Tampilkan postingan dengan label giveaway. Tampilkan semua postingan

Kenangan 17 Agustusan masa kecil

Mendengar lagu Indonesia Raya selalu bikin mata berkaca-kaca apalagi saat 17 Agustus, teringat buku-buku sejarah yang menceritakan perjuangan bangsa ini. Teringat Kakek (almarhum) dan nenek yang kerap kali menceritakan perjuangan melawan penjajah. Kakek saya seorang pejuang 45, tentara siliwangi yang ikut long march (jalan kaki) ke Yogya, setiap beliau cerita tentang jalan kaki ke Yogya selalu membuat saya merinding, ga sanggup membayangkan. Tak jarang kakek bercerita sambil berkaca-kaca mengenang masa itu, bersyukur masih diberi umur melihat anak cucunya karena banyak teman seperjuangannya meninggal saat perang pasca kemerdekaan. 

Nenek mengulang-ngulang  cerita jaman mengungsi saat Bandung lautan api, jalan kaki ke Bandung Selatan. 

Dibalik cerita haru, ada kenangan kemeriahan 17 Agustus. Lomba makan kerupuk, balap karung, panjat pinang, memasukkan pensil ke botol dan aneka lomba lainnya menjadi salah satu kemeriahan khas 17 Agustus. Biasanya kemeriahan itu ditutup dengan panggung hiburan. Tapi di kota besar sepertinya sudah jarang ya ada panggung hiburan 17 Agustus yang acaranya hiburan nari anak-anak, stand up komedia ala-ala, bank anak muda dan atau dangdutan. Di kampung tempat saya tinggal masih ada tradisi panggung hiburan biasanya diadakan 1 atau 2 minggu setelah 17 Agustus. 

Dulu saat masih kecil di Bandung (saya lahir dan besar di Bandung) ada juga tradisi panggung hiburan sebagai penutup rangkaian lomba agustusan. Oh ya dulu kemeriahan 17 Agustus ada tontonan layat tancap juga. Anak generasi 80 an umumnya mengalami tontonan layar tancap. Saat itu hanya ada satu saluran tv, tvri, yang kebanyakan acaranya formal dan serius heuheu. Jadi kalau mau nonton film seru ya nunggu layar tancap, tapi ini tidak berlaku untuk kelangan menengah atas kali ya karena jaman itu udah ada juga bioskop. 

Diantara rangkaian acara kemeriahan 17 Agustus yang paling berkesan bagi saya adalah nonton film layar tancap karena tidak akan terulang lagi. Berbeda dengan aneka lomba yang diulang setiap tahun. Yap dengan banyaknya pilihan tv dan internet layar tancap sudah tidak punya tempat, ketinggalan jaman kalau pun diadakan belum tentu ada yang nonton kan hahahha. 

Saya selalu menunggu-nunggu nonton layar tancap, walaupun film yang diputar itu-itu saja yaitu film Rhoma Irama, Suzana dan warkop DKI. Acara layar tancap diadakan di lapangan rw, saya nonton bersama bapak, nenek dan adik-adik. Ibu saya ga pernah ikut nonton, entah kenapa. Kami membawa tikar, sarung, bantal dan camilan. Layar tancap biasanya memutar 2 sampai 3 film, setelah film kedua biasanya kami pulang, sekitar jam 12 an malam. Layar tancap biasanya diputar mulai pukul 8 malam. 

Biasanya adik saya sudah tertidur saat nonton jadi bapak akan menggendongnya saat pulang, saya dan nenek kebagian membawa tikar, sarung dan bantal. Kalau ingat itu saya suka haru, karena saat itu bisa dibilang bonding dan quality time saya dan adik-adik dengan bapak. Bapak saya jarang bicara/ngobrol, tipe introvert. 

Oh ya di tempat pemutaran layar tancap rame dengan pedagang makanan, gorengan, kacang rebus, ubi dam jagung rebus, dan bajigur. Belum ada seblak hahahah. Cireng dan cilok sih udah ada karena saya ingat di sekolah SD saya ada kang cilok dan cireng. 

Kalau dipikir-pikir sekarang, film yang saya tonton waktu itu (dan ditonton banyak anak lain) adalah bukan film anak-anak, masuk katagori film 13+ atau mungkin 17+, tapi rasanya biasa aja, orang tua juga ga terlalu khawatir, mungkin karena arus informasi saat itu tidak sebanyak sekarang, kekhawatiran orang tua tentang efek film itu untuk anak-anak sedikit. Artinya anak-anak akan segera lupa, karena besoknya kembali ke dunia nyata sebagai anak-anak yang main bebas sesuai dunia anak-anak. Beda dengan jaman sekarang tontonan/adegan dewasa bisa dikonsumsi anak kapan aja melalui media sosial. Informasi yang berulang masuk ke benak anak jadi mempengaruhi pola pikir dan perilakunya. 

Saat kecil kalau abis nonton film (layar tancap) warkop DKI yang diingat adegan lucunya, bukan yg lainnya. Film Rhoma Irama yang diingat lagu dan romance yang terbilang aman untuk anak, film Suzana yang diikat adegan jump scarenya. 

17 Agustusan ala emak emak
Setelah punya anak sekolah, saya ikut merayakan 17 agustusan di sekolah karena biasanya selain lomba untuk anak-anak, orang tua dilibatkan dengan lomba membuat tumpeng antar walmur setiap kelas. 

