Tampilkan postingan dengan label being me. Tampilkan semua postingan

Goodbye 2022 Hello 2023

Goodbye 2022 Hello 2023

Harapan 2023 jika diasosiasikan dengan gambar 😊


Alhamdulillah diberi umur memasuki tahun 2023. Alhamdulillah atas nikmat iman dan sehat. Resolusi saya tahun 2023, melanjutkan resolusi tahun sebelumnya, begitu aja tiap tahun heuheu. Di post blog ini saya memang tidak akan menuliskan resolusi 2023. Berusaha agar  2023 lebih baik dari tahun sebelumya dalam segala hal, lebih baik secara kesehatan, keuangan, spiritual, untuk urusan pekerjaan  2023 harus berDUIT; doa, usaha, ikhlas dan tawakal.

Blog

Sedikit recap perbloggeran tahun 2022. Alhamdulillah di penghujung tahun mendapat kabar baik, saya mendapat lomba blog di Kompasiana dengan hadiah (lebih dari) lumayan, rasanya seperti menghapus kesedihan karena kalah di beberapa lomba blog yang saya ikuti tahun 2022. Beberapa lomba blog saya kerjakan dengan penuh totalitas. Iya saya merasa total mengerjakannya tapi apa daya kalah. Harus saya akui pemenang memang tulisannya lebih bagus. 

“Tulisan mba Rina biasa sih, ga ada dramanya,” begitu kira-kira komentar seorang teman yang juga blogger dan bernasib sama, jarang memang lomba blog hahaha. Tapi saya dan teman blogger  ini beda selera soal lomba blog yang diikuti, jadi bisa dibilang kami jarang ikut lomba yang sama.

Iya sih tulisan saya biasa banget, no drama, no pengandaian yang berlebihan. “Tulisan saya juga kalah lomba mba, yang menang tulisannya dramatis,” lanjut teman saya. Lalu kami tertawa bareng, karena ternyata kok penilaian kita sama soal drama.

Bukan ngiri sama pemenang tapi jadi pelajaran bagi kami untuk membuat strategi kalau ingin menang lomba tapi setelah dicoba ternyata saya ga bisa menulis yang dramatis apalagi soal pengalaman hidup, kalau ada hal dramatis tidak mau menuliskannya di blog, bagi saya ga semua hal pribadi terutama menyangkut keluarga/personal ditulis di blog.

Gimana rasanya kalah lomba blog padahal dikerjakan (merasa) dengan totalitas? Sedih dan baper, kadang pake uring-uringan. Untuk meminimalisir kebaperan, biasanya saya hapus  postingannya atau minimal postingan diedit jadi postingan organik, pesan sponsor lombanya dihapus, yang disisakan story tellingnya. 

Ngomongin lomba blog, menurut saya selera juri sedikit banyak berpengaruh. Sepuluh tahun jadi blogger dan selama itu pula saya suka ikut lomba, jadi (merasa) bisa meraba-rabalah, kalau jurinya ini sukanya seperti ini, kalau yang ngadain komunitas blog ini, seperti A  tulisan yang disukai, begitulah kira-kira.  Bisa meraba-raba ‘kemauan dan selera juri’ karena saya biasanya membaca karya-karya pemenang hehehe. Kalau  tahu selera juri harusnya kalau ikut lomba bisa menang donk karena bisa menyesuaikan tulisan dengan selera juri? Tidak semudah itu karena kadang tetap ada idealisme.  

Yah, begitulah curcol seputar lomba blog tahun ini. Kapok ga ikut lomba blog karena sering kalah? Ya kadang kapok, jadi tahun ini mau lebih selektif. Sebenarnya bukan hanya kalah lomba blog, saya pun beberapa kali kalah lombab foto/resep di Instagram.

Tulisan lomba di Kompasiana yang Alhamdulillah menang, menurut saya sih tanpa drama heuheu. Tulisannya bisa di baca di sini

Job dari perbloggeran atau endorse tahun 2022 lalu, Alhamdulillah lebih dari lumayan.

Keluarga

Tahun ini bisa dibilang tahun berat untuk saya dan suami, dengan cobaan yang membuat sesak nafas. Alhamdulillah bisa melaluinya seperti janji Allah swt, dalam kesulitan ada kemudahan.

Tahun 2023, tetap keep fight. Setiap orang, setiap keluarga punya masalah, ujian hidup. Karena ujian hidup yang membuat lebih bijak dan memberi perspektif yang berbeda tentang hidup. Dan kalau dipikir-pikir ujian hidup tidak seberapa dengan banyaknya nikmat yang diberi sang pencipta, nikmat yang kadang tidak kita sadari, seperti nikmat sehat, nikmat bisa makan enak- makan enak tidak harus diasosiakan makanan mahal karena dalam kondisi badan sehat (ga sariawan atau flu) makan bakso kampung seharga 10 ribu semangkuk aja nikmat. Coba kalau lagi sariawan, makan martabak keju aja sakit heheheh. Nikmat iman, nikmat dikelilingi keluarga, nikmat berkedip dsb.

Liburan

Setelah tinggal jauh dari orang tua, ternyata liburan termanis dan  terkesan ya di rumah orang tua, atau ini  karena saya anak rumahan, dari waktu gadis betah di rumah daripada keluyuran hahaha. 

Jadi bisa dibilang saya tidak punya impian liburan yang wah ke LN atau manapun, kalaupun ada impina pengen kesana-kemari,  ga ngebet, terwujud Alhamdulillah, nggak ya ga apa-apa, kecuali liburan plus umroh. Iya pengennya umroh terus lanjut jaan-jalan ke Turki, Yordania atau Al aqso. Aamiin semoga tercapai.

Jadi tahun ini saya cukup puas dengan jalan-jalan di kampung halaman, Cisitu Dago Bandung. Ke Braga, gramedia (karena di Bogor sini gramedia jauh sedangkan dari rumah mamah ke gramedia merdeka deket, jadi kalau ke Bandung anak-anak minta ke Gramedia), Forest walk Babakan Siliwangi, kuliner di Simpang Dago, naik bandros keliling Bandung, ke Alun-alun ya gitulah, Alhamdulillah nggak bosan. 

 

Bagaimana cerita teman-teman di tahun 2022? 

Cerita di Balik Sebuah Foto

Cerita di balik sebuah foto

Tertarik dengan dunia photography  jauh sebelum ada instagram. Sekedar memotret, mengabadikan moment tanpa tahu apa dan bagaimana komposisi yang baik. Standar bagus menurut sendiri. Bagi saya memotret bukan sekedar mengabadikan moment tapi menyimpan cerita yang tersirat di dalamnya, seperti foto yang saya ambil di Bali ini, saat acara kantor di sana. Foto ini diikutsertakan dalam lomba foto yang diadakan kantor, Alhamdulillah menang.  Saya suka banget foto ini karena fotonya ‘berbicara’. Empat tour guide yang menemani kami selama 3 hari jalan-jalan di Bali tengah beristirahat sambil bersolek.

