Tampilkan postingan dengan label family. Tampilkan semua postingan

Berpetualang dan Bermalam di Arus Liar Sukabumi

Teman-teman yang suka traveling pasti sudah tidak asing dengan nama Arus Liar, salah satu rafting yang ada di Citarik Sukabumi. Tapi Arus Liar tidak hanya menawarkan rafting lho, juga penginapan dengan tiga nuansa berbeda; camping ground, saung tepi sungai (serasa tinggal di desa), atau bungalow walaupun letaknya di tepi sungai namun nuansa sunyinya lebih terasa. Untuk yang hanya berlibur sekeluarga  saya kurang merekomendasikan di bungalow karena area terlalu luas kecuali di bungalow ada tamu lain yang menginap. Bungalow lebih cocok untuk acara gathering kantor karena dilengkapi tanah lapang untuk acara/permainan.

Saya memilih menginap di Saung tepi sungai yang disebut Kampung Ngaloen, dengan pertimbangan tempatnya pas tepi sungai jadi anak – anak bisa bermain dan bisa denger gemericik air sepanjang hari. Waraas pokokna mah.




Penginapan di tepi sungai

Tarif dan Fasilitas
Soal tarif cukup bersahabat, Rp 200.000,- permalam/orang sudah termasuk dua kali makan, pagi dan malam. Belum termasuk tarif rafting sebesar 200 (tarif sudah termasuk  makan siang).  Usia minimal untuk bisa ikut rafting 10 tahun. Kok murah amat? Karena yang ditawarkan penginapan ala – ala menginap di perkampungan jadi fasilitasnya sederhana, tapi tenang, kalau teman – teman pake provider dari si merah yang memang rada mihil, sinyal untuk internetan kuat hehehe. Bandingkan dengan provider lain yang saya juga pake (double sim) di tempat tinggal saya sekarang aja, pinggiran kab. Bogor dan Tangsel, sinyalnya lelet.



Memang tidak ada wifi? Di camp arus liarnya wifi gratis tapi kalau di penginapan harus beli.

Selain makan dua kali sehari, tempat tidur layak, tersedia air mineral  dan kamar mandi bersih. Tanpa tv, jadi yang terdengar hanya gemericik aliran air sungai, pokoknya terasa tinggal di desa jaman dulu. Cocok untuk niis dan rehat sejenak dari keriuhan dan kesibukan kota.

Karena anak-anak masih dibawah usia 10 tahun, saya tidak bisa ikutan rafting. Padahal pengen banget rafting secara terakhir kali rafting ya pas acara kantor 10 tahunan lalu. Semoga next time ada kesempatan. Tapi walaupun nggak bisa ikut rafting seneng banget karena liat anak-anak antusias dan sukacita main di tepi sungai. Di kota mana bisa kayak gini?

Jadi inget masa kecil, sesekali liat teman-teman yang kalau pulang sekolah berenang di Cikapundung kebetulan sekolah saya tidak terlalu jauh dari sungai tersebut dan banyak teman-teman yang rumahnya sekitar sungai Citarum. Karena saya tidak bisa berenang dan tidak punya nyali buat turun ke sungai jadi cuma lihat dari atas saja hahaha.

Saung terletak tepat di tepi  sungai jadi sementara Pak Suami dan teman-temannya rafting saya menemani anak-anak main di sungai. Sungai yang juga merupakan jalur rafting jadi saya sekalian nungguin Bapaknya anak – anak lewat.



Sungainya asli jernih tanpa sampah. Oh ya penginapan berupa saung yang diberi nama Kampung Ngaloen   berjumlah 10 saung. Dari camp Arus Liar (tempat administrasi) sekitar  1 km  dan hanya bisa dilewati jalan setapak, jadi mobil parkir di camp Arus Liar. Tak perlu khawatir soal keamanan di Kampung Ngaloen karena ada satpam yang menjaga 24 jam plus ada warung kecil yang menyediakan kebutuhan darurat seperti sikat gigi, sabun, kopi dan mie rebus. Jadi tak usah khawawatir kelaparan jika malam-malam, tinggal pesan indomie saja . Maklumlah kalau ke jalan raya  medannya tidak asik jika di tempuh malam-malam, horror hahaha.

