Tampilkan postingan dengan label astra. Tampilkan semua postingan

Teman Autis, Edukasi dan Informasi Seputar Autis

Teman Autis, Edukasi dan Informasi Seputar Autis 

Belajar memahami anak autis

Ada dua anak berkebutuhan khusus di kelas KAE, anak kami yang masih SD. Ini bukan tahun pertama dia sekelas dengan anak berkebutuhan khusus jadi dia bisa menyesuaikan diri dan berteman dengan mereka. Sekolah anak-anak walaupun belum menerapkan sekolah insklusi tapi menerima anak-anak berkebutuhan khusus dengan jumlah terbatas, disesuaikan dengan fasilitas dan kemampuan guru. Beberapa anak berkebutuhan khusus didampingi guru pendamping atau shadow teacher.

Dari beberapa kali bertemu saat acara sekolah atau mengantar jemput, saya jadi tahu dua anak berkebutuhan khusus di kelas KAE adalah autis, saya tidak begitu paham tipe (spekturum autis) mereka. Teman-teman sekelasnya sudah  cukup baik memahami mereka jadi bisa main/komunikasi walaupun kadang menurut anak kami, KAE, sikap keduanya kadang tidak terduga. Misal bisa sangat marah untuk hal sepele, tidak paham becanda. Jika itu terjadi  beberapa teman-teman sekelasnya berusaha menenangkan walaupun tidak selalu berhasil seperti cerita KAE kemarin, temannya marah lalu dilerai malah meludahi, kalau sudah tidak bisa dihandle baru mereka lapor ke guru.

Banyak pelajaran yang saya lihat dengan adanya teman sekelas yang istimewa  seperti mereka, anak-anak menjadi lebih memiliki empati, belajar sabar dan memahami teman dengan kondisi seperti itu walaupun ada beberapa teman (biasanya dari kelas lain) yang suka sengaja membuat anak ini marah, kalau ini terjadi teman-teman sekelasnya membela dan lapor pada guru.

Kurangnya pemahaman masyarakat Indonesia mengenai autis menjadikan anak autis dilabeli hal negative seperti anak nakal karena suka ngamuk, anak bodoh karena tidak perhatian.

Apa itu autis dan bagaimana ciri-cirinya?

Autisme adalah istilah untuk menjelaskan  kondisi neurodevelopment disorders (gangguan perkembangan neurologis) seseorang. Autisme ditandai dengan kesulitan penderita untuk  fokus pada sesuatu, tidak paham ekspresi wajah atau perasaan orang lain, dan kurang mampu berkomunikasi. Dari sini bisa dipahami kenapa anak autis ada yang suka ngamuk (tidak semua) mungkin mereka kesulitan mengungkapkan perasaannya atau salah memahami lawan bicaranya, sehingga marah.

Anak autis hanya terganggu perkembangan neurologisnya tapi tidak dengan kognitif atau kecerdasannya. Anak autis memiliki EQ normal, malah mereka memiliki kelebihan yang tidak bisa dimiliki anak normal yaitu jika memiliki minat pada suatu hal mereka akan  gigih untuk mencapainya dan tidak mudah dialihkan artinya mereka  bisa fokus pada bidang yang mereka sukai.

Saya ingat, saat mengambil rapot anak sulung tahun lalu, gurunya cerita jika bertahun lalu ada anak didiknya yang autis dan hobi menggambar, dan kini anak itu sudah kuliah di Fakultas Seni Rupa sebuah PTN.

Kurangnya pemahaman masyarakat mengenai autis, salah satunya karena kurangnya informasi yang benar mengenai autis. Banyak orang tua dengan anak autis kebingungan memilih sekolah dan  tempat terapi.

Teman Autis

Atas dasar ini Alvinia Christiany mendirikan Teman Autis pada April 2018 yang bertujuan memberikan berbagai macam edukasi dan informasi untuk para orang tua yang memiliki anak autis.

Teman Autis dididirikan oleh Ratih dan Alvinia sebagai co-founder beserta 6 anggota lain dengan beragam latar belakang diantaranya guru anak berkebutuhan khusus, dunia digital marketing, legal counselling dll.

Teman Autis 


Teman Autis membuat website www.temanautis.com yang berisi informasi mengenai autis. Website Teman Autis  memiliki navigasi yang cukup baik sehingga informasi mudah diakses, desainnya sederhana membuat pengunjung mudah fokus pada informasi yang ada di web dan artikel ditulis dengan bahasa  yang mudah dipahami.