Tour guide 

Atau foto ini, 

Anak sungai Citarik

Kehadiran Pinterest dan Instagram membuat ketertarikan saya pada photography bertambah. Kalau sebelumya saya selalu mencari objek foto humanis dan nature, setelah  kenalan dengan komunitas Upload Kompakan di Instagram saya jadi tertarik dengan food photography dan merasa cocok untuk saya yang lebih banyak menghabiskan waktu di rumah, jadi bisa latihan memotret kapanpun.

Ada ungkapan yang mengatakan, untuk seorang istri, hobi yang baik itu hobi yang didukung suami. Diberi waktu melakukan hobi, didorong untuk ugrade pengetahuan terkait hobi kita  dan dimodalin alatnya hehehe.

Alhamdulillah suami mendukung hobi saya, kalau ada tugas ke luar kota, tanpa diminta oleh-olehnya printilan cakep buat motret makanan. Awalnya kaget waktu pak suami tugas dari Bali bawa nampan kayu, piring kayu, katanya buat moto-moto. Dukungan lain dibelikan kamera Sony tahun 2014. Kamera yang masih saya gunakan hingga sekarang namun karena usia dan beberapa kali jatuh, perfomnya sudah menurun, kualitas foto kurang baik dan ada blind spot di salah satu area kamera.

Apa yang ada dibenak teman-teman saat melihat foto sepiring rendang? Lapar, enak, makanan khas Indonesia  dan  tanah minang dengan kulinernya yang kaya aroma dan rasa rempah.

Rendang

Saat memotret street food, bukan hanya makanannya yang ingin disampaikan tapi sisi humanis pedagangnya dan cerita dibalik makanannya.


Soto mie Bogor 


Sebuah foto makanan bisa mempresentasikan banyak hal di dalamnya, ada akulturasi  budaya, sejarah, ekonomi bahkan politik.  

Pecah telor di Microstock

Ini adalah foto yang sudah tiga kali di download di microstock. 

Sambal

Sejujurnya saya kaget foto ini laku, dari puluhan photo saya post di   microstock, ini bukan foto yang saya unggulkan. Sejujurnya malah saya  kurang sreg dengan foto ini, komposisi warnanya kurang enak dilihat menurut saya. Tapi kadang sebuah narasi tidak membutuhkan foto dengan komposisi warna atau stylish yang sempurna tapi hanya foto sebagai pemanis yang mengantar narasi menjadi hidup dan tersampaikan pada pembaca. Atau itu hanya soal selera? Oh ya foto sambal itu di foto di teras rumah, hanya mengandalkan cahaya ilahi alias cahaya matahari.

Foto lain yang terjual adalah ini:

Baso

Sambal dan bakso, makanan yang khas Indonesia banget tapi ternyata yang mendownloadnya dari luar negeri. 


Men behind the Gear

Tiga tahun lalu saya terobsesi memiliki kamera Canon, seiring waktu obsesi itu menguap, karena desakan kebutuhan yang lebih penting heheh. Iya seiring usia anak kebutuhannya juga bertambah. Saya bukan tipe mama yang terobsesi mengeleskan anak-anak  macam-macam keterampilan, godaan itu sih ada (ya orang tua mana yang tidak mau anaknya serba bisa ya) tapi  makin ke sini makin paham,  dan bisa memilih mana yang jadi obsesi Mamanya mana yang murni keinginan anak. Yowes, dukungan minat anak aja dan ternyata membutuhkan biaya yang lumayan.

Jadi keinginan-keinginan pribadi yang sifatnya tidak urgent, saya letakkan diurutan terbawah. Berusaha  memaksimalkan yang ada. Apalagi setelah ikut salah satu kelas food photography dan suhunya bilang, foto yang baik dan bagus tidak hanya ditentukan gearnya tapi men behind the gear.

Studio odong-odong


Yap, kebayang sih kalau misal saya motret makanan dengan kamera seharga 30 juta, objek yang sama dipotret suhu food photography mba Silva misalnya,  dengan kamera smartphone, hasilnya pasti lebih bagus hasil motret mba Silva, karena dia sudah tahu  bagaimana mengkomposisikan cahaya agar hasil motret bagus, terlihat ‘hidup’ dan bercerita.  Jadi mending maksimalkan pendukung yang ada sambil belajar agar naik kelas.

Motret dengan kamera smartphone bisa  keren

Akhir-akhir ini saya lebih banyak menggunakan kamera smartphone untuk memotret daripada kamera pro  karena kamera pro saya kualitasnya sudah kurang baik karena faktor usia (usia kamera saya sudah 7 tahun) dan ada blind spotnya. Ternyata memotret dengan kamera smartphone bisa keren selain itu terasa praktis dan ringkas, terlebih jika digunakan di luar ruangan (outdoor), banyak moment yang bisa ditangkap secara spontan.

Beberapa kelebihan memotret dengan kamera smartphone yang saya rasakan; 

Praktis dan ringkas, karena ukurannya kecil dan bisa memotret dengan menu otomatis yang menyesuaikan dengan banyak sedikitnya cahaya. 

Mobile. Karena smartphone adalah barang yang selalu dibawa kemana-mana, memungkinkan kamera smartphone bisa digunakan kapan saja, menangkap moment secara spontan. 

Bisa langsung di share ke media sosial. Untuk para blogger dan beginner food photographer media sosial adalah tempat mempromosikan karya, memotret dengan handphone bisa langsung di share ke media sosial. 

Kualitas foto dengan kamera smartphone bagus. 

Hasil motret dengan kamera smartphone bisa untuk microstock?

Hasil memotret dengan handphone bisa lolos di microstok? Bisa banget. Beberapa foto makanan saya yang mejeng di microstok hasil memotret dengan kamera handphone. 

Mengungah foto ke microstock akan melalui tahap review. 

Review microstock


Rihlah Majelis Talim Tarbiyatun Nissa (MT Tarbiyatun Nissa)

Rihlah Majelis Talim Tarbiyatun Nissa (MT Tarbiyatun Nissa)

Alhamdulillah akhirnya talim  offline sudah mulai rutin seiring mulai aktifnya sekolah anak-anak. Majelis talim yang saya ikuti ini majelis talim khusus ibu-ibu yang diadakan di masjid sekolah anak-anak, diinisiasi oleh para wali murid dan didukung pihak sekolah dengan menyediakan tempat (masjid). Selama  pandemi tetap diadakan kajian tapi secara  online  dan  tidak rutin seminggu  sekali.