Menurut cerita  dari bu warung dan Pak satpam, salah satu rahasia bersihnya sungai Citarik karena pemilik rafting (pemilik rafting di sekitar Citarik bukan hanya Arus Liar) turut mengedukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan sungai dengan melarang buang sampah ke sungai dan melarang masyarakat menangkap ikan dengan cara diracun atau disetrum.

Masyarakat menuruti himbauan ini karena kehadiran rafting membuka lapangan kerja dan ekonomi terdongkrak. Terbukti di sekitar tempat – tempat rafting ada kios – kios yang menjual barang keperluan rafting seperti sandal gunung dan koas.

Rafting
Tarif rafting sebenarnya ada beberapa macam, tergantung panjang pendeknya jalur rafting yang kita pilih, makin ke hulu tarif bertambah karena berarti jalur rafting makin panjang. Pada saat-saat tertentu (sesi liburan atau cuaca sedang bersahabat) ada pilihan finish rafting di pantai Pelabuhan Ratu. Jarak Arus Liar ke Pelabuhan Ratu sendiri jika di tempuh dengan kendaraan pribadi hanya 1 jam.  Jadi bisa banget nginep dan rafting di Arus Liar terus menikmati sunrise atau sunset di Pelabuhan Ratu.

Tarif rafting dengan jarak menengah sebesar 200 ribu/orang, jika ingin finish sampai pelabuhan rabu nambah 100 ribu/orang.

Kami ke sini sekitar bulan Mei lalu, sebenarnya ini acara Pak Suami dan team di kantornya - acara atas inisiatif teamnya dalam rangka refresing  jadi biaya pribadi. Hanya Pak Suami dan satu temannya yang membawa keluarga tapi temannya belum memiliki anak.

Jalan Cikidang
Teman-teman tahu donk jalur ke Sukabumi itu macet. Untuk mencapai Arus Liar teman-teman bisa lewat jalur alternatif Cikidang, namun jalannya berkelok naik turun dengan tikungan atau turunan/tanjakan cukup tajam jadi tidak direkomendasikan untuk yang masih belajar nyetir. Bonusnya lewat sini, udaranya sejuk karena kanan kiri, kebun sawit, kebun karet, tanah – tanah yang masih perawan selain perkampungan. Perjalanan dari Bogor ke Citarik memakan waktu sekitar 3 jam jika jalan lancar. Saat kami kemari jalan tidak macet hanya di beberapa titik tersendat karena ada pasar atau perbaikan jalan.


Anak – anak Sungai
Sungai di depan penginapan Kampung Ngaloen karena landai dan berbatu jadi tempat main favorit anak – anak lokal terutama pada hari minggu (libur sekolah). Jangan merasa terganggu dengan kehadiran mereka karena mereka sekedar main, berenang, mencari ikan dan melihat orang – orang yang rafting lewat. Seru banget lihat wajah – wajah ceria mereka main air dengan leluasa dan tidak kenal takut berenang menantang arus. Mungkin mereka generasi penerus pemandu rafting atau seperti ini masa kecil para pemandu rafting saat ini, jadi mereka kenal betul arus Citarik. Tapi semoga mereka kelak buka hanya jadi pemadu tapi pemilik hehehe. Saat ini kebanyakan pemilik rafting orang – orang kota besar malah ada orang bule, cerita Ibu pemilik kios.

Add caption

Add caption


So, jika teman – teman berencana berlibur ke tempat berbeda, menikmati keindahan alam, budget minimal,  namun tidak terlalu jauh dari Jabodetabek, wisata ke Sukabumi bisa jadi alternatif.

Videonya bisa dilihat di sini https://youtu.be/JyC2WHBVX-k







Semua Beres Kalau Ada Mama

Mama datang dan isi tas besar yang dibawanya sudah bisa saya tebak. Bukan pakaian karena mama sudah menyimpan pakaian di sini. Isinya tahu bandung, brokoli, wortel, cabe gendot (jenis cabe gemuk dan pedas ini tidak ada di bogor), tomat, daun bawang dan cabe merah keriting.


Azka dan Uti (eyang putri)
Mama tidak mengambilnya dari kebun  karena kami memang tidak punya kebun . Tapi mama membelinya dari pasar simpang dago.”Aduh Bu, gak usah repot-repot, di sini juga ada,” kata suami saat pertama kali mama berkunjung ke rumah kami .

