Tampilkan postingan dengan label khalif. Tampilkan semua postingan

Meksiko dan Cireng #celoteh

Meksiko
Suatu pagi, tiba-tiba Khalifah bilang,"Ma, aku pengen ke rumah Diego." Efek beberapa hari ini nonton dvd Go Diego Go.
Saya jadi teringat, saat Kaka seusianya, kakanya mengatakan hal yang mirip, bedanya, Kaka ingin ketemu Dora.

"Diego rumahnya jauh di Meksiko."
"Naik pesawat?"
"Iya."

Selang beberapa jam si mba yang bantu beres-beres di rumah datang, Khalifah langsung nyeletuk,"Mba, Dede mau ke Meksiko, mba ga diajak."
Si mba balik godain Khalif,"Khalif ga di ajak ke rumah mas Adit." Adit anak s mba yang seumur Kaka, kelas 1 sd.

Sore hari, saat Khalifah main berdua Kakanya, terdengar percakapan.
"Ka, Dede mau ke Meksiko ke rumah Diego."
"Jauh, De."

"Kaka pernah ke Meksiko?"
"Nggak, kata Abi Meksiko jauh." keduanya bercakap-cakap dengan mimik serius. Saya menahan tawa. 


Cireng
Saya bikin cireng ebi atas permintaan Kaka. Saat  lagi goreng Khalifah mendekat.
"Ma, Dede tahu bahasa inggrisnya ikan..bla,,,bla...," Dia menyebutkan beberapa kosa kata dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
Saya memberi pujian.

Terakhir dia nanya,"Ma, ma kalau cireng bahasa Inggrisnya apa?"

Sakit


Infus

Minggu lalu Khalif masuk rumah sakit dan di rawat karena demam tinggi dan harus di infus. Dan ini menjadi drama mengharukan (maaf lebay) karena Khalif berontak terhadap alat infus dengan mencabutnya. Akhirnya kedua telapak tangannya dipakaikan balok. Khalif tidak kehilangan akal, dengan mulut dan giginya dia kembali berusaha mencabut jarum infus di tangannya. Darahpun memercik ke pakaiannya. Aksi yang bukan dilakukan sekali. 
Ini adalah foto Khalif yang tengah tertidir nyeyak setelah infusan di buka pada hari ketiga, alhamdulillah.

Asap

Penyebab panas tinggi Khalif di duga karena infeksi merujuk pada hasil pemeriksaan darah, sel darah putih Khalif sangat tinggi, diatas 3 ribu (normalnya 15 ribuan). Khalif tidak batuk atau pilek, pemeriksaan paru-paru bagus. Dokter menduga Khalif infeksi dari lingkungan udara kotor. Kemungkinan besar asap rokok. Nah lho....nggak heran sich karena Abinya kembali merokok setelah lima tahun berhenti merokok. Kakeknya, om-omnya (adik lelaki saya) perokok. Iya sich  Abi merokoknya hanya sesekali dan tidak di dalam rumah. Tapi faktanya ternyata asap rokok bisa ‘ngalir’ bersama angin ke sana-kemari sepanjang 2 kilometer dan menempel di dinding, sofa, gorden selama 8 jam.

Akh, padahal salah satu yang membuat saya jatuh cinta dan mantap  memilihnya karena tidak merokok. Sekarang setelah kembali merokok? Masih cinta sich cuma kesal dan sebel kalau melihat merokok.

Tapi semoga kejadian ini membuat semua (Abi, kakek dan om-omnya Khalif) mikir dan berhenti merokok, minimalnya aware. Amin. Dan tentu saja mamanya ini yang harus lebih tegas. Warning, kalau ke Bogor (rumah) jangan merokok.

KHALIF 8 Month


Finally, bisa ngeblog lagi, setelah disibukkan  lomba blog yang hadiahnya bikin ngiler satu gagal, menantikan pengumuman dua lomba lagi . Selain deadline dari majalah ab, yang satu masih dalam pengerjaan dan sedikit mentok kehabisan bahasan.