Saya selalu menanamkan pada anak-anak, perayaan 17 Agustusan dengan aneka lomba semata hiburan tapi intinya sebagai pengingat bahwa di hari itu kita merdeka dari penjajah, merdeka karena perjuangan nenek moyang kita, bukan hadiah dari penjajah. 

Kalau teman-teman apa nih pengalaman 17 Agustusan yang berkesan? 


Living in the Village

Menuju Kota Baru
Menggenapi lima bulan tinggal di rumah baru sekaligus tempat baru. Setelah hidup nomaden (dari rumah kontrakan satu ke kontrakan lain) selama 3 tahun di Tangsel akhirnya kami membulatkan tekad hijrah dari kota Bogor yang berarti melepas rumah kami di sana dan membeli rumah di sekitaran Tangsel. Alasan pindah ke Tangsel karena Pak Suami mendapat tawaran pekerjaan baru yang kantornya di sini.

Selama tinggal di Tangsel, beberapa kali kami  keliling dari satu perumahan ke perumahan, survey harga rumah dan mencari rumah yang harganya sesuai kantung. Tapi ternyata harga rumah saat ini membuat  kami shock . Gimana tidak shock harga rumah saat ini kurang lebih 3x lipat dari harga rumah yang kami beli di Bogor dengan ukuran sama. Berarti cicilannya?!

Kamera Ponselku dan Cerita Mudik

Mudik tak sekedar pulang, tapi ungkapan segala bentuk kerinduan dan keinginan berbagi kebahagian dengan  orang-orang tercinta di tanah kelahiran.


 Aku dan Kamera Ponsel


Tak heran berapa lama pun kemacetan yang terjadi, mudik tak membuat orang kapok termasuk saya. Begitu besarnya desakan rasa rindu karena rindu tak cukup diungkapkan dengan kata-kata atau video call lewat ponsel seperti halnya senyum, binar mata dan kehangatan pelukan orangtua saat menyambut kedatangan kita yang tidak tergantikan. Ya, tidak semua hal bisa direkam dengan kata dan kalimat sama sepertinya halnya sebuah kata yang tidak cukup mewakili ungkapan perasaan.

Dan ungkapan perasaan itu rasanya ingin kita rekam dalam ingatan selama mungkin, sayang, seiring waktu secara otomatis otak akan memilih informasi dan bukan tidak mungkin memori yang ingin kita ingat seumur hidup hilang.

Masjid Kubah Emas


foto koleksi pribadi 

Masjid Dian Al-Mahri atau masjid Kubah Emas di Depok  menyorot banyak perhatian sejak mulai di buka untuk umum akhir tahun 2006. Bukan karena lapisan emasnya saja yang menyorot  perhatian tapi siapakan sosok di balik yang membuatnya? Terlebih, sebelumnya tidak ada kabar pemberitaan satu pun di media massa, perihal pembangunan masjid yang diperkirakan menelan biaya milyaran rupiah ini. Seakan-akan masjid ini  ada tiba-tiba. Orang pun di buat penasaran siapa yang membuatnya? Pengusaha apa? Ya kemungkinan pengusaha ya kalau bisa bangun masjid berlapis emas seperti itu, kalau karyawan kemungkinan kecil.

Menyeruaklah nama Hj. Diah Al-Mahri sebagai sosok pemilik masjid ini. Tapi siapakah bu Hj. Dian Al-Mahri? Kalau kita search di google sangat sedikit pemberitaan mengenai bu Hj. Dian Al-Mahri. Yang  saya dapat hanya sepengggal kisah ini yang katanya bersumber dari Yusuf Mansur Network. 


Sepertinya pemilik masjid Kubah Emas  sangat menjaga privasi diri dan keluarganya. Rasanya tidak mungkin awak media tidak pernah  berusaha mewawancara pemiliknya.

Pelajaran yang saya ambil dari mesjid dan sosok pemiliknya adalah bagaimana 'membelanjakan' rejeki di jalan Allah dengan tetap menjaga keikhlasan dan sikap rendah hati.


sayang kalau ga foto - foto di masjid bagus ;) 
180 kata 


Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba menulis : 1001 kisah masjid 



Taman kota Bandung; dulu, kini dan nanti


Taman Foto
Bicara kenangan kota Bandung yang tak terlupakan? Banyak banget, salah satunya mungkin karena saya lahir dan besar di Bandung.

Tak mungkin lupa, naik bis damri jurusan Dipatiukur –Jatinangor hampir setiap hari waktu jaman kuliah. Desak-desakan, berdiri dan terjebak macet di Cibiru sampai Cileunyi, pegel Boo! Awal-awal kuliah belum ada damri yang lewat tol.

Cerita Tas Canvas


tas-tas favorit
Berbicara soal tas, saya suka tas berbahan kanvas karena terkesan santai dan sporty, selain  penampilan saya yang tidak modis ini rasanya tidak matching jika pakai tas bling-bling :D. Saya punya tiga tas berbahan kanvas, yang terlama di beli sekitar 6 tahun lalu, dan masih sering di pakai (antara hemat dan pelit hehehe), motif bunga ros ala shabby chic,  sudah agak belel tapi makin belel makin sayang sama tas ini. Yang kedua dibeli sekitar  tiga tahun lalu, Mama saya pernah protes katanya kurang pantas tas ini saya pakai karena kebesaran – untuk ukuran tubuh saya hehehe.