Home is where the heart is

Ini postingan ketiga sekaligus terakhir dari sesi family time di acara family tea camp sariwangi dan tabloid nova dengan narasumber psikolog  Ratih Ibrahim.


Kunci Komunikasi Suami Istri
Sesi terakhir sekaligus paling membuat haru beberapa pasangan suami istri peserta family tea camp. Jadi ceritanya mba ratih memberi semua peserta (suami dan istrinya) masing-masing selembar kertas dan balpoint. Dan meminta menuliskan yang kita sukai dan tidak disukai dari istri/suami, setelah itu ditukarkan, jadi istri bisa baca pujian dan komplain suami, begitupun sebaliknya.

Cukup, Cupu dan Culun

Oleh-oleh family tea camp sariwangi, sesi family time bersama psikolog Ratih Ibrahim (2)

bersama 9 keluarga lain pemenang menulis kisah inspiratif momen 15 menit


Gak mau donk anak-anak kita jadi generasi Cukup, Cupu dan Culun, apa tuch...

Semua orangtua pasti tahu donk jika interaksi anak dengan game di gadget  atau nonton tv secara berlebihan ,walaupun isinya (katanya) edukatif, gak baik untuk pertumbuhan otak dan fisik anak.  Untuk saya sendiri, konsisten membatasi anak-anak nonton dan main game itu banyak godaannya. Saya tidak terlalu punya masalah dengan game karena anak-anak masih kecil dan  tidak memberi mereka gadget untuk main game tapi ada sedikit masalah dengan jam menonton. Walaupun dibatasi lebih seringnya saya memberi tolerasi  1 jam tambahan atau lebih. Alasannya banyak, saya lagi nanggung mengerjakan tulisan (ngejar dl aorderan tulisan atau lomba), lagi masak, lagi beres-beres, lagi asik bbm an....

Family Time ; Quality = Quantity


Oleh-oleh family tea camp sariwangi, sesi family time bersama psikolog Ratih Ibrahim (1)

‘Yang pentingkan kualitas bukan lama atau seringnya bertemu,’ ujaran seperti itu kerap terdengar dari para orangtua, termasuk saya yang berpendapat kualitas pertemuan atau kumpul dengan keluarga itu lebih penting daripada lamanya berkumpul. Alasannya bukan karena tidak ingin kumpul tapi (sok) sibuk. Jadi untuk bisa berpuas-puas dengan keluarga dengan sabar menunggu sabtu minggu. Itu dulu saat saya masih kerja. 

Petualangan di Malam Hari (Pemenang utama Momen 15 Menit Sariwangi periode 2)

Si kecil Azka Zahra (5y7m) menyebutnya petualangan, kami menyebutnya quality time. Energi kedua anak kami Azka Zahra dan Khalifah Ahsan (1y7m) seperti di charge ketika Papanya sampai rumah setiap pulang kerja. Rasa kantuk dan lelah mereka seolah menguap. Jam menunjuk di angka 7 malam ketika papanya sampai rumah. Dengan serta merta Azka mengajak Papanya dan saya menemaninya main di pekarangan rumah dengan alasan untuk perpetualangan. Dengan senter keduanya  melihat sudut-sudut taman yang gelap dan rimbunan tanaman, terkagum-kagum dengan bentuk bulan yang selalu berubah, kedipan bintang dan kelelawar yang kadang menyambar jambu di pekarangan rumah kami. Siang hari panas matahari begitu terik sehingga anak-anak enggan lama-lama main di pekarangan.

Petualangan Azka dan Khalif :)
Ternyata sangat membahagiakan melihat imajinasi keduanya, ini membuat saya belajar, betapa banyak cara sederhana, sepele dan tanpa bayar untuk membuat mereka bermain sekaligus belajar dan berinteraksi dengan alam.  Kedua si kecil kami akan berceloteh riang,  diselingi pertanyaan Azka mengenai fenomena alam yang dilihatnya.  Menjawab rentetan pertanyaan Azka yang kadang ajaib, seperti siapa yang menciptakan bintang? Saat di jawab Tuhan, balik bertanya siapa Tuhan? Laki-laki atau perempuan? Di mana rumahnya? Atau pertanyaan sederhana, kenapa teh aku boleh manisnya sedikit? Kenapa mama gak suka teh pake gula? Pertanyaan yang membuat saya dan suami menjadi teman diskusi dan sama-sama belajar,  untuk menyiapkan jawaban pertanyaan anak-anak yang kerap tak terduga.