Sekolah anak-anak berada di bawah yayayan pendidikan Muhamadiyyah dengan jenjang pendidikan dari TK sampai SMA. Kalau dihitung-hitung sudah sekitar 6 tahun ikut talim ini rutin seminggu sekali, sedangkan kelas tahsinnya baru sekitar 3 tahun  seminggu 2 kali dan masih merasa belum ‘bener’ aja baca qurannya heuheu. Tapi Alhamdulillah ga bosan ikut kelas tahsin, masih ada salah  kalau baca. Sayangnya ustadz yang mengajar tahsin sakit jadi kelp as tahsin belum dibuka lagi secara offline.

Talim rutin seminggu sekali ini diisi ustadz/ustazah berbeda setiap minggu dengan tema talim juga berbeda, ada tema fiqih wanita dan keluarga, tauhid, sunnah.

Setiap tahun majelis talim  ini mengadakan 2 acara besar yaitu rihlah atau jalan-jalan (healing kalau bahasa anak sekarang)  dan tablig akbar plus santunan yatim yang diramaikan dengan bazar. Tablig akbar biasanya mengundang ustadz yang kondang, sedangkan pengisi bazaar diutamakan dari walmur anak-anak sekolah di sini atau ibu-ibu yang rutin mengaji. Khusus tahun ini santunan anak yatim diprioritaskan pada anak-anak yang sekolah di sini karena saat pandemi kemarin, beberapa siswa kehilangan salah satu orangtuanya bahkan ada yang dua-duanya. Sedih banget kalau ingat ini.

Sebenarnya majelis talim ini terbuka untuk umum (khusus perempuan) dan banyak bu-ibu yang masih tetap ikut taklim rutin ini walaupun anaknya sudah lulus atau tidak lagi sekolah di sini.

Perdana ikut Rihlah

Alhamdulillah tahun ini perdana saya ikut rihlah karena waktunya cocok, anak-anak sudah bisa ditinggal. Eit, rihlahnya ga menginap ya pergi pagi pulang sekitar margrib dan diadakan hari biasa, bukan weekend, karena ini acaranya bu-ibu bukan acara keluarga. Jadi sementara anak-anak sekolah kami melipir sebentar, yang jemput anak-anak Bapaknya hehehe.

Rihah kali ini ke Mesjid Agung Banten dan Pantai Anyer. Rihlah ini  sifatnya tidak ada paksaan dan di majelis talim ini tidak ada sistem anggota, siapa aja boleh ikut talim, mau rutin atau sesekali, boleh. Tidak ada seragam khusus, kecuali untuk tim pengurus talim. Pengurus talim ini beberapa ibu yang membuat jadwal siapa yang mengisi talim, yang menghubungi ustadz/ustadahnya dsb. Saya bukan tim pengurus hehehe.

Jadi jangan bayangkan gabung dengan pengajian bu-ibu di sekolah itu harus seragam, ikut jalan-jalan ya. Semua tergantung niat, mau gabung pengajian dan jadi tim sosialita atau fokus cari ilmu.

Karena masih dalam suasana pandemi, yang ikut rihlah dibatasi hanya 30 orang, jadi sistemnya siapa yang cepat daftar bisa ikut.

Mesjid Agung Banten dan pantai Anyer

Kumpul dan berangkat dari sekolah jam 6.30, kami langsung menuju masjid Agung Banten. Perjalanan memakan waktu sekitar 3 jam. Sampai di masjid Agung Banten kami tidak masuk ke mesjidnya karena masjid hanya dibuka saat jam sholat lima waktu, saya tidak tahu apa itu aturan baru atau aturan hari biasa karena sekitar 4 tahun   lalu saya sekeluarga ke sini bisa bebas masuk ke masjid untuk sholat.



Kondisi masjid Agung Banten jauh berbeda dengan kondisi saat pertama saya sekeluarga ke sini sekarang teras mesjidnya luas dan berkeramik.

Karena tidak bisa sholat duha di dalam masjid, kami sholat di semacam bale-bale di samping masjid.

Lanjut ke pantai Anyer, kami menyewa vila setengah hari plus pesan makan siang ala prasmanan.



Setelah  isoma lanjut seseruan lomba. Karena ini kali pertama saya ikut rihlan di MT Tarbiyatun Nissa jadi baru tahu kalau ada acara permainan-permaian seperti ini. Seru dan hiburan banget.  Ada lomba bakiak, memasukkan sedotan ke botol dan permainan benar salah. Semua peserta dapat hadiah. Ada juga hadiah untuk ibu yang paling rajin ikut talim rutin mingguan.

Tak lupa beli oleh-oleh khas Pantai Anyer berupa ikan asin, emping dan pete. Banyak ibu-ibu yang menjajakan oleh-oleh ini di pantai-pantai dan vila (jika diijinkan masuk). Saya tidak beli pete karena belinya harus seruntui, isinya sepuluh sampai lima belas petai.

 

 

Bahagia, Kita yang Tentukan

Bahagia, Kita yang Tentukan

Assalamualaikum

Beberapa waktu lalu kita dikejutkan dengan berita seorang ibu di Brebes, melakukan kekerasan hingga menewaskan anaknya. Shock, ngilu,  dan miris , campuran perasaan yang pastinya dirasakan banyak ibu lain, selain pertanyaan yang bergumal dalam hati, kok bisa? Kok tega? Hal yang rasanya tidak mungkin tapi jika seorang Ibu  kehilangan kesadaran akibat depresi berat bisa terjadi.

Menurut sebuah riset Ibu rumah tangga rentan terhadap depresi (kasus Ibu di Brebes bukan pertama kali terjadi, tahun     seorang Ibu di Bandung melakukan hal yang sama), menurut profesor konseling kesehatan mental Melinda Paige, Ph.D Argosy University Atlanta, karena perasaan terisolasi, kurang interaksi sosial, terlalu banyak menghabiskan waktu di rumah, kehilangan identitas dan tujuan hidup. 

Terlalu fokus mengerjakan pekerjaan rumah hingga abai pada diri sendiri, ditambah jika ada masalah dalam keluarga tidak punya tempat berbagi untuk mencari solusi malah disudutkan-disalahkan.  

Melakukan hobi, mencari celah cuan salah satu yang membuat saya bahagia 


Kejadian ibu di Brebes membuat saya teringat bagaimana sebuah masalah bisa begitu membuat fisik dan mental sakit, rasa putus asa,  bingung, sakit kepala hebat, jantung berdebar tak karuan, ingin meluapkan kemarahan tapi ga bisa,  mau nangis tapi ya ga bisa juga karena tidak sedih, serba salah dan putus asa.

Memendam masalah membuat fisik dan mental sakit

Saya pernah di posisi itu bertahun lalu. Sakit kepala berhari-hari, dada sesak nahan marah, mau membicarakan sama suami, tidak enak hati, bercerita pada orangtua tidak berani karena pasti akan menjadi beban pikiran mereka, cerita kepada teman? Belum tentu paham situasi yang saya hadapi, takut dihakimi. Saya tidak bisa membicarakan masalahnya secara detail di sini karena menyangkut privasi keluarga, tapi ada teman yang pernah saya curhati jadi kalau membaca tulisan ini paham.