Yang ketiga tas baru *pamer*,  hasil ngeblog lho tepatnya hasil tukar voucher job review dari sebuah onlineshop, ukurannya pas untuk tubuh saya yang kecil.

Kalau bicara soal isi tas, tergantung dengan siapa saya pergi, kalau bawa anak-anak pasti isi tas lebih banyak karena membawa perintilan ini itu seperti tisu basah satu pak besar, sapu tangan, sisir, lotion, minyak kayu putih, hand sanitasi dan kantung kresek. Bawa tas   pun biasanya dua, satu tote bag yang isinya baju ganti, tempat minum, cemilan dsb.

Kalau pergi  sendiri lebih simple, isi tasnya mungkin tak jauh berbeda dengan isi tas perempuan lainnya seperti;

isi tas 

Peralatan dandan ala kadarnya terdiri dari pelembab, bedak dan lipstik. Jadi setelah sholat  pake pelembab, bedakan dan bibir sedikit di ulas biar nampak fresh,  tidak tampak pucat dan sedikit menyamarkan kerutan halus hahaha *ketahuan umurnya deh*.

Dompet dan isinya wajib dong ya, termasuk di dalamnya kartu flash untuk naik busway dan tiket langganan KRL. Jika bepergian sendiri (ke Jakarta) saya pengguna setia busway  atau KRL, tergantung tempat acara. Tapi lebih sering naik busway karena dari Ciputat sini ada APTB, jadi tinggal nyambung busway. 

Dan berhubung saya ‘buta’ Jakarta walaupun sudah berKTP Jakarta 9 tahun (nebeng alamat mertua) yang tidak boleh ketinggalan saat saya ke Jakarta sendirian (entah acara blogger atau bertemu narasumber tulisan) adalah peta busway, agar tidak salah naik bis. Tapi tetap saja ya walaupun sudah bawa peta busway, pernah salah naik busway, karena  masih pusing jika pindah busway dan melewati jembatan, jadilah niat ke Monas malah nyasar sampai Kota dengan rute lewat Kebun Jeruk dan Kedoya.

Dulu saat stasiun KRL belum rapih (masih kumuh dan horor) di mana setiap statsiun tidak ada tulisan nama statsiunnya, saya selalu membawa secarik kertas yang isinya  tulisan urutan nama statsiun, agar tidak salah turun atau kelewat.

Handphone dan power bank harus bawa donk ya, selain biar update dan terhubung dengan keluarga, hp juga berfungsi untuk hiburan jika macet, entah baca portal berita atau selancar di medsos, seringnya sih yang terakhir, baca berita apalagi berita politik malah suka bikin puyeng. Eit, bukan berarti tidak peduli sama kondisi dalam negeri ya.

Tisu dan atau saputangan, walaupun udah tidak musim bawa saputangan, kebiasaan yang diterapkan ibu sejak sekolah dasar ini masih  terbawa sampai sekarang.

Buku, tidak harus buku baru atau buku belum di baca. Gadgetan sepanjang jalan kadang bosan. Apalagi jika terjebak macet berjam-jam. Jika naik busway biasanya saya terkena jebakan macet di sekitar Pondok Indah. Biasanya saya bawa buku favorit, jadi kalau pun di baca ulang tetap asik.

Pulpen, entah untuk apa tapi selalu merasa perlu membawa.

Plastik, fungsinya tergantung situasi, bisa untuk sampah atau kalau hujan barang-barang dalam tas di masukin ke plastik karena tasnya tidak kedap air.

Mukena lipat, walaupun di setiap  mushola biasanya tersedia, sayangnya tidak semua mushola menjaga kebersihan mukenanya.

Peniti, untuk cadangan jika peniti di kerudung lepas jatuh (dan sukar di cari) saat wudhu. Selain 


Oh iya saya juga suka baw kunci rumah dan pagar - lupa tidak terfoto. Kami punya dua kunci rumah dan pagar, satu biasanya di bawa pak suami karena dia kadang pulang kantor malam.  Jika saya yang pergi sendiri, kunci itu saya bawa. Selain itu saya juga suka bawa payung lipat jika musim hujan.



Demikian isi tas saya. Isi tas kamu apa?




Blog, dari curhat sampai pekerjaan

Peluang dari ngeblog


Dapat duit dari blog? Ehm, saya ga pernah kepikiran itu waktu pertama kali ngeblog. Walaupun tahu ada google ads tapi karena gagal paham caranya, ya sudahlah, toh niatnya ngeblog buat nulis curhat. Lalu  sekitar tahun 2011, untuk pertama kalinya   saya mendapat  penawaran kerjasama dari sebuah agen medsos. Lumayan bikin shock seneng, apalagi harga penawaran di  approve. Tapi berhubung saya bukan blogger keren penawaran seperti itu jarang, begitupun undangan reportase. Tapi tetap semangat ngeblog donk, karena niatnya buat curhat dan  sharing. Berbagi tips atau referensi buku bagus (selera saya), curhat juga (tetep) dan lain-lain. Harapannya memberi manfaat untuk pembaca, kalaupun di rasa tidak, minimal untuk bacaan santai dan hiburan hehehe.

Mencoba peluang dapat materi dari kontes blog masih sering gagal. Tapi semangat ngontes blog belum luntur donk, masih terus mencoba.