Tak jarang keduanya membuat kami tertawa atau terkagum-kagum, karena berebut menunjukkan ‘kebolehan’ atau kemampuan baru mereka pada Papanya. Seperti misalnya,”Mewarnai aku tadi di sekolah dapat bintang lima,” seru Azka. sementara Khalif menyenandungkan lagu burung kakatua dengan terputus-putus atau memanggil-manggil kami untuk mencari perhatian.

Ditemani secangkir teh hangat membuat suasana bertambah hangat dan nyaman, sehingga lebih seringnya kami enggan beranjak kalau saja tidak ingat bahwa anak-anak harus segera tidur. Kebersamaan itu juga membuat kami lebih lekat karena kami memiliki waktu bersama.

Alhamdulillah, menang :) bisa juga di baca di sini


Liburan Seru dan Edukatif

Ketertarikan anak pada binatang, menurut psikolog  Ratih Ibrahim, karena emotional anak di usia 1-5 tahun masih di seputaran animal brain karena respon dari binatang itu pure, genuine. Dengan mendekatkan  si kecil pada binatang secara tidak langsung mengajarkannya essence of caring ke manusia. Jika anak sayang binatang dia akan respek terhadap kehidupan, manusia dan lingkungan hidup.

Pernyataan di atas menjawab keheranan saya kenapa kedua si kecil saya Azka Zahra (5y) dan Khalif (1.5 y) sangat tertarik pada hewan. Khalif Suka sekali mengejar-ngejar kucing yang kerap berkeliaran di sekitar rumah sedangkan kakak Azka selalu berkhayal kelak memiliki kuda, anak harimau, ayam, kucing, ikan dan bercita-cita menjadi dokter hewan sejak menonton tayangan Animal Planet di tv.

Keduanya sangat antusias jika diajak ke kebun bintang dan ingin menyentuh semua hewan yang dilihatnya. Namun sayang, tidak semua binatang bisa disentuh dan diajak berinteraksi secara langsung.



Tapi tak lama lagi rasa keingintahuan kedua si kecil saya akan terpuaskan, saya akan mengajak mereka ke Dancow Learn & Explore, 4D Augmented reality Experience Terbesar di Indonesia, di sana si kecil bisa berinteraksi secara langsung dengan beragam binatang, mulai dari binatang laut, serangga, binatang berbulu, burung dan binatang yang tidak mungkin dilihat si kecil di kebun binatang tapi sangat dikenalnya melalui buku atau film seperti dinosaurus, T-rex, mammoth dan juga binatang-binatang lain seperti lumba-lumba, penguin, dan bahkan harimau. Lewat Teknologi canggih augment reality, binatang-binatang tersebut bisa disentuh dan dirasakan langsung oleh si kecil. jadi interaksi dengan harimau pun aman.

Dengan melihat binatang – binatang ini secara langsung “di habitatnya”, diharapkan rasa ingin tahu Azka dan Khalif bertambah, DANCOW Learn & Explore memberikan sarana untuk belajar dan mengembangkan kemampuan kognisi anak, supaya anak-anak Indonesia bisa tumbuh menjadi ANAK LIFE-READY. Di  Dancow Learn & Explore  ada beberapa zona yang bisa dieksplorasi si kecil, diantarannya ;

o   Zona Augmented Reality: Selain mendapatkan pengetahuan seputar Dinosaurus, si Kecil juga akan dikenalkan dengan berbagai hewan yang hidup di zaman purba dan mengetahui apa saja hewan berukuran besar. Zona ini terbuka untuk si Kecil yang berusia 1-5 tahun dan si Kecil dibawah 3 tahun perlu didampingi oleh Ayah dan Bunda. Di sana si Kecil juga bisa membuat lukisan cap tangan yang hasilnya bisa dibawa pulang.

