Tampilkan postingan dengan label cerita pandemi. Tampilkan semua postingan

Paradigma Pembelajaran Jarak Jauh

Refleksi Pendidikan Indonesia diantara PJJ dan PJM



Sekitar  dua bulan lalu dapat kabar kalau di sekolah si sulung (kelas 8) akan dicoba Pembelajaran Tatap Muka (PTM), sekolah sudah menyiapkan dan mengkondisikan agar percobaan PTM ini berjalan lancar dan aman. Kelas hanya ditempati 50% dari kapasitas, jadi memang belum PTM 100%. Siswa akan  PTM bergiliran, PTM sehari PJJ sehari, secara  bergantian. Namun PTM ini sifatnya tidak memaksa, jika orangtua dan anak ingin tetap belajar online dengan alasan kesehatan, dipersilahkan. Anak-anak yang diperbolehkan PTM juga dipastinya riwayat kesehatannya, agar aman.

Pihat sekolah juga mengatakan pihak diknas sudah mensurvey kesiapan sekolah. Kabar ini bukan hanya membuat si sulung senang, juga saya. Finally!  Ya walaupun belum 100% PTM setidaknya mengurangi kesibukan saya sebagai orangtua.

Pembelajaran Jarak Jauh diperpanjang

Sayangnya antusiasme ini berlangsung sebentar karena tanpa diduga, pandemik mencapai puncaknya bulan ini. Wacana PTM ditunda sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Sedih, iya tapi yang membuat lebih  sedih bukan hanya PTM yang batal, lonjakan kasus korona yang tinggi dan mulai kena di lingkungan terdekat, lebih membuat saya juga sedih.

Jadi mau tidak mau saya sebagai orangtua harus semangat (tepatnya menyemangati diri sendiri) menghadapi PJJ lagi sampai batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Jujur mendampingin anak-anak PJJ bukan hal mudah untuk saya, ada  kendala dari diri sendiri, anak-anak dan pihak sekolah yang masih gagap dengan pembelajaran PJJ ini.

Ternyata apa yang saya rasakan juga dialami banyak orang tua lain dan masalah ini juga sudah disadari para pemerhati pendidikan, ini saya ketahui saat mengikuti webinar bersama Faber Castell dengan tema Refleksi Pendidikan Indonesia antara PJJ dan PTM. Seperti dituturkan Ibu Saufi  seorang pemerhati pendidikan,  yang menjadi narasumber acara ini. 


Beberapa kendala itu diantaranya tidak semua siswa memiliki handphone, kendala sinyal (terutama di daerah dan pelosok), keterbatasan kuota internet, beban biaya membeli quota, materi yang disampaikan kurang dicerna siswa, komunikasi antara siswa dan guru kurang. Dampaknya, pengawasan saat proses pembelajaran berkurang, materi pelajaran tidak ditangkap sisa dengan baik. Orangtua pusing.

Mengenali Kendala PJJ

Kendala di atas bersumber dari 3 hal yaitu siswa, orangtua dan guru.

Kendala dari pihak siswa, dimana motivasi belajar anak-anak menjadi lemah, pada beberapa anak masih tertanam tidak pergi ke sekolah adalah liburan, ini juga yang dirasakan anak kedua saya, yang masih merasa ini liburan. Ini terutama dipahami anak kelas sekolah dasar kelas kecil. Pemberian tugas dirasakan berat karena terdapat perbedaan antara tujuan guru dan orangtua. Pemberian tugas yang lebih sering satu arah menjadi monoton. Sosialisasi PJJ antara pihak sekolah dan orangtua kurang. Anak terganggu dengan permainan online ketika sedang PJJ dengan gadget.

Kendala dari pihak orangtua, kendala orangtua dalam menyiapkan fasilitas, orangtua agak gaptek, kendala dari perilaku anak, susah mendisiplinkan anak  dan perbedaan target belajar antara orangtua dan guru.

Kendala dari pihak Guru, pembelajaran belum bisa menciptkan bonding  antara guru dan siswa, guru kurang kreatif sehingga pembelajaran tidak menarik dan menyenangkan. Masih ada guru yang gagap teknologi sehingga pembelajaran terganggu dan monoton. 