Saya percaya usaha dan kejujuran tulisan (bukan hasil kopas dan bohong) dapat menciptakan peluang entah berbentuk materi atau hal lain yang menguntungkan yang tidak bisa diukur materi seperti persahabatan dan pengalaman. Salah satunya pengalaman berlibur dan  bermalam di hotel bintang 4 sekeluarga, dengan kapasitas sebagai blogger. Untuk ukuran blogger biasa seperti saya, bagi saya  itu wow banget. Kalau persahabatan, tak terhitung, makin banyak teman dan sahabat di mana-mana.

Piknik ke Pantai

Piknik itu...
Bagi saya, piknik itu berarti; nge-charge energi, mencari inspirasi dan ide, mempererat bonding dengan anak-anak dan suami, mencoba melihat sesuatu dengan sudut pandang berbeda, waktunya rileks, melupakan sejenak kesibukan rutin yang berputar di urusan rumah dan me time. Me time di tengah anak-anak dan suami, ya ga mikirin masak apa hari ini dan ga perlu beresin rumah hehehe.

Untuk anak-anak piknik berarti saatnya belajar dan melihat hal baru, belajar percaya diri di tempat baru, belajar berinteraksi di lingkungan baru dan semuanya di lakukan sambil bermain.

Dengan alasan itu  piknik penting untuk saya dan keluarga. Jadilah kami mengagendakan piknik rutin, untuk piknik keluar kota di luar jabodetabek setahun sekali saat anak libur sekolah – yaitu ke Bandung sekalian menginap di rumah Ibu - banyak tempat wisata murah dan edukatif yang bisa dikunjungi salah satunya dan masih menjadi favorit anak-anak adalah ke museum Geologi karena ada kerangka Tyrex. Piknik dalam kota minimal sebulan sekali yang  seringnya sekalian olahraga, misal ke taman kota (Tangsel) sekalian lari pagi atau piknik di kolam renang sekalian berenang (jadi biasanya saya memilih kolam renang biasa bukan water bomm). Pikniknya dapat, sehatnya dapat. Dana yang di keluarkan pun relatif murah, di tambah lagi biasanya saya membawa bekal dari rumah, jadi kalaupun di sana jajan sedikit.

Piknik paling berkesan; eksplorasi si kecil dengan low budget
Tahun lalu kami piknik ke pantai, walaupun bukan piknik ke pantai yang pertama kali tapi kali ini lebih berkesan. Pertama, piknik kali  ini mengajak serta Khalif  (waktu pertama kali piknik ke pantai, baru formasi satu alias baru punya anak satu). Kedua, melihat ekspresi mereka yang antusias memberi kesan tersendiri untuk saya. Mereka  berdua nampak enjoy bereksplorasi. Ketiga, ini piknik dadakan dengan low budget tapi menyenangkan dan puas.

Saking antusiasnya, begitu kami sampai di pantai tengah hari, anak-anak minta langsung main walaupun matahari bersinar terik dan pantai lenggang. Setelah dua jam di pantai, akhirnya kami paksa mereka pulang ke penginapan dengan janji sore ke pantai lagi.


tengah hari menantang langit *hadeuh*

Bayi #FF

Seperti biasa, selesai acara inti yaitu menentukan pemenang arisan dengan cara mengocok sejumlah kertas bernama dalam toples, di lanjutkan dengan makan dan ngobrol kesana kemari. Rutinitas tiga bulanan gagasan Mamak dan sudah berjalan hampir dua tahun, arisan keluarga. Dimana keluarga besar suaminya berkumpul.

“Kudengar kau baru dari Singapura, Sam?” mendengar pertanyaan itu aku hampir tersedak. Kulirik Sam yang duduk di sampingku, sebaliknya tak kudapati keterkejutan di wajahnya.

“Ya, biasalah tugas kantor.” Sam meraih potongan bika ambon di piring dan menggigitnya.
“Akh, bukan itu, yang kudengar kalian mencoba program bayi tabung di sana.” Dengan ujung mata, aku menangkap keterkejutan di wajah Sam yang dengan cepat di sembunyikannya dengan sebuah senyum.”Ya, jadi sekalian mumpung di sana.”

Sedekah

Sebenarnya agak bingung juga nulis keajaiban sedekah yang pernah saya rasakan dengan efek cukup besar dan kontan. Pernah beberapa kali mengalami, beberapa saat setelah sedekah tiba-tiba dapat rejeki melalui orderan tulisan atau postingan berbayar. Ehm, apa itu balasan sedekah yang baru saya lakukan, sempat berpikir seperti itu tapi biasanya saya segera menepisnya dan berpikir mungkin Allah swt memang sudah mengatur rejeki saya jam segini, sedekah saya jam segini. Itu di lakukan semata-mata untuk menjaga hati.

Saya percaya sedekah rupiah yang kita keluarkan tidak selalu di ganjar dengan rupiah lagi. Artinya, bisa jadi Allah swt memberi ganjaran sedekah kita dengan cara di hindarikan dari malapetaka dan bahaya, di beri kesehatan dan keberkahan.

Jagalah harta kamu dengan zakat dan obatilah sakitmu dengan sedekah dan hadapilah segala cobaan dan bahaya dengan doa serta tawadhu (kerendahan hati)“ (HR. Abu Hurairah).
Hadits lain meriwayatkan Rasul SAW  bersabda: “Sedekah dapat menolak musibah serta dapat menambah keberkahan umur“.

