Buku – buku yang membantu menjawab  rasa ingin tahu anak-anak, khususnya tentang hewan dan alam seperti tentang gurun pasir, kutub utara, laut, tentang salju dsb. Dan bukan hanya rasa ingin tahu mereka yang terjawab, mereka pun jadi sedikit terobsesi dengan yang namanya petualangan. Yap, buku-buku komik science itu di kemas dengan cerita petualangan survival jadi anak-anak merasakan keseruannya.

Buku yang memancing pertanyaan sulit untuk di jawab seperti,”Ma, nabi Adam duluan, The Croods dulu (film kartun manusia purba produksi disney), atau Thales dulu (setelah dibacakan buku science matematika yang bercerita tentang Thales)?”

“Sebentar Mama liat petanya,” dengan pe de mama mengambil buku seratus tokoh yang perasaan ada peta tahun di lahirkannya tokoh-tokoh dunia. Tapi ternyata di buku itu tidak ada tahun jaman prasejarah. Jadi nabi Adam dulu atau manusia purba dulu?

Kotak mainan dan toples pernak-pernik #idemain #recycle

Waktu kecil Ibu  selalu menyebut saya pengumpul barang bekas. Iya saya suka merasa sayang membuang kertas kado bekas yang bagus gambarnya, bekas undangan pernikahan yang cantik, toples atau kaleng dengan gambar bagus, souver pernikahan orang saya koleksi. Nemu kertas yang menurut saya bagus pun biasanya saya pungut dan simpan hahahha. Lalu kebiasaan itu mulai saya kurangi karena suka bingung di mana menyimpan dan mau di apakan? Terlebih pak suami suka ngedumel, 

“Ini apaan? Buang aja kalau ga kepake, sumpek."

Ehm, tapi ternyata menjadi pengumpul barang bekas itu berguna lho. 

Ide awalnya untuk hemat dan membuat kegiatan untuk anak-anak. Sekalian mengajari mereka kalau tidak semua hal harus beli, tapi bisa membuatnya sendiri dengan memanfaatkan barang bekas. Kami (saya dan anak-anak) menyebut kegiatan ini 'kreasi'.

Kotak mainan 
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya mainan anak-anak, saya merasa menyimpan di dalam box container tidak efektif lagi karena semua mainan bercampur anak-anak pun saat menyimpan seenaknya di tumpuk - lha, emang di susun juga ga bisa rapih -. Efeknya, mainan lecet dan kopek di sana-sini.