Kendala menghadapi  anak yang santai selama PJJ karena merasa seperti libur sekolah,  sempat saya rasakan di tahun pertama PJJ, saat itu si adik baru kelas 2 SD (sekarang naik kelas 4). Tugas dari sekolah terasa ribet karena harus mengeprint lalu memfoto dalam bentuk PDF. Karena belajar di rumah anak agak sulit di disiplinkan untuk duduk tenang selama pembelajaran via zoom berlangsung. Juga saat memngerjakan tugas dan latihan, anak suka menunda dan santai karena merasa tidak ditunggu gurunya.

Karena PJJ anak jadi memiliki gadget sendiri (baru 3 bulan  saya belikan si adik  handphone karena rebutan dengan mamanya), resiko interaksi anak dengan gadget di luar jam sekolah bertambah dan anak tergoda dengan game saat PJJ berlangsung.

Kendala yang saya rasakan dari pihak guru, ada beberapa guru yang gagap teknologi jadi pemberian tugas dan pembelajaran zoom terhambat. Video pembelajaran tidak menarik dan seperti seadanya.

Peran orangtua selama PJJ

Yang membuat orangtua sedikit stres dengan PJJ karena orangtua dituntut tidak hanya sebagai pendamping anak belajar, tapi merangkap peran yang selama ini dipegang guru dan sekolah yaitu sebagai fasilitator, pengawas dan motivator. Merangkap pengajar juga karena anak akan kesulitan bertanya pada guru yang waktu tatap mukanya terbatas dan dibatasi jarak.



Selain itu orangtua juga memiliki beban pekerjaan rumah tangga atau bekerja bagi Ibu bekerja di luar rumah.

Mencari solusi agar PJJ efektif

Karena PJJ ini akan berlangsung sampai entah kapan, maka sebagai orangtua mau tidak mau dituntut agar PJJ efektif untuk anak-anak, paham materi yang disampikan guru dan orangtua bebas stres dari PJJ. Tidak berkutat pada kendala.

Caranya? Kalau saya berusaha santai. Santai tapi terukur. Mendampingi saat mereka PJJ, duduk atau beraktivitas tidak jauh dari mereka sehingga terpantau dan tahu yang disampaikan guru. Mendorong anak lebih mandiri dengan tugas sekolah sehingga saat dia lalai, ia merasakan sendiri akibatnya, malu ditegur guru dan temannya jadi tahu kelalaiannya. Untuk masalah godaan game di gadget saya membuat jam pegang handphone.

Tahan diri untuk tidak mengambil alih tugas anak saat dia menunda atau lalai mengerjakan. Biarkan anak mengerjakan sendiri, sehingga mereka belajar bertanggung jawab. Tahan diri dari mengejar nilai 100 yang membuat kita sebagai orangtua ingin mengambil alih/memberi tahu jawaban saat ujian.

Sisi positif dari PJJ yang dapat saya ambil, mendorong orangtua mengajari anak kejujuran dengan sebenarnya, ini terasa saat anak mengerjakan tugas atau ujian, sering dibenturkan pada pilihan mengambil alih atau menjadi pembimbing dan mengajarkan anak mandiri.

Mengerjakan tugas menjadi praktis dengan Paket Belajar Online Faber Castell


Stylus untuk mendukung PJJ


Untuk keribetan tugas yang harus diprint, diisi lalu di foto dalam bentuk PDF, saya menemukan solusinya setelah kenal dengan paket belajar online dari Faber Castell.  Paket Belajar Online faber-Castell adalah paket alat tulis  berisi pensil, penghapus, serutan, pulpen, dan stylus. Stylus dari Faber-Castell memiliki banyak fungsi dan keunggulan, yaitu untuk menulis dan menggeser layar saat mengerjakan tugas atau ujian, karet bertekstur lembut sehingga tidak merusak layar smartphone dan dapat digunakan di semua jenis atau merk smartphone.

Menurut   Product Manager PT Faber-Castell International Indonesia, Christian Herawan , Paket Belajar Online Faber-Castell diciptakan berdasarkan survey yang dilakukan pada masyarakat terkait Pembelajaran Jarak Jauh, dimana gawai yang digunakan saat PJJ kurang optimal dalam mendukung pembelajaran daring.