Keep Moving


artikel parenting hasil wawancara dengan
psikolog Ratih Ibrahim
Bagi saya menerima email penolakan atas tulisan yang saya kirim itu biasa yang luar biasa ya dimuat heheh. Tapi masih mending menerima surat penolakan, lebih seringnya tanpa kabar walaupun sudah kita email menanyakan kemungkinan dimuat atau tidak. Ada juga penolakan secara halus, ‘....tunggu 4 bulan untuk mengetahui kabar dimuat atau tidaknya tulisan’. Tapi tunggu punya tunggu sampai lebih dari 4 bulan tidak ada kabar berita.

Atau jawaban seperti ini; ‘naskah di tampung, kami belum memiliki rencana kapan dimuatnya’. Kalau ini jawaban yang menggantungkan harapan. Jadi berharap-harap cemas.

Sempat menyerah untuk kirim tulisan ke media tapi sayang kalau hanya numpuk di file laptop atau mejeng di blog. Jadi ya nothing to lose lah kalau kirim ke media.



Seserahan Buku

buku-buku terbitan antara thn 2005-2006 
Saya paling suka di kasih hadiah buku.  Buku apapun dan dari siapapun. Teman, sahabat, kerabat atau penerbit. Yang dari penerbit yang paling di tunggu karena tak usah nunggu moment istimewa bisa sekonyong-konyong datang diantar jasa pengiriman. Ini efek punya blog resensi buku dan gabung di komunitasnya.

Paling suka cita kalau pas buku yang datang buku baru yang saya minati.






Buah Keikhlasan Seorang Istri

Kembang Desa

Perempuan itu tidak menyangka, pernikahan kedua kalinya berujung persis sama dengan pernikahan pertamanya, perceraian. Lebih tepatnya ia di ceraikan dengan alasan tidak kunjung hamil. Padahal sungguh, ia berharap pernikahan keduanya akan menjadi bukti bahwa tidak ada yang salah dengan rahimnya. Doa-doa panjang sudah ia panjatkan agar di pernikahan keduanya, seorang bayi akan bersemayam di rahimnya.

Kakak sulung sekaligus pengganti ibunya itu memeluknya erat-erat. Getar suaranya menandakan bahwa dia tengah menahan tangis.

Sungguh yang ia inginkan adalah keheningan dan sendiri.  Meraba-raba rahasia Tuhan atas takdirnya. Akh, tapi bagaimana jika sebenarnya kedua mantan suaminya yang salah dalam hal ini bukan rahimnya, seperti dugaan kakak lelakinya.

Walaupun menyandang status janda dua kali, perempuan itu tetaplah dianggap kembang desa. Masih di kagumi kecantikannya.  Kesantunan dan kewibawaan yang terpancar dari dirinya membuat orang sekampung hormat. Orang  bilang, ia mewarisi kewibawaan bapaknya.

Jika saat perawan banyak pemuda yang datang untuk menyuntingnya,  kini para lelaki beristri yang ingin menjadikannya istri kedua dengan cara yang sah. Pada jaman itu, adalah hal biasa seorang suami kaya dan terhormat memiliki istri lebih dari satu.

Benarkan ada seorang lelaki yang benar-benar mampu bersikap adil? Benarkah ada seorang perempuan yang rela dan seikhlas-ikhlasnya di madu? Sebagai seorang perempuan yang pernah menikah ia tahu perihnya cemburu. Sakitnya rasa rindu jika tak berbalas. Ia tidak bisa membayangkan jika berada di posisi seorang istri yang di madu. Ia tidak mau merusak rumah tangga orang. Beberapa orang cukup legowo saat lamarannya ia tolak tapi ada satu yang terus mengejar dan memaksanya. Atas saran kakaknya bersembunyi untuk sementara waktu di rumah kakak lelakinya di kota B. Ia tak menapik keinginan untuk menikah lagi tapi yang ia harapkan bukan untuk menjadi istri kedua.

Pemenang GA every mom has a story

Sedikit kebingungan menentukan pemenang karena semua cerita menarik dan menginspirasi. Dan inilah lima cerita menarik pilihan saya.

Cerita menarik ke 1
Cerita menarik ke 2

Cerita menarik ke 3
Cerita menarik ke 4
Cerita menarik ke 5

Karena ada tambahan hadiah dari donatur berupa hijab dan rompi, maka cerita menarik 3 dan 4 mendapat tambahan hadiah, cerita ke 5 pun mendapat tambahan :)

Pemenang mohon mengirimkan alamat untuk mengirimkan hadiah, melalui inbox fb atau ke rina_fam@yahoo.com dan sertakan no tlp ya..

Mohon maaf jika banyak kekurangan dalam GA pertama saya ini. 

Mesjid di Ketinggian 2000 Meter

foto dipinjam dari www.islamicboard.com
Mesjid ini jauh dari kota tempat saya tinggal tapi kami selalu mampir ke sini setiap perjalanan pulang atau pergi mudik ke Bandung lewat jalan puncak. Ya, walaupun jalan tol Cipularang pilihan yang effisien dalam hal waktu tapi perjalanan lewat puncak itu memiliki keasikan tersendiri; udaranya sejuk, pemandangan alamnya dan tentu saja wisata kulinernya; banyak pilihan dari yang harga mewah, standar sampai murah meriah.