Satu hari, dua hari, seminggu, sebulan saya masih tahan walaupun kepala makin sakit  hingga demam. Saya harus melakukan sesuatu, pikir saya waktu itu. Saya mau dan harus tetap waras. Saya memikirkan anak-anak. Saya tidak mau hidup saya berakhir menyedihkan, saya tidak mau kalah, saya  harus memuntahkan segala sumpah serapah atas kemarahan dan kekesalan yang selama ini berkecamuk dalam pikiran.

Akhirnya saya menelpon adik perempuan,  menumpahkan uneg-uneg plus sumpah serapah. Adik saya diam tidak menyela, dia paham Kakaknya butuh  kuping.

Diakhir percakapan adik saya hanya bilang,”Sabar Teh, ya gimana lagi, kita hidup di dunia bukan di surga, pasti ada masalah. Saya juga ada masalah, bedanya teteh A, saya B.”

Menelpon Adik memang tidak menyelesaikan masalah tapi rasanya plong telah meluapkan semua yang selama ini mengganjal terlebih  setelah, adik saya WA, menanyakan kabar dan menyarankan membicarakan pada suami. Saya menuruti saran Adik,  mengutarakan pada suami, dia mengerti yang saya rasakan, hati saya bertambah lega walaupun masalah belum ada solusi.

Beruntung saya menemukan orang yang bisa diajak bicara dan mau mendengarkan tanpa menghakimi, hingga tidak kehilangan kontrol. Oh ya jika ada yang bertanya apa selama itu saya tidak berdoa? Tentu saja saya berdoa, Alhamdulillah sholat tidak pernah kelewat tapi tetap rasanya berat sebelum membicarakan masalah sama seseorang. Kadang tenang untuk beberapa hari, minggu berikutnya mumet lagi. Apa sekarang masalah yang saya hadapi selesai? Tidak 100% selesai, selain masalah hidup lain di luar masalah itu.

Bisa dibayangkan seorang Ibu yang menahan beban berat selama bertahun-tahun. Beban yang kemudian membuatnya sakit kepala hebat, dada berdebar, putus asa, bingung, merasa bersalah dan tidak berguna, mudah marah sama anak lalu meledak menjadi depresi berat yang membuat kehilangan kesadaran.

Berhenti menjadi sosok  sempurna

Saya percaya, setiap orang punya cara melampiaskan perasaannya, entah dengan ngomel, menangis, mengeluarkan sumpah serapah, melawan secara prontal alias berantem, curhat dengan orang terpercaya atau curhat di medsos (ini memang ga bagus ya, tapi jika ada teman yang seperti itu, maklumi saja mungkin itu caranya untuk menjadi lega dan waras).

Saya bukan tipe perempuan yang  jika dizalimi/disakiti  menangis sedih dipojokan dengan nelangsa, sebaliknya saya tipe yang merasa harus melawan, harus meluapkan emosi, kalau perlu berantem berantem deh karena dengan cara itu rasanya jadi plong.

Iya tapi kan jadi ibu itu harus sabar dan ikhlas, jadi istri harus manut suami, anggap mertua seperti ibu sendiri. Dalam dunia nyata tidak semudah itu Fergusso! Jadi ada kalanya harus berhenti jadi sosok sempurna. Ungkapkan perasaan dan uneg-uneg  dengan cara yang membuat kita lega,  jangan terlalu banyak mikir tidak enak hati, karena itu yang menyebabkan memendam masalah dan bisa meledak sewaktu-waktu menjadi depresi berat.

Berhenti membuat keadaan rumah rapih sempurna. Jangan merasa bersalah jika lebih sering beli masakan daripada masak sendiri. 

Tetap bahagia walaupun saat memiliki masalah

Masalah/cobaan akan selalu beriringan dengan hidup

Saya teringat tausiyah seorang ustad saat mengikuti majlis talim, setiap orang diberi cobaan, ada  yang bermasalah dengan keuangan (ekonomi), ada yang diberi masalah kesehatan (sakit), ada yang dicoba dengan anak, ada yang diberi cobaan dengan mertua, ada yang diberi cobaan dengan suami/istri, Nabi saja, orang yang dimuliakan Allah swt diberi cobaan. Tinggal bagaimana kita bisa survive menghadapinya, ikhlas dan sabar.

Akh, tentu tidak mudah menjadi sabar dan ikhlas, sangat tidak mudah, saya merasakannya. Sampai sekarang pun saya belum bisa sabar terhadap masalah yang membuat sakit kepala hebat itu. Tapi life must go on…

Kalau akhirnya saya masih bisa tertawa, bahagia,  semangat menjalani hidup dan membersamai anak-anak karena saya menemukan acara untuk menghadapinya. Yap bukan solusi, karena solusi masalah biasanya bukan hal instan, kadang solusinya waktu itu sendiri.

Lima hal berikut yang membuat saya bahagia walaupun menghadapi cobaan hidup

Memiliki orang terpercaya untuk bercerita

Saya tidak bisa memendam masalah sendiri, seorang teman/saudara yang dicurhati mungkin tidak memberi solusi tapi dengan didengarkan tanpa menghakimi membuat saya merasa berharga dan  tidak  sendiri. Oh ya saya tidak curhat pada sembarang saudara atau teman tapi yang memang bisa dipercaya dan hanya teman perempuan

Hempaskan rasa ‘tidak enak hati’

Tidak enak hati kalau menolak, tidak enak hati kalau tidak membantu, tidak enak hati kalau melawan dst. Bertahun-tahun tindakan atau keputusan saya dibebani kata ‘tidak enak hati’ sampai akhirnya memilih kata ‘bodo amat', tidak semua hal tentunya tapi yang berhubungan dengan kesehatan jiwa raga. Karena yang tahu seberapa kuat bisa menghadapi masalah, saya. Yang tahu kapan saya mulai merasa ga kuat, saya. 

Kadang egois itu perlu

Bagi saya me time dan self reward itu perlu. Self reward atau menghadiahi diri sendiri membuat saya bahagia karena kebutuhan/keinginan pribadi terpenuhi. Tak perlu yang mahal, membeli buku, printilan dapur murah, jajan enak, sudah cukup. 

Hah me time tiga hari  ke Bandung sendiri? Tega banget  ninggalin anak-anak dan suami. Pertama karena anak saya udah bisa mandiri. Kedua, saya perlu dan butuh waktu meluangkan waktu dengan orang tua. Ketiga, cara itu ternyata efektif membuat saya bahagia, rasanya seperti habis di charge.