Pak Cristian dari Faber-Castell



Bagaimana menggunakan stylus? Yuk tonton videonya di sini  Paket Belajar Online Faber-Castell (klik) atau instagram t_rinasusanti.

Cara menggunakan stylus

Karena si adik suka mengotak-atik Canva jadi stylus digunakan juga untuk otak-atik Canva.

Stylus untuk otak-atik Canva 


Paket Belajar Online Faber-Castell harganya  sekitar 36 ribu rupiah   dan sudah termasuk tempat pensilnya lho, bisa di beli di market place seperti Tokopedia, Blibli, Lazada, modern market dan toko tradisional.  Harganya terjangkau ya dan mudah didapat. Apalagi sekarang pembelajaan di marketplace banyak promo ongkir, bisa dimanfaatkan untuk membeli Paket Belajar Online Faber-Castell.


4 Resep Jajanan Viral Selama Pandemi 2020

4 Resep Jajanan Viral Selama Pandemi 2020

Kue kelepon yang viral karena difitnah


Ada yang sudah nyobain odading mang Oleh Bandung? Yang orang Bandung mana suaranya nih hahaha. Odading atau kalau di Jakarta dan Bogor namanya kue bantal, mendadak viral gara-gara diendorse Ade londok. Sebenarnya hal biasa makanan di endorse di intagram, tapi jarang yang sampai viral pun kalau diendorse selegram efeknya ga selalu viral.

Odading Mang Oleh, Rasanya seperti menjadi Iron Man

Kenapa diendorse Ade Londok   jadi viral? Salah satunya mungkin karena gaya endorsenya yang nyeleneh dan kasar, karena diakhir kalimat endorsenya menyetarakan keenakan odading dengan Anj***.  Ini yang agak gimana-gimana ya

Ade londok pun ngehits sampai diangkat jadi duta kuliner sama kang Emil gubenur Jabar. Banyak yang kontra dengan pengangkatan AdeLontok  jadi duta kuliner karena kata-kata kasarnya. Tapi mungkin ini cara kang Emil merubah sedikit gaya endorse  Ade     karena setelah saya stalking ke IG nya, endorsenya ga pake kata Anj*** lagi tapi diganti  ‘rasanya asoy geboy’.

Gara-gara odading mang Oleh timeline IG saya banyak  foto odading, maklum ya berteman dengan orang yang suka  moto dan masak, jadi yang wara-wiri di TL makanan melulu 😀.

Jadi pengen bikin odading juga karena memang anak-anak di rumah suka kue bantal  plus lagi suka praktik bikin-bikin, plus suka motret (jadi bukan sekedar demi konten ya 😁). Sempat bingung mau pake resep yang mana karena banyak versinya, akhirnya diambil yang paling simple menurut saya, berikut resepnya;




Sebelum Odading mang Oleh  viral, ada 3   jajanan lain yang viral yaitu; 

Kelepon, jajanan pasar yang viral karena difitnah

Tahu donk kenapa kelepon, jajanan pasar khas Indonesia ini mendadak viral. Yap karena difitnah orang tidak bertanggung jawab atas nama agama. Dan seteleh ditelusuri (saya sih ga menelusuri langsung tapi baca status beberapa teman yang menelusuri langsung) akun yang mensharenya akun fake, alias no nama, akun baru dibuat dan fotonya nyolong foto orang terus diedit.  Dari namanya pun sudah aneh, Abu Ikhwan, klo beneran orang muslim paham ga mungkin namanya bapak laki-laki :)  

Kelepon yang difitnah 

Ada yang kepancing jadi menjelekkan agama islam dengan kehebohan ini? Banyak. Beberapa orang muslimnya sendiri malah balik nyinyirin soal islam tanpa tabbayun (cek dan ricek) kebenaran berita si kelepon.  Duh keterlaluan ya demi memecah belah kerukunan beragama bikin fitnah seperti ini, dibuat sengaja untuk memanas-manasi situasi. Fiks ga ada akhlak pelakunya. Saya kesel juga karena yang ngeshare berita ini di FB seorang teman blogger yang kadang  teriak-teriak soal berita anti hoax, teriak toleransi, lha giliran kehoaxan yang menyitir agama orang lain di share! Waduh kenapa jadi (kepancing) emosi jiwa begini 👿lupakan…

Kelepon  wari-wiri di time line sampai jadi tema tantangan upload kompakan. Jadi tertantang praktik kue kelepon tapi gagal, gagal segagal gagalnya, ga kemakan  akhirnya nyerah, beli kelepon di tukang kue putu yang suka lewat sore hari lalu cekrek saya foto.

