Ini adalah tulisan saya yang dimuat di majalah Ummi di rubrik nuansa perempuan edisi november 2012.
Sama seperti mama lainnya, komitmen saya bekerja tidak boleh melunturkan kelekatan saya
dengan anak-anak. Saya dan Abinya (panggilan kaka Azka Zahra dan Khalif untuk
papanya) harus jadi role model untuk mereka dan
kami harus membentuk karakter mereka.
Salah satu
kebiasaan yang kami lakukan untuk membuat kelekatan itu adalah menyiapkan sarapan
dengan melibatkan Azka. Azka akan mengikuti langkah saya ke dapur dan menawarkan diri
membantu menyiapkan sarapan. Tawaran yang tidak bisa saya tolak dan harus
bersiap dengan kesabaran ekstra. Bersiap dengan tumpahan susu, karena Azka
selalu meminta membuatkan susu untuk saya dan Abinya. Memarut keju untuk roti,
menaburkan meses – yang lebih seringnya tertabur di lantai –tapi hal seperti
ini yang saya pikir mempererat bonding kami. Pagi hari tanpa suara tv yang
menginterupsi. Lalu saya mengajak Azka
berkeliling satu blok dengan sepeda motor dan kami berpelukan sebelum
berpisah.”Hati-hati di jalan ya, Ma,”
pesan itu selalu membuat saya haru.
Kalimat itu akan diulangnya dengan setengah berteriak sampai saya hilang di
belokan dan tak terlihat lagi olehnya.