Tapi jika weekend atau hari libur, harus siap mental dengan kemacetan yang bisa menghabiskan waktu lebih dari 6 jam, seperti yang pernah saya alami.

Ok, balik lagi ke mesjid. Menurut data yang saya dapat dari sebuah sumber, mesjid ini berada di ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Wow. Yap, mesjid ini berada tepat di kawasan Puncak Bogor. Dan menurut sumber ini pula, mesjid dibangun pada tahun 1997 dan diprakarsai oleh Gubenur Jabar saat itu, R. Nuriana.

Mesjid itu tak lain dan tak bukan adalah Mesjid At Ta’awun, terlatak persis di samping jalan raya puncak Bogor.

Kreasi Bunga Pansie dengan Sulam Pita

Beginilah kalau gak rajin BW,  tahu ada hajatan seorang teman blogger pas hari DL. Untunglah saat baca itu di timeline fb, si kecil lagi tidur jadilah langsung bongkar kotak prakarya jepret sana sini lalu nulis.


Saya suka craft sejak kecil. Suka liatin tante saya merajut dan bikin topi, tas taplak meja dan sweater. Tante saya juga jago bikin kristik. 

Saat cuti anak pertama saya mengisinya dengan mengambil kursus sulam pita di Bandung, Kebetulan saya berencana melahirkan di rumah ibu di Bandung. Kursus setiap hari kecuali hari minggu, jadi bisa datang setiap hari karena gurunya standby. Tempat kursusnya di jalan Gandapura Bandung, sampai sekarang masih ada tempat kursusnya. Dulunya tempat kursus itu bernama Terrakota kini menjadi Hobby Craft. Selain sulam pita ada banyak kursus lain termasuk clay dan melukis di kain untuk anak-anak.

Karena waktu saya di Bandung hanya sebulan, saya hampir tiap hari datang. Kursus sulam pita di bagi 2 grade, pemula dan mahir, saya ambil dua-duanya. Biaya kursusnya lumayan juga tapi sebanding dengan rasa suka cita saya. Senengnya bisa bikin bunga-bunga cantik warna warni dari pita.

Selesai kursus, kembali ke dunia kerja, sibuk nulis dan ngeblog tak ketinggalan kontes blog hehe sesekali menyentuh pita untuk dibikin bunga, biasanya kalau Azka merengek minta diajaran. Istilahnya Azka bikin kreasi. Berharap suatu hari punya waktu luang untuk bisa membuat sesuatu. Entah taplak meja, sarung bantal kursi atau apapun. Eh, setelah kursus saya sempat bikin tamplak meja, motifnya super sederhana.


Ini ada sedikit tutorial praktis dan singkat membuat bunga Pansie.
Bahan pita satin dengan lebar 1.5 cm, panjang 16 cm pola segitiga, 19 cm untuk pola persegi. Jarum sulam pita dan benang warna senada dengan warna pita.


Gambar kotaknya adalah pita sedangkan garis titik-titiknya adalah benang yang dijahitkan. Setelah selesai di jahit, serut yang kuat lalu matikan jahitan. Kemudian pertemukan kedua ujungnya dan jahit. Bunga akan nampak seperti ini.


Bunga ini bisa diaplikasi di kerudung, pakaian, sarung bantal kursi, hiasan dinding atau taplak meja.


 Tutorial bunga lain bisa saya ajarin kalau ada yang mau mampir ke rumah :)



Waktu yang Tepat

Apa rasanya nikah di langkahi adik? Biasanya aja. Beneran! Tapi kalau gak percaya saya maklum kok karena itu juga yang terjadi pada kerabat, teman bahkan ibu saya sendiri. Komentar mereka waktu itu kurang lebih sama,”Sabar ya, Rin.” Komentar yang membuat saya senewen dan pengen marah karena kesannya saya menyedihkan. Dan saya benar-benar tidak percaya dengan takhayul kalau nikah di langkahi adik, nanti dapat jodohnya susah. Saya yakin Allah swt sudah menentukan waktu yang tepat untuk saya bertemu jodoh. Jadi kalau waktu itu ada yang nanya (tapi gak ada yang nanya),”Ikhlas gak dilangkahi adik?” jawaban saya,”Bukan ikhlas lagi tapi bahagia dan lega.”

Kalau adik saya bilang gini,”Gara-gara sok nitah nikah tiheula jadi weh katuliskeun.” Terjemahan bahsa Indonesianya kurang lebih seperti ini,”gara-gara suka nyuruh nikah duluan jadi kejadian.” Iya sih sejak adik saya menjalin hubungan dengan calon suaminya, saya memang suka bilang,”Udah nikah aja.” Dan biasanya adik saya langsung nyolot,”Apa  sih nyuruh nikah, teteh aja dulu.”