Yang mau resep kue kelepon coba intip nih akun IG masak-masak dan bisnis kue tradisional mba Erna di sini teman yang saya kenal saat Jelajah Gizi Nutrisi untuk Bangsa di Bogor.

Boleh baca Jelajah Gizi Bogor 

Korean Garlic Cheese Bread  viral karena drakor

Dugaan saya karena Drakor si Korean Garlic Cheese Bread jadi viral di Indonesia dan  wara-wiri di timeline. Drama Korea tidak hanya membuat baper penontonnya juga menularkan beragam kuliner Korea pada lidah orang Indonesia, setelah sebelumnya   seperti mie Samyang  jadi jajanan yang familiar.

Korean Garlic Cheese Bread ini rasanya asin dan gurih, cocok dengan lidah orang Indonesia, tidak heran selain viral jadi varian roti yang menjanjikan untuk dijadikan bisnis.

Korean Garlic Cheese Bread merupakan jajanan pinggir jalan Korea tepatnya di stasiun Gangnam, Seoul.

Karena penasaran nyoba bikin dech, hasilnya sesuai ekspektasi, rotinya kurang lembut 🙈, saya memang ga bisa bikin roti dan belum punya mixer buat bikin roti jadi diuleni pake tangan seadanya. Tapi rasanya kejunya sih mantap, oh yak arena di rumah ga ada , diganti cacahan daun seledri.

Untuk basic  rotinya sendiri bisa pake resep roti apa saja sebenarnya, karena khasnya terletak pada cream dan bentuknya yang bulat. Saya memakai resep roti Easy Milk Bread dari resepnya Mba Eliza Setiawan, bisa cek IG nya. 

Kalau mau praktis bisa banget nih roti tawar biasa di kasih cream cheese resep Korean garlic terus dipanggang. 

 



Pangsit Goreng Le Gino

Pangsit goreng  Le Gino yang kiosnya terletak di daerah Cengkareng Jakarta Barat viral sekitar bulan Juni 2020, kabarnya harus antri berjam-jam untuk menikmati seporsi pangsit goreng ini. Kenapa viral? Kabarnya karena rasanya enak (saya sendiri belum nyoba jadi baru katanya hehehe), direview banyak food vlogger dan mungkin karena bisa dibilang resep baru, biasanya pangsit dimasak berkuah atau sebagian campuran bersama mie ayam.

Membuat pangsit goreng Le Gino saya   pake resep improvisasi, pangsitnya saya buat pake resep dimsum ayam, kulitnya juga pake kulit dimsum hanya bentuknya dibuat bentuk pangsit. Resep gorengnya pake resep mie goreng. Resep saya tulis di bagian bawah.


Resep Pangsit Ayam (saya pake resep dimsum ayam)





 
 Resep Pangsit Goreng

Bahan

20 buah pangsit

2 butir  telur

1 genggam tauge

2 ikat sawi

2 sdm kecap

1 sdm bumbu suas tiram kikomen

Daun bawang seledri secukupnya

 

bumbu halus

6 butir bawang merah

4 butir bawang putih

½ sdt merica

1 sdt garam

Cara memasak


Orek telur, sisihkan. Tumis bumbu halus hingga harum, masukkan toge, tumis hingga layu, masukkan pangsit, sawi,kecap, saos tiram dan telur orek,  aduk hingga rata, tambahkan garam dan merica, koreksi rasa. Masukkan daun bawang, aduk sebentar, angkat pangsit. Hidangkan selagi hangat. 


Ada yang mau menambahkan, jajanan viral apalagi selama pandemi 2020 ini?