Membuat diri aktif dan produktif

Ibu rumah tangga sudah biasa aktif di rumah, mengerjakan pekerjaan rumah yang tidak ada habisnya tapi ini salah satu penyebab ibu rumah tangga depresi.

Aktif mengembangkan kemampuan diri bisa jadi imun dan merasa diri berharga. Kemampuan diri, hobi, atau melakukan sesuatu yang disukai berbeda-beda untuk setiap orang, saya memilih menjadi blogger karena suka menulis, aktif membuat konten di media sosial awalnya karena tuntunan blog seiring waktu jadi suka. Tahun 2017 memulai wirausaha karena hobi dan  suka cuan heuheu. 

Bergabung dikomunitas yang kita sukai bisa jadi cara mengembangkan kemampuan diri. 

Uang memang tidak bisa membeli kebahagian, tapi pada banyak hal perlu uang  untuk  membahagiakan orang-orang yang kita sayangi.

Sebagai seorang muslim, saya berusaha selalu ingat dan percaya    kandungan surat Al-Insyirah Ayat 5-6 :

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

Menumbuhkan punggung dan hati yang kuat

Life must go on... 


Beberapa anak beruntung karena karena dibesarkan dari keluarga yang utuh dan memiliki rejeki lebih. Sisanya lebih beruntung lagi karena diberi hati dan tulang yang kuat untuk berjuang dan berusaha sendiri.

Saya termasuk anak yang beruntung dibesarkan untuk memiliki punggung dan hati yang kuat. Kalau saya tengah merenung dan sedikit berimajinasi, andai ada mesin waktu, masa yang saya pilih untuk dikunjungi adalah masa kecil. Masa kecil saya sempurna, ditengah drama uang sekolah nunggak, makan dadar dari satu butir telur dibagi 2, harus puas dengan impian sekolah sampai smk lalu kerja (tanpa diduga bahkan tidak ada dalam bayangan ibu saya, anak-anaknya bisa kuliah), beli pakaian baru setahun sekali (lebaran) sisanya nunggu lungsuran saudara. Yap secara ekonomi kami kekurangan tapi semangat juang dan kasih sayang Ibu yang membuat kami mengecap masa kecil dengan bahagia. Dan sepertinya ini yang membuat kami tumbuh memiliki punggung dan hati kuat untuk berjuang dan survive menghadapi masalah.

Pengasuhan masa  kecil  ternyata berpengaruh cukup besar. Ini jadi pelajaran untuk saya bagaimana membuat masa kecil anak-anak bahagia dengan kasih sayang tanpa memanjakan mereka sebagaimana ibu saya membesarkan kami.

Semangat menentukan bahagia Teman. Ibu bahagia, insyaallah keluarga bahagia, anak-anak sehat lahir batin.




Pentingnya ‘Mengosongkan Gelas’ saat Belajar

Assalamualaikum teman- teman, apa kabar nih? Masa pandemi membuat orang banyak menghabiskan waktu di rumah walaupun yang bekerja sudah kembali work from office, selebihnya saat weekend tetap ya lebih banyak di rumah.  Kalau jalan-jalan atau ngemall pasti waktunya dibatasi (seperlunya), yang biasanya pulang kantor kongkow, sekarang hanya sesekali atau mungkin belum berani.

Yap, keadaan saat ini  tidak pernah sama lagi.
Karena lebih banyak di rumah, banyak orang mulai mengisinya dengan mempelajari hal baru, saya yakin teman-teman termasuk salah satunya. Yang biasanya jarang masak jadi rajin masak, yang biasanya nanem-nanem ala kadarnya mulai ngeborong tanaman - ngisi waktu dengan berkebun, ada yang belajar gambar, desain, baking, musik, pokoknya apapun. Dari yang awalnya sekedar mengusir kebosanan jadi serius.

Termasuk saya yang selama pandemi ini ngisi waktu dengan belajar food photography dan lebih rajin ngebon, boleh intip kebun saya di sini, mulai jualan online tanaman sekitar tahun 2017, Alhamdulillah berlahan tapi pasti mengalami kemajuan.

New Normal ala Saya

Assalamualaikum Teman, 

Yang menggoda dari  new normal ini bukan pengen ngemall atau jalan-jalan tapi pengen pulkam. Dan sepertinya hal ini bukan hanya dirasakan saya, tapi banyak orang.  Dari obrolan beberapa grup WA, ada beberapa teman yang sudah pulkam, ada yang ke Bandung, Sukabumi bahkan Jawa Tengah.

“Udah nggak ada pemeriksaan, ga perlu surat bebas covid,” jelas teman, seperti menyemangati saya untuk mudik. Tapi saya masih nahan diri, pertama masih khawatir apalagi kedua orang tua sudah lansia, nenek saya sudah usia 80 lebih. Khawatir secara tidak langsung kami membawa virus untuk mereka, atau sebaliknya, kami membawa virus dari sana, padahal anak kedua saya punya asma. 

Satu lagi yang memberatkan saya pulkam, ada aturan di kantor suami untuk melarang karyawan ke luar kota, kalau urgent  harus laporan. Dan jika di kantor ada yang positif kantor akan tutup .

Duh tanpa ada yang positif aja, perusahaan tempat suami kerja sudah terimbas, jangan sampai deh di kantornya ada yang positif.

Sebagian orang beranggapan new normal ya menjalani kehidupan seperti biasa hanya pake masker (face  shield) dan bawa hand sanitizer. Tapi menurut saya anggapan ini kurang tepat mengingat jumlah yang positif masih meningkat  tajam.

Sebagian orang beranggapan, biasa saja. Biasanya orang-orang santuy ini dan merasa covid-19 hanya ada di ‘kota’ yang kampungnya aman, tidak ada teman dan tetangga yang kena jadi merasa semua baik-baik saja. Ini yang saya rasakan di kampung tempat saya tinggal, di pinggiran kota. Saking santuynya, orang pake masker diledekin. Untungnya anak-anak woles, efek 3.5 bulan di rumah aja dan corona jadi obrolan keseharian, mereka woles kalau diledek teman atau tetangga (dewasa) karena kalau main maskeran. Oh ya sudah 3 minggu ini anak –anak diperbolehkan main sepeda dan layangan sama teman-temannya (anak tetangga) tapi pake masker. Karena main sepeda dan layangan  otomatis jaga jarak.

Cara Saya Menyikapi New Normal

Melakukan protokol kesehatan, maskeran kalau ke luar rumah dan bawa hand sanitizer. Belanjaan langsung dicuci-cuci sebelum masuk kulkas dan tempat penyimpanan bahan makanan kering.

Masih manut sama nasehat, kalau tidak penting tidak kemana-mana. Jadi selama new normal ini masih belum pernah ke mall atau toko besar favorit seperti gramedia dan toko perabot , aslinya udah kangen pengen cuci mata ke sana hahaha.