Lihat video ini yuk



Mau kan liat si kecilnya main asyik dengan penguin seperti ini juga?

o   Zona Binatang Laut: Di Zona ini si Kecil bisa mempelajari mengetahui hewan yang tinggal di air. Si Kecil juga akan diajak untuk berkreasi untuk mengembangkan kebebasan bereksplorasi, berkreasi, serta melatih koordinasi motorik halus dan pemahaman si Kecil tentang “warna”, dan “bentuk”

o   Zona Burung: Si kecil bisa melihat aneka jenis Burung dan mengenal macam - macam suaranya, tidak ketinggalan, si Kecil juga bisa berfoto dengan burung. Selain itu, si Kecil juga akan diajak mempelajari berbagai macam warna, mengasah kreativitas bersama Ayah dan Bunda, serta menirukan suara burung.

o   Zona Binatang Berbulu: Di sini, si Kecil akan dikenalkan berbagai jenis hewan berbulu, jenis-jenis makanan hewan, mengenal tekstur kulit hewan, dan memberi makan kelinci dan marmut. Si Kecil juga bisa berkreasi bersama Ayah dan Bunda membuat kartu dengan menempel bulu

·         Zona Serangga: Si Kecil bisa mengenal macam - macam serangga dan tau mengenai habitat hidup serangga. Selain itu, si Kecil juga bisa mengetahui berbagai macam suara serangga, dari mulai suara jangkrik sampai dengung sayap nyamuk.


Selain itu ada juga Zona konsultasi Psikologi dan Nutrisi Anak untuk Bunda, penampilan special dari Super Seven dan Kids Choir dan Doorprize jutaan rupiah juga lho! Tupperware, iPad 2, Samsung Galaxy SIII, dan Voucher Belanja

Seru dan edukatif kan Bun.  Info lengkap klik DANCOW Parenting Center (FB) . dan ikuti terus Twitter @DancowCenter

Sampai berjumpa di sana.




Yuk, Dampingi si Kecil Bereksplorasi


Banyak orang bilang Azka Zahra (5 thn) putri kami tomboy, karena suka mencoba memanjat pohon, naik sepeda sukanya ngebut, berani mengungkapkan keinginannya,  ekspresinya lepas, percaya diri, selalu ingin menonjol, dan berani. Padahal menurut saya Azka melakukan hal yang seharusnya dilakukan semua anak, baik laki-laki atau perempuan.  Cerminan anak yang selalu ingin tahu dan bebas.

Playing is the beginning knowledge adalah filosofi yang saya terapkan pada si kecil. yap, bermain adalah cara belajar paling menyenangkan untuk anak. Membiarkan anak  bereksplorasi dan mengenal alam bebas adalah cara memberinya kesempatan bermain sekaligus belajar terlebih diusia  golden age nya (1 – 5 tahun). Seperti yang kami lakukan pada si kecil kami. Mendampinginya saat ingin mencoba memanjat atau main hujan-hujanan.  


Atau mengajak mereka ke tempat wisata edukatif seperti kebun binatang. Salah satu kegiatan favorit si kecil adalah   memberi makan rusa-rusa yang ada di Istana Presiden Bogor.



Saya memang tidak membatasi ruang gerak Azka dan Khalif saat bermain dengan syarat selalu di dampingi karena menurut buku-buku parenting yang saya baca saat anak bereksplorasi di alam bebas ia belajar memahami sesuatu dan dalam waktu bersamaan kecerdasan majemuknya terasah. Anak akan mengerahkan seluruh kemampuan fisiknya (berjalan, berlari, melompat, mengjangkau atau mencoba memanjat) untuk memuaskan keingintahuan terhadap hal baru yang dilihatnya. Dengan panca inderanya anak akan mencerna beragam fenomena alam (terik matahari, angin, proses pergantian hari dsb)  dan interaksinya dengan mahluk hidup lain, tumbuhan dan hewan, akan membuat anak belajar peduli.


Ketika rasa ingin tahunya terpuaskan dan anak merasa jadi serba tahu, rasa percaya dirinya akan bertambah.


Protektif tapi Proporsional
Walaupun tidak semua, beberapa orangtua melarang anaknya bermain di alam bebas dengan alasan keamanan. Khawatir jatuh, kotor, kena kuman dst. Ketakutan yang juga saya alami namun saya tahu jika terus menerus di larang ini itu rasa ingin tahu dan imajinasi si kecil akan tumpul. Sebab itu saya mendukung eksplorasi si kecil  dengan cara mengawasi dan mendampingi  saat ia bermain di alam bebas.