Sesuai janji pada diri sendiri, untuk mengabadikan cerita anak-anak, tulisan kali ini tentang Khalif yang bulan ini genap 8 bulan.

Tanpa bermaksud membanding-banding dengan kakanya Azka, ada perbedaan tumbuh kembang yang berbeda antara Azka dan Khalif, mungkin ini salah satu yang disebut setiap anak unik. Azka lebih dulu duduk di banding tumbuh gigi, Khalif sebaliknya. Tangisan Azka saat bayi jeritan yang memekakan telinga, tangisan Khalif mengiba dan sakit seperti abis di pukulin hehe. Azka saat seusia Khalif cukup anteng di bacakan atau diperlihatkan buku-buku. Khalif kurang tertarik, dia lebih suka memegang dan memperhatikan benda dan tidak mau diam. Khalif kurang sabar setiap kali melihat saya pulang kerja, sebaliknya Azka yang bisa cuek bebek.



Tapi yang pasti, keduanya memberikan saya pelajaran – pelajaran baru, memaksa takaran kesabaran saya bertambah juga egergi yang harus saya keluarkan dan saya menikmatinya.

USAI BULAN MADU



Tanggal 6 februari lalu saya kembali bekerja sekaligus mengakhiri bulan madu yang sudah berlangsung selama tiga bulan. Seperti kebanyakan mama bekerja lain. Saya diliputi perasaan tak tega dan khawatir meninggalkan si kecil terutama Khalif yang baru berumur 2 bulan setengah. sekitar satu minggu sebelum saya kembali bekerja saya bicara pada Azka bahwa liburan panjang saya tidak lama lagi berakhir. Mama harus kembali bekerja. Azka langsung meresponnya dengan tangisan dan rengekan,”Mama jangan kerja. Mama kerjanya di rumah aja. Mama aku sedih.” Duh, makin berat membayangkan kembali kerja. Saya membesarkan hati Azka sambil memeluknya. Tak disangka satu hari menjelang hari saya akan bekerja dan saya berkata,”Mama sedih harus kerja lagi. Mama pengin libur panjang lagi.”

Azka berkata,”Mama jangan sedih. Mama nanti juga kan pulang. Nanti hari sabtu dan minggu kan libur,” kata Azka. kalimat yang hampir sama dengan kalimat yang saya ucapkan untuk menghiburnya. 

Dengan alasan tidak tega membiarkan Khalif di jaga art, mama saya bersikeras datang dan tinggal untuk sementara di rumah kami untuk merawat Khalif. Art hanya bertugas cuci-cuci dan beres-beres rumah. Mungkin karena mama saya adalah seorang full day mom dengan lima anak, dia tidak bisa dengan mudah dan tega melihat cucunya di rawat orang lain. Saya lega namun terselip perasaan tidak enak. Gak mau merepotkan mama tapi jika mama ada di rumah saya tenang meninggalkan rumah untuk bekerja. Dua minggu atau sebulan sekali mama pulang.

Tak terasa lebih dari dua bulan telah berlalu, usia Khalif genap 4 bulan.  Laporan mama yang sering saya terima setiap pulang kerja adalah,Khalif tidur siangnya sebentar karena di ganggu kaka Azka. Di ciumin, di peluk, di colek pipinya, telinga Khalif di bisikin atau kaka  Azka meloncat-loncat di tempat tidur. Aku gak ada teman, alasan Azka. Tapi sepertinya Khalif juga suka di ganggu kaka Azka. mata Khalif tidak lepas dari kaka Azka jika kaka Azka berada tidak jauh darinya.

Khalif tengah senang-senangnya tengkurep dan tidak mau digendong ala bayi, harus diberdirikan. Mungkin Khalif tengah merasai sensai yang baru dengan kedua posisi itu.