Tetap produktif, ga kemana-mana bukan berarti ga produktif donk apalagi jaman internet seperti sekarang. Alhamdulillah masa pandemi ini orang jadi suka tanaman, jualan online tanaman saya kecipratan rejeki ini. Boleh intip-intipnya instagramnya anggrek.hias 


Mini monstera koleksi anggrek.hias 


Mengusir kebosanan dengan mencoba hal baru. Bosan banget di rumah, kalau mau jujur saya stress. Kalau udah stress sampai ubun-ubun pengennya lari pulkam ke rumah ibu. Penyebab stressnya terlalu pribadi untuk dibahas hehehe. Yang pasti every family has own battle terlebih di masa pandemi seperti ini.  Salah satu stress release saya menyibukkan diri dengan tanaman dan moto-moto makanan. Lumayan efektif karena jadi sibuk dan capek.

Kelonggaran yang saya dan keluarga lakukan saat new normal ini, ke pasar, kalau biasanya hanya ke warung sayur kini seminggu sekali ke pasar dan toko bahan kue. Anak-anak boleh main sepedaan sama temannya.




Kebiasaan yang sudah jadi keseharian, mencuci barang belanjaan termasuk saat anak-anak jajan. Lucunya mereka jajan eskrim terus dicuci, es krimnya jadi cair lalu mereka masukin ke kulkas beberapa jam baru dimakan.

Bagaimana nih cara teman – teman menyikapi new normal? Yuk dishare



Belajar Hal Baru di Usia 40

Belajar memasak belajar menjahit berkebun

Alhamdulillah wa syukurillah, masih diberi kesehatan, kenikmatan iman dan islam di usia yang tidak bisa dibilang muda, 40 +. “Hah 40 lebih? Kok ga keliatan?” Dikeplak pembaca hahaha.


Belajar-menjahit
Belajar menjahit




Btw, usia boleh 40 +ya tapi semangat belajar kok malah naik. Sebenarnya keinginan belajar ini itu timbul saat usia 35 an.

Walaupun kini yang dipelajari lebih banyak tips dan trik menghadapi masalah dalam kehidupan, biar tetap strong, happy dan produktif hahaha. Belajar masak, belajar jahit, belajar motret, berkebun. Biar tetap waras di tengah tumpukan cucian, dampingin anak – anak belajar, dan pengen tetap eksis di dunia perbloggeran.

Tutorial Hijab Pashmina Etnik

Sudah beberapa tahun terakhir ini saya suka memakai hijab pashmina untuk acara keluar rumah yang perlu tampil rapih. Ga ribet? Dulu ngeliat orang pake hijab pashmina suka merasa ribet setelah dilakukan biasa aja ternyata. 

Hijab pashmina

Bisa karena biasa.  Simple karena biasa. Jadi kalau denger orang bilang, apa ga ribet ya pake kerudung gitu, model bergo kan praktis. Ya nggak ribetlah karena udah biasa.  Apalagi kalau pashminanya dari katun 100%, asli adem, nyaman dan ga ribet, ga ada drama hijab mencong kesana kemari.

Tema Blog yang Disukai

Kalau ditanya tema blog apa yang saya suka (suka baca dan  suka nulisnya)? Tulisan/Blog   tema yang dekat dengan keseharian diantaranya;

1.     Parenting. Tapi soal parenting lebih pada menuliskan pengalaman tumbuh kembang anak – anak sekalian sebagai catatan kenang – kenangan tentang mereka.  Kalau berupa artikel biasanya berdasarkan narasumber di acara blogger atau wawancara dengan narasumber – ini waktu jamannya jadi kontributor majalah Ayahbunda.

    Awal – awal kembali ngeblog yaitu setelah punya anak hampir semua isi blog temanya parenting. Ehm mungkin efek antusiasme jadi Ibu baru. Tapi karena tema ini, tulisan saya akhirnya bisa mejeng di media cetak dan jadi kontributor majalah AyahBunda lho. Bagi saya pengalaman jadi kontributor majalah cetak itu luar biasa karena sempat bercita – cita jadi wartawan tapi pas umptn milih jurusan MIPA. Akhirnya ngerasain deh jadi wartawan ala – ala hahaha. 
      
      Boleh baca Tulisan di Media 

      Website parenting yang suka saya baca Urban Mama, Ayah Bunda dan Mom Daily.

2.       Review buku
Pengennya sih membuat semua resensi dari buku yang pernah saya baca terutama buku yang bagus menurut saya, rekomended book istilahnya. Sempat juga membuat blog khusus resensi buku sekaligus mengarsipkan resensi buku saya yang pernah dimuat di media cetak  tapi saya kurang konsisten mengisinya, alasan klasiknya tidak ada waktu hehehe. Sebenarnya bukan tidak ada waktu tapi susah sekali mengurangi jam tidur malam untuk dipakai menulis (bilang aja malas hehehe).  Tapi sekarang mulai lagi rajin menulis resensi tapi di blog ini biar sering update blog hehehe.

Blog buku yang sudah lama vakum www.momsbooksclub.blogspot.com

Blog resensi buku yang suka saya baca dari teman - teman komunitas Blogger Buku Indonesia karena up to date, dan mereka militan kalau ngmomongin buku hahaha. 

3.      Home living dan DIY . Terinspirasi dari instagram, suka sama foto rumah – rumah cantik. Suka tapi bukan berarti pengen isi rumah ini itu mirip di instagram ya hahaha, walaupun pengen ya disesuaikan dengan keadaaan dan kantung. Jangan sampailah gara – gara media sosial gaya hidup jadi maksain apalagi sampai berhutang (naudzubillah).  Inspirasinya jadi pengen punya rumah rapih dan resik yang disesuaikan dengan keadaan. Dengan modal seadanya dan memanfaatkan yang ada, dikerjakan sendiri – DIY – agar rumah rapih.
      Boleh intip - intip postingan dengan label Home Living di sini 

      Kalau untuk DIY saya suka blognya mba Lusi Tris https://www.beyourselfwoman.com/
      Blog Home Living belum nemu yang asik. 

4.    Resep Masakan. Efek suka lihat – lihat foto makanan yang cantik di IG kok jadi pengen bisa motret makanan dengan bagus juga. Mencoba membuat blog khusus resep yang mengarsipkan foto makanan hasil jepretan saya. Blog resep di www.semangkukrasakitchen.wordpress.comRekomendasi resep dan food photography favorit saya kebanyakan instagramer. Pernah saya tuliskan di Akun - Akun IG dengan foto keren.

belajar motret 
  
5.  Beragam tips dan trik yang bermanfaat dalam keseharian. 

6. Jalan – jalan. Bisa dibilang kami belum pernah family traveling ke luar Jabar hehehe.pengen sih pengen tapi banyak pertimbangan terutama soal waktu. Jadi family traveling kami sekitaran Bandung, Purwakarta, Banten, Bogor, Subang, Lembang. Untuk travaling saya paling suka wisata alam.