Seandainya Bunda mengajak anak ke kebun binatang lalu dia ingin mendekati binatang yang baru dilihatnya, apa yang Bunda lakukan? Kita coba lihat video berikut ini yuk....

Dukung Anak Bereksplorasi
Yang dibutuhkan anak kelak untuk mencapai kesuksesan dalam hidup bukan hanya kecerdasan kognitif yaitu kecerdasan yang bisa diukur dengan angka seperti membaca atau berhitung.  Kecerdasan yang tidak kalah penting adalah kecerdasan  kognisi yaitu kecerdasan yang tidak bisa diukur dengan angka diantaranya rasa kepercayaan diri, mudah bergaul, kreatif dan berjiwa pemimpin. Kecerdasan yang kelak menentukan kesiapan anak menghadapi masa depan (anak life ready) han harus dimiliki dan diasah sejak dini. dan kecerdasan kognisi ini di dapat anak ketika bereksplorasi di alam bebas.

Mengutif psikolog Ratih Ibrahim, anak life ready adalah anak yang memiliki kompetensi individual yang unggul seperti memiliki pertumbuhan fisik optimal, perkembangan kognitif yang signifikan serta perkembangan kecerdasan emosi dan interpersonal. Dan setiap orantua bisa mengarahkan anak untuk menjadi anak life ready, dengan memberikan nutrisi serat gizi yang baik dan pola asuh yang bagus.

Let’s Learn dan Explore
Berangkat dari kepedulian bahwa  anak butuh melakukan eksplorasi agar menjadi anak life ready. Dancow membuat sebuah event bertajuk DANCOW Learn & Explore, 4D Augmented Reality Experience Terbesar di Indonesia, yang akan diselenggarakan tepat pada saat liburan sekolah yaitu tanggal 6-7 Juli 2013 di Mall Taman Anggrek Jakarta, pukul 10.00-12.00 WIB.  


Bagaimana cara Bunda dan si kecil bisa ikut acara ini? 



Info lebih lanjut bisa dilihat  di DANCOW Parenting Center (FB) dan Twitter @DancowCenter



Motor versus Mobil*


Tinggal di Bogor dengan KTP Jakarta sering membuat ribet. Terutama untuk urusan administrasi. Dari urusan ktp, kartu keluarga, daftar pemilu sampai bikin SIM, terlebih saya buta Jakarta karena lahir dan besar di Bandung. Tapi suami yang lahir dan besar di Jakarta keukeuh sumekeuh ingin tetap KTP Jakarta.

Dua tahun lalu saya mengurus SIM ke Jakarta sendiri berbekal jalur kereta dan bis yang harus saya tumpangi.

“Ada apa-apa telepon aja,” pesan suami.

Urusan nyasar bukan masalah, pikir saya dalam hati. Tinggal naik taksi. Masalahnya gimana kalau di test naik motor manual. Saya kan bisanya motor matic doank. Gimana kalau di tes dalam jalur yang dibuat berbelok-belok? Saya kan belum bisa. Gimana kalau suruh membaca rambu jalan? Hanya beberapa yang saya tahu seperti dilarang parkir atau belok kanan langsung.

“Yang bikin SIM ratusan, gak mungkin di tes satu-satu. Paling diambil random dan hanya satu orang,” terang suami.
Lha, gimana kalau saya yang kepilih?

“Jangan berdiri di depan, ngumpet aja,” saran suami.

Ternyata urusan bikin SIM tidak seribet yang saya duga. Simpel dan SIM langsung jadi. Ya, kalau gak nembak ga bakal lulus dapat SIM. Dan itu sudah dibuktikan oleh suami, tiga kali bikin SIM tanpa nembak pulang dengan tangan hampa padahal sejak smp sudah menguasai jalanan kota Jakarta. 