Alasan saya suka menyuruh adik saya nikah duluan ya karena bayangan punya calon pacar atau suami aja gak ada. Jadi kalau mau nunggu saya sampai kapan? Saya memang belum pernah pacaran pun yang namanya cinta monyet, mungkin karena mama saya suka bilang,”Tong bobogohan keur sakola mah, dikawinkeun geura.” Translatenya; jangan pacaran kalau lagi sekolah, dikawinkan sekalian.” Jadi lebih baik gak pacaran kan daripada gak disekolahin kan? Tapi walaupun belum punya calon suami saya enjoy aja karena  udah kerja, walaupun besar gaji standar tapi lumayanlah buat diri sendiri dan sedikit bantu ortu. Walaupun belum menemukan calon suami, untuk kongkow nonton pertunjukan keroncongan punya banyak teman. Tiap akhir minggu sibuk di sebuah klub buku  di sebuah toko buku alternatif (waktu itu masih di Bandung) atau jaga stand di pameran buku. Kadang-kadang memang galau, berharap pangeran berkuda segera datang hahaha tapi gak pernah berlarut-larut atau iri sama adik yang lebih cepat ketemu jodohnya. 

Usia saya dan adik terpaut dua tahun dan kami sama-sama tidak mentargetkan usia menikah harus sekian. Target kami adalah bisa cari duit sendiri dulu baru mikirin nikah. Bisa dibilang ini dokrin mama saya yang selalu bilang,”Walaupun perempuan harus bisa cari uang sendiri.”

Tapi pasti salah satunya karena doa mama, akhirnya kami menikah di usia yang pas. Adik saya 25 tahun, saya 27 tahun, kurang lebih.  

me and my sister, dari penampakan terlihat kami berbeda karakter
Saya benar-benar bahagia ketika adik  akhirnya memutuskan menikah tanpa menunggu saya menikah duluan,  karena ya walaupun tak pernah pacaran dari dengar sana-sini dan baca pengalaman orang, katanya pacaran itu banyak godaannya, makanya dalam Islam tak ada istilah pacaran kan, malah haram. Jadi makin cepat adik saya menikah makin baik bukan? Terlebih usia calon suami adik jauh di atas usia saya. Jadi pertanyaan kapan adik saya siap dilamar pun kerap diutarakan keluarga calonnya.

Tapi seperti saya tulis di atas, orang tak percaya kalau saya benar-benar tidak menganggap dilangkahi adik menikah  luar biasa. Perkataan  teman dan kerabat bukan lagi kalimat menghibur tapi langsung menawarkan temannya yang mencari calon istri.  Awalnya bete dan malu, tapi setelah dipikir-pikir mungkin seperti ini jalan saya menemukan jodoh, melalui perantara diperkenalkan orang. Selain berdoa tentunya.

Singkat cerita, adik saya melangsungkan pernikahannya  dengan lancar  dan saya menikah kurang lebih satu setengah tahun kemudian dengan calon suami yang kriterianya sesuai impian saya hehehe. Tapi walaupun saya menikah didahului adik, kini saya bisa menyusulnya lho. Saya sudah punya anak dua, adik  masih satu heheh.

Keikhlasan akan berbuah manis karena Allah swt tahu waktu yang tepat dan terbaik untuk takdir kita.

Lalu bagaimana dengan perasaan Solasfiana saat akan di langkahi adiknya menikah? Galau kah atau sedih? Merasa merana dan Allah swt tidak adil? Saya benar-benar penasaran. Siapa sih Solasfiana? Itu lho tokoh di novelnya mak Ade Anita. Penasarankan? Samaaa.....blog mak Ade Anita bisa diintip di link di bawah banner ya.







  

Masa Kawin

Kali pertama nulis FF, karena tergiur hadiahnya  buku gratisan suka bikin ngiler hehehe. Yap, FF untuk kuisnya mak  RedCarra

Saat ini, usiaku menginjak masa kawin (begitu kata ibuku) dan belum sekalipun aku bertemu bapakku. Walaupun begitu aku memiliki gambaran yang cukup jelas tentang bapakku dan aku yakin gambaran yang ada di benakku tentang bapak  adalah  yang sebenarnya karena ibu kerap menceritakannya. Dulu, sewaktu aku masih kecil.

Bapak pergi jauh begitu selalu kata ibu. Dan sejak bapak pergi ibu memutuskan ‘kembali perawan’.  Begitu kata salah satu kerabatku. Ya, ibu memang tidak pernah mengindahkan lawan jenis mendekatinya. Tak heran beberapa menyebut ibuku ponggah. Ibu cantik dan sintal. Walaupun usianya kini sudah menua, garis kecantikan dan keanggunan itu terpancar jelas di wajahnya. Sayang ibuku tak pernah tersenyum karena hatinya telah beku. Dibekukan bapakku.

Aku membenci bapakku walaupun tidak pernah mengenalnya. Sama seperti halnya aku membenci kebodohan ibu yang mencintai bapakku dengan harga mati.

Tapi cinta adalah misteri, begitu kata nenekku.

Dan sejak aku memasuki masa kawin, ibu seperti menjauh dariku. Ibu makin sering menghabiskan waktu di bawah pohon akasia  yang tak jauh dari tempat tinggal kami. Ibu duduk di sana sejak pohon itu baru di tanam hingga kini sudah rimbun dan besar.  Pohon itu menjadi milik ibu. Ya, tidak ada yang berani mendekat jika ibu tengah duduk termenung di sana termasuk aku.

“Ibumu takut kau bertemu bapakmu, Nduk,” ujar nenek kemarin malam.
“Memang kenapa?” nenek terdiam, menatapku lurus lalu menghela nafas sebelum akhirnya berkata,”Kelak kau akan mengerti.”