Blog traveling yang suka saya kepoin salah satunyanya blog mba Katerina dan Mba Nunung Yuni.





Alasan yang Membuat Tetap Ngeblog

Kenapa nulis blog? Ehm tujuan awalnya latihan nulis karena sempat bercita – cita jadi penulis hahaha. Efek suka baca buku terutama fiksinya Enid Blyton dan Laura Inggals Wilder waktu kecil, menginjak remaja suka Agatha Christie dan majalah gadis, masuk bangku kuliah selain kenal fiksi yang nyastra juga suka buku pemikiran –pemikiran. Ternyata jadi penulis itu ga gampang (lha iyalah), tulisan sering ditolak di media massa (waktu  itu media massa cetak sangat seksi) bikin hati menciut. Sekali dua kali dimuat ga jaminan sering dimuat.

Ditolak media massa (cetak), upload di blog
Jadi daripada tulisan numpuk di file komputer, mulailah upload diblog. Mulai ngeblog akhir masa kuliah, sempat vakum begitu masuk dunia kerja dan baru mulai ngeblog lagi setelah punya anak.



Peran baru sebagai istri dan mamah muda dengan banyak hal  tak terduga  hal baru membuat saya  merasa harus menuliskannya. Ini sepertinya banyak juga dialami banyak blogger, tahun – tahun pertama menikah dan punya anak, tulisannya ga jauh – jauh dari parenting, merasa banyak hal baru yang perlu dan belum ditulis padahal mah udah banyak yang nulis hal serupa hehehe

Dari blog ke media massa cetak 
Mulai tergelitik lagi nulis untuk media massa. Kalau dulu segmennya umum dan fiksi   sekarang parenting. Coba – coba kirim tulisan ke beberapa majalah parenting yang biasa dibaca diantaranya Ayahbuda dan Parenting Indonesia. Setelah ditolak berkali – kali akhirnya nyangkut dan lamaran jadi kontributor lepas diterima.

[Home Living] DIY Membuat Gorden Kolong Dapur

Home Decoration

DIY_gorden_kolong_dapur

Home decoration. Walaupun bisa dibilang ga hobi masak tapi tetap masak ya karena kebutuhan hahaha. Tapi impiannya punya dapur kece. Tapi ya tapi, survey ke beberapa jasa pasang kitchen set ternyata harganya mihil sampai belasan jeti (tergantung ukuran dapur). Harus nabung. Tapi sebagai irt dengan penghasilan tambahan yang receh dibanding penghasilan suami, nabung buat punya kitchen set tanpa bantuan beliau ya susah hahaha. Ya, Pak Suami belum tergerak beliin istrinya kitchen set karena katanya uang segitu mending buat nabung, mending buat modal usaha, mending buat jalan – jalan, mending…trus piye dapurnya?

“Ya, segitu juga udah cukup rapih kan?”
Ya, ya daripada dongkol apalagi ribut gara – gara istrinya banyak nuntut hahaha lebih baik kreatif sedikit biar dapur tetap rapih dan bersih.


Tapi kan pake gorden dapur itu berdebu, serangga bisa beranak pinak, belum lagi ada tikus dsb. 

Ada tipsnya nih  walaupun menggunakan gorden dapur tetap bersih bebas serangga dan tikus.

Belajar Pengasuhan dari Pengalaman Masa Kecil

Assalamualaikum teman,

Postingan  curcol masa kecil, sesuai post tematik KEB minggu ini. Saya paling senang kalau mengingat – ngingat masa kecil, kadang berkhayal kalau ada mesin waktu yang bisa membawa kita beberapa saat ke suatu masa, saya akan memilih masa kecil.


Beberapa tahun kemudian lahir adik ke 4

Kejutan Ulang Tahun Mama

2 Februari lalu usia saya bertambah.  Ceritanya dapat kejuatan ulang tahun dari anak – anak. Sebenarnya tidak terlalu terkejut karena dari beberapa hari sebelumnya si sulung sudah bisik - bisik mencurigakan dengan adik dan Abinya dan diakhiri dengan kalimat,”Mama jangan dikasih tahu, rahasia.” Sebelumnya bertanya,”Tanggal 2 Februari hari apa, Ma?”

Boleh baca Usia 40

Hal - hal yang dirindukan mantan Ibu bekerja dan cara kami mengatasinya

Tulisan hasil curcol dengan beberapa mantan Ibu bekerja (bukan teman sekantor). Sebenarnya ga sengaja kita ngobrolin hal – hal yang dirindukan saat kami masih bekerja, berawal dari curcol aktivitas yang kami lakukan setelah resign eh kok nyambung ke masa masih kerja.
Tapi walaupun  merindukan beberapa hal saat masih ngantor, kami juga sama – sama tidak mau kalau diminta ngantor lagi mungkin ini efek sudah menemukan comport zone yaitu rumah hahaha. Mama – mama mantan Ibu bekerja mana nih  suaranya? Sama kan? *iyahin aja*

Ini lho yang kami rindukan dari masa bekerja dan cara kami mengatasinya

Karena merindukan memiliki penghasilan sendiri, jadi lebih kreatif
Kayaknya ini yang paling dirindukan, tiap bulan punya penghasilan tetap yang lumayan hehehe. Terlebih jika keuangan dalam keluarga menganut sistem, uang istri untuk istri, uang suami untuk suami dan istri. Saya tidak 100% begitu, karena kebutuhan lumayan banyak (terutama cicilan rumah yang lumayan besar), saya menghandle kebutuhan sehari – hari  sisanya tugas Pak suami. Alhamdulillah uang Bu istri banyak lebihnya yang masuk kantung hehehe.

Teguran saat banyak mengeluh

Assalamualaikum teman

Mau sedikit cerita kejadian sekitar dua minggu lalu yang membuat saya tersadar kalau selama ini saya kurang bersyukur ( padahal sudah merasa bersyukur),  Allah swt menegurnya dengan cobaan berupa sakit.

Dua minggu lalu kedua si kecil saya demam, yang agak parah adik karena hingga 3 hari demannya hanya turun saat diberi obat, 4 jam berikutnya demam lagi, begitulah sampai tiga hari. Alhamdulillah anak –anak tidak memiliki riwayat kejang jadi kekhawatiran saya berkurang. Hari kedua demam, adik lemas karena tidak mau makan. Kaka lebih cepat sembuh karena mau makan.

Walaupun hanya demam, pilek dan batuk,   saya merasa kerepotan. Lebih repot ketika akhirnya saya tertulari dan hingga sekarang masih tersisa batuknya.