Dan kini menggenapi tiga bulan pulang pergi bekerja mengendarai sepeda motor dan hati saya masih dag dig. Tak berani menyalip jika jalur kiri jika tidak benar-benar kosong, dengan sabar menanti angkot yang menaik turunkan penumpang, menjaga jarak cukup jauh dengan bis atau truk. Masih berkeringat dingin jika terjebak di kemacetan dan mengendara sepeda motor saya mengklakson untuk saya tetap melaju di jalur kanan yang sempit di himpit kendaraan roda empat. Biasanya saya memasang wajah cool dan tetap diam dengan sabar. Ya, saya gak mau nekat alias maksa mepet ke kanan, kalau  tersenggol dan jatuh apa yang mengklakson saya mau bertanggung jawab. 

Yap, walaupun sudah dua tahun sebelumnya wara-wiri dengan sepeda motor di perumahan tempat saya tinggal, baru tiga bulan ini saya memberanikan diri, lebih tepatnya dipaksa, memakai sepeda motor di jalan raya. Pemaksaan yang bukan tanpa alasan. Saya yang mendesak suami untuk dibelikan motor matic. Saya yang meminta suami mengajari saya naik motor walaupun takutnya setengah mati. Mengapa saya merasa perlu bisa mengendarai sepeda motor? Karena rumah tempat saya tinggal jaraknya dua kilo meter dari jalan raya yang sekaligus pintu masuk perumahan.   Tinggal  dalam cluster pula yang tidak ada warung. Minimarket terletak di ruko yang  tak jauh dari pintu masuk perumahan yaitu sekitar 2 kilometer dari rumah saya.  Jadi untuk efisiensi waktu dan hemat, menurut saya motor adalah keharusan. Tapi untuk urusan ke warung saya memilih mengendarai sepeda. 
 
antar Azka les

Begitupun urusan bekerja, kemacetan dan angkot yang sering ngetem membuat saya senewen dan kerap mengeluh karena wasting time itu berarti jatah waktu saya untuk anak-anak berkurang. Sepeda motor pilihan tepat bukan?  Selain irit. Sebenarnya ongkos naik bis atau angkutan umum ke kantor tak telalu mahal yang mahal justru tarif ojek dari rumah sampai depan jalan raya. Soal efisiensi, dengan membawa kendaraan sendiri saya bisa leluasa jika pulang kerja harus mampir membeli ini itu. Ya, walaupun semua kebutuhan di cover di belanja bulanan kadang ada barang consumable yang harus dibeli.


“Kalau mama takut itu wajar.  Ketakutan itu yang harus membuat kita hati-hati dan waspada. Jangan ngebut, jangan nyalip, jangan lupa lampu sen…..bla…bla…”
“Jadi mulai besok mama harus coba pake motor ke kantor?!”
Hah! Duh, kalau gak malu mau nagis rasanya. Sumpah takut. Suami tahu, saya tidak akan pernah berani kalau tidak dipaksa. Saya bukan perempuan cengeng dan manja tapi saya tidak punya cukup nyali, komentar suami. 

Yap, seperti yang sempat dikatakan suami, bahwa dia tidak mungkin stand by disamping saya dan keluarga terutama di hari kerja. Sesekali harus tugas ke luar kota atau luar negeri. Menjadi perempuan plus ibu memang dituntut serba bisa. Ada saatnya harus berperan ganda.
“Kayaknya lebih aman belajar mobil ya, Bi. Gak jatuh kalau kesenggol,” kata saya suatu hari pada suami yang tengah mencuci mobil.  

“Kita gak jatuh tapi yang kesenggol bisa mati.” Saya melonggo. “Betul kan, Ma. Apalagi banyak pengendara motor yang suka seenaknya nyalip-nyalip. Kalau gak cepat ngerem atau kurang sigap, dia  yang kesenggol kita yang berusan dengan polisi. Walaupun posisi kita benar, pengendara mobil yang suka disalahkan.
 
Saya kehilangan kata-kata untuk berkomentar.

“Maksudnya,  mama harus berani dan bisa motor agar jika mama sudah bisa mobil dan mengendarainya lebih paham kondisi jalan terutama paham karakter para pengedara sepeda motor. Mama jadi bisa lebih hati-hati dan sabar.”



Ehm, benar juga sich tapi selain itu, Abi jelas gak siap kan kalau  mobilnya baret-baret jika di pake Mama belajar karena mobil kantor hehehe. (rs)
 

*tulisan  dibuat sekitar setahun yang lalu.

Tulisan  ini diikutsertakan pada Kinzihana's GA.