Siang itu panas matahari tidak terlalu terik, tapi kerongkonganku terasa kering. Aku berjalan ke arah sungai yang mengitari lahan tempat kami tinggal.  Sebenarnya aku tidak terlalu suka pergi ke sungai saat siang hari, karena bising kendaraan bermotor membuat kepalaku berdenyut kesakitan, pusing. Tapi rasa haus membuat aku mengurungkan niat untuk menundanya hingga matahari tenggelam.

Aku melewati batang pohon di mana ibu selalu duduk di sana dan dia memang tengah duduk di sana dengan mata terpejam. Rupanya ibu tertidur, pikirku.

Aku meneruskan langkah dan terhenti karena geraman halus nan dalam. Seluruh tubuhku kurasakan bergetar dan seolah ada aliran listrik merayap berlahan, dari kaki hingga kepala, saat mataku bersitatap dengan si pemilik suara. Pejantan paling tampan yang pernah kulihat. Berdiri dengan gagah di hadapanku, tak tersenyum namun tatapannya menyiratkan seribu pesan yang kupahami dengan naluriku. Tanduknya sempurna tanpa cacat dengan warna dan ukuran yang menandakan berapa umur pemiliknya. Naluriku berkata, dialah pejantan pertama yang akan mengawiniku dan dia adalah bapakku.

Dengan sudut mata, kulihat ibu menatap kami.


*jadi ini ceritanya rusa bukan manusia ya ;p
inspirasi tulisan rusa di kebun raya bogor yang tertangkap kamera ;p





*381 kata


[Dare To Dream] place for our kids

Kasus pelecehan dan kejahatan seksual yang terjadi pada anak-anak saat ini sangat mengkhawatirkan, tidak berlebihan jika sebagian orang melihatnya sebagai kasus darurat nasional, karena kejahatannya terjadi dilingkungan yang harusnya aman untuk seorang anak yaitu sekolah, rumah dan lingkungan sekitar rumah.

Baru-baru ini, beredar (di tag di sejumlah media sosial)  foto atau penggalan percakapan mengenai kasus pelecehan seksual yang dilakukan baby sitter atau menimpa anak yang ditinggal ibu dan bapaknya bekerja. Tanggapannya beragam dan reaktif, beberapa menyudutkan ibu bekerja. Walaupun saya sudah pensiun menjadi ibu bekerja sejak tahun lalu, ‘perang’ argumen antara ibu bekerja dan tidak, membuat saya senewen.  Peran terbaik seorang ibu di rumah? Belum tentu bagi sebagian kaum ibu. Setiap ibu memiliki alasan berbeda ketika memutuskan tetap bekerja setelah memiliki anak. Mari kita tengok para pekerja garmen dan pabrik divisi packing yang sebagian besar karyawannya perempuan, apa yang mereka kejar materi untuk menjadi kaya? Dengan penghasilan pas-pasan mereka hanya ingin membantu suami membiayai kebutuhan keluarganya sehari-hari.

Kasus kejahatan dan pelecehan seksual yang terjadi saat ini adalah pe-er bersama.  

Berangkat dari pengalaman sebagai ibu bekerja dan kadang khawatir meninggalkan anak di rumah, impian saya  memiliki day care (impian sejak saya memiliki anak dan kembali bekerja) alias penitipan anak dengan harga terjangkau dan memiliki program yang jelas alias berkualitas. Tujuannya agar anak-anak tumbuh dan berkembang dengan maksimal dan aman walaupun di tinggal ibunya bekerja.


Saya sempat survey ke beberapa day care, saat bekerja dulu, ada yang bagus tapi harganya fantastis, belum lagi jam buka dan tutupnya yang tidak cocok. Buka jam  7 padahal saya harus berangkat ke kantor setengah tujuh untuk menghindari macet, tutup jam 5, padahal baru jam setengah lima saya bubar kantor.
Ada yang harganya biasa tapi saya lihat sepanjang hari tv kabel menyala, koleksi buku minim, tempat tidur tidak sesuai jumlah anak.

Memang harga berbanding lurus dengan kualitas. Agar tetap terjangkau, saya mungkin akan menerapkan strategi subsidi silang. Jadi setiap sabtu minggu, day care berubah menjadi tempat kursus anak-anak, perpustakaan umum, yang keuntungannya untuk menutupi biaya day care atau mencari sponsor.


Semoga impian saya terwujud ya, ada dana dan bertemu tempat yang cocok karena saat ini tempat tinggal saya ‘belum menetap’ setelah memutuskan tinggal mendekati kantor suami.

“I DECLARE, I WILL ACCOMPLISH MY DREAMS”

Senja Terakhir

Jam menunjuk di angka 4 ketika bis yang membawa kami sampai di tempat tujuan. Sebuah restoran di pinggir pantai.  Dua pramusaji mengantar kami menuju deretan meja yang sudah di siapkan tak jauh dari bibir pantai. Suara deburan ombak langsung menyambut kedatangan kami. Untuk sesaat saya merasa de javu,  teringat  4 tahun lalu, pada waktu yang hampir bersamaan kami berada di tempat ini, menunggu senja yang bergulir sampai akhirnya menghilang. Kami tak langsung duduk namun melepaskan pandangan pada langit yang bersaput gumpalan awan putih dan lautan yang tak bertepi dengan rasa antusias yang dalam sebelum akhirnya berfoto sana-sini dengan pose dan senyuman narsis dan norak hahaha.