Good Friends Good Life



Sahabat yang datang dan pergi
Persahabatan saya berganti, seiring usia, aktivitas  dan tempat tinggal. Saat merantau ke Jakarta (pindah kerja dan ikut suami) berlahan dan tanpa sengaja persahabatan dengan teman – teman sebaya di lingkungan rumah berlahan memudar – kami bersahabat sejak sekolah dasar hingga masing – masing dari kami kuliah dan bekerja – saat salah satu dari kami menikah, kami ikut bantu dan jadi pagar ayu. Persahabatan yang paling seru karena kami melewati masa pubertas hingga jatuh cinta serius (sampai menikah) bersama. Kami tidak selalu satu sekolah tapi tetap bersahabat dan karena kami anak – anak ndeso, kami tidak mengalami masa – masa galau pengen ngedugem, nyoba pacaran aneh – aneh atau berkelakuan aneh. Salah satu yang jadi kehebohan kami saling tukar pinjam novel Agatha Christie, majalah gadis, bukunya lupus, dan novel – novel cinta jaman itu heheheh.

Jika mudik pun hanya sesekali bertemu, sebenarnya selalu ingin bertemu mereka tapi apa daya ada kalanya setelah begitu bersemangat membuat janji batal kumpul karena mendadak ada acara keluarga masing – masing. Kini saat bertemu di media sosial hanya sekedar hai dan like. Bukan karena tidak ingin ngobrol tapi kalau obrolan panjang kan enaknya face to face.

Setelah belasan tahun tidak bertemu mudik kemarin bertemu teman saat kuliah, kami tidak kampus, teman nongkrong di sebuah toko buku

Masuk dunia kerja saya menemukan sahabat – sahabat baru, aktif jadi blogger bertemu sahabat baru. Pindah tempat tinggal bertemu sahabat baru. Jadi macan ternak bertemu sahabat baru.  

Menemukan sahabat memang tidak mudah karena biasanya harus ada kesamaan dan chimestry. Biasanya kesamaan minat yang membuat kami bersahabat dan tidak harus selalu kesamaan minatnya itu menulis atau blogger hehehe.

Bersahabat dengan lawan jenis setelah menikah? Saya tidak
Setelah menikah saya tidak punya teman apalagi sahabat  lawan jenis. Saya berprinsip tidak ada persahabatan/pertemanan dengan lawan jenis setelah menikah. Kalau saya bergabung dengan WAG teman kuliah atau sma, obrolan hanya di grup tidak pernah japri pun kalau bertanya suatu hal pada seseorang, saya memilih nanya di grup. Ikut kopdar kalau rame – rame dan masing – masing biasanya membawa keluarga.

Alasan saya menghindari berteman dengan lawan jenis setelah menikah, khawatir obrolan jadi mendalam lalu timbul simpati lalu seperti kata  pepatah soko kulino jalaran tresno, karena sering bertemu jadi jatuh cinta (jaman sekarang bertemu tidak harus secara fisik obrolan mendalam via WA bisa memunculkan benih cinta) dan menurut agama yang pahami, nafsu itu mudah banget diletupkan apalagi dalam hubungan lawan jenis. Bukan kebetulan saya dan Pak suami sama – sama tidak punya mantan, jadi sejauh ini tidak ada teman dari masa lalu yang bikin  baper hehehe.

Memiliki teman/sahabat bagi saya hal penting
Saya bukan termasuk orang yang supel, tidak terlalu pandai basa – basi, malah sejak kecil orang selalu bilang saya jutek hahaha. Sebenarnya karena saya tidak pandai membuka pembicaraan, memilih diam dan sedikit pilih – pilih kalau berteman, mencari yang memiliki kesamaan  frekuensi, istilahnya. Walaupun tidak supel saya tipe yang butuh teman dan senang berteman. Dan lima hal berikut yang membuat saya merasa harus memiliki teman atau sahabat walaupun sudah menikah.

Teman ngobrol
Tidak harus ngobrolin hal penting, kalau bertemu  bu tetangga atau sesame macan ternak, kita tidak pernah ngobrolin politik atau gosip selebritis. Obrolan pasti seputar sekolah anak – anak, sharing kalau anak sakit, komentari harga kebutuhan di pasar.

Teman  saling menginspirasi
Berteman dengan macan ternak tidak selalu ngobrolin harga tas, baju atau kosmetik lho, mungkin itu tergantung levelnya hahaha kita mah macan ternak non sosialita. Contohnya pagi berfaedah hari kamis minggu lalu saya dan macan ternak lain dijamu sarapan (habis mengantar anak sekolah), ngobrolin belajar jahit autodidak, bikin gorden, seprei dan taplak meja sendiri.

Dalam satu tahun ajaran hanya 2 atau 3 kali kumpul rujakan dengan
para mama cantik antar anak di sekolah TK adik,
sekalian ngebahas kegiatan sekolah anak - anak 

“Kalau bikin seprei atau gorden cuma lurus doank. Kalau bikin gamis aku belajar dari youtube,” Ujar mommy Bara.  Saya lihat gorden kolong dapur bikinannya yang rapih. Jadi terinspirasi mencoba mesin jahit di rumah yang sudah terpajang manis di ruang perpus selama setahun. Dipake kalau Ibu ke rumah karena saya tidak bisa memakainya. Gara –  gara bertemu macan ternak kemarin, saya mulai deh coba – coba dan merasa harus bisa menjahit, minimal menjahit yang lurus - lurus semisal membuat gorden dan taplak meja.

Teman penyemangat mencari ilmu
Gabung di majelis talim orang tua murid sekolah si sulung, majelis talim khusus perempuan. Alhamdulillah kesampaian belajar tahsin lagi – terakhir belajar tahsin waktu kuliah dan sudah banyak yang lupa.  Jadi semangat juga mengikuti kajian keagamaan karena membaca buku sendiri sudah mulai malas hehehe.

Teman satu minat/hobi
Hobi nulis di blog, motret, koleksi anggrek dan tanaman hias (sekalian jualan), menemukan teman hobi di media sosial. Sesekali kopdar.


Alhamdulillah Pak suami mendukung kalau saya kopdar dengan teman – teman sesama Ibu – ibu yang sehobi. Malah mendorong untuk melakukannya secara rutin karena katanya berteman membuat berkembang. Dan hiburan juga sih masa iya harus ngurusin urusan dapur, sumur dan kasur melulu hehehe. Aktualisasi diri bagi IRT macam saya walaupun bukan hal urgent tapi penting agar tetap bahagia, nggak gampang stress dan tidak melulu mikiran pekerjaan rumah dan anak – anak . Happy mom happy family. 


Tulisan ini merupakan bagian dari #KEBloggingCollab dari Grup Butet Manurung dengan Post Trigger tentang Persahabatan Setehah Menikah  di Web KEB ditulis oleh Mak Ophi Ziadah Pemilik http://www.ophiziadah.com

Di Grup Butet Manurung juga ada tulisan tentang find your girlfriends in life   Batas persahabatan lelaki dan perempuan