Teman Autis juga menjadi wadah untuk saling support karena stigma autis yang masih negatif di masyarakat beberapa orang tua malu mengakui anaknya  autis akibatnya penanganan/terapi  tidak tepat atau terlambat. Padahal dengan penanganan cepat dan tepat anak dengan autis bisa bersikap layaknya anak normal walaupun tidak 100% sehingga kelak bisa berbaur di lingkungan masyarakat dan bisa menemukan potensi dirinya.

Tidak hanya menyebarkan dan sharing informasi mengenai autis, Teman Autis juga bekerjasama dengan 100 lebih klinik, tenpat  terapi dan sekolah dengan begitu orang tua yang memiliki anak autis bisa mendapat referensi untuk sekolah dan terapi anaknya di Teman Autis.



Ratih sebagai founder Teman Autis adalah seorang corporate legal counsel lulusan Fakultas Hukum Universitas Airlangga dan Master of Laws dari University College London.

Karena kekonsistenannya mendampingi dan mengedukasi orang tua yang memiliki anak autis dan  masyarakat luas tentang Autis, Alvinia Christiany mendapat penghargaan Semangat Astra Terpadu dari SATU Indonesia Awards 2022 dari PT Astra International Tbk.

Referensi

www.IDNTImes.com

www.goodsnewsfromIndonesia.id

www.satu-indonesia.com

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Maya Stolastika Boleng Petani Organik Milenial

Maya Stolastika Boleng Petani Organik Milenial

Pertanian organik vs pertanian non organik

Saat ini makin banyak masyarakat yang menyadari pentingnya menerapkan gaya hidup sehat. Hidup seimbang antara kebutuhan jasmani dan rohani. Seimbang antara bekerja, olahraga dan istirahat. Seimbang mengkonsumsi makanan yang bukan hanya bergizi tapi aman dari bahan kimia berbahaya.

Tidak bisa dipungkiri banyak produk pertanian menggunakan pestisida pada proses pertumbuhannya, untuk menghindari hama sehingga panen dapat dilakukann tepat waktu dengan jumlah melimpah (tidak sebagian rusak karena dimakan hama). Pemakaian pupuk kimia untuk kesuburan dan mempercepat proses pertumbuhan atau penggunaan rekayasa genetik agar tanaman cepat tumbuh, tahan hama dan sempurna, misal menjadi lebih manis tanpa biji jika buah-buahan.



Tapi cara itu  memberikan efek yang tidak baik untuk kesehatan dalam jangka panjang. Selain itu, tanah yang kerap digempur dengan pestisidapun akan rusak kesuburannya. Sebagian masyarakat yang menyadari hal ini mulai mencari hasil pertanian organik, yang ditanam tanpa pestisida. Di beberapa supermarket biasanya ada rak khusus untuk buah dan sayuran organik  dengan harga lebih mahal.

Ada banyak alasan pangan organik lebih mahal dari pangan non organik diantaranya, pangan organik  butuh perawatan khusus,  karena tidak menggunakan pestisida untuk mencegah hama mereka harus mencari bahan organik yang bisa mencegah hama serta  memakai  pupuk organik yang harganya lebih mahal dari pupuk kimia.

Saya pernah mengikuti kunjungan ke sebuah pertanian organik di Bogor, petaninya mengatakan mereka kadang mengecek secara manual keberadaan hama saat sedang menyiram atau menyiangi rumput liar, jika terdapat tama seperti ulat atau keong, mereka akan membuangnya. Beda jika pertanian non organik secara periodik disemprot pestisida.

Bicara soal bahaya  penggunaaan pestisida tidak  semua petani mengetahuinya, terutama petani tradisional, untuk itu perlu mengarahan dan bimbingan bagaimana menggunakan pestisida secara tepat sesuai takaran untuk meminimalisasi efeknya  atau berlaih ke pertanian organik.

Namun tidak mudah meminta petani beralih ke pertanian organik karena penyesuaiannya butuh waktu dan  dinilai ribet selain nanti hasil pertanian akan menjadi mahal dan ini menyulitkan distribusi.  Untuk itu pengarahan dan pembinaan untuk  petani beralih ke pertanian organik harus dibarengi bagaimana memasarkan produk mereka.

Jatuh bangun Maya Stolastika membangun pertanian organik

Adalah   Maya Stolastika Boleng, petani muda dari generasi milenial, pemilik Twelve’s Organic di desa Claket dan Desa Mligu kec. Pacet, Kab. Mojokerto Jawa Timur. Wanita kelahiran Flores Timur 37 tahun lalu.



Perkenalan Maya dengan pertanian organik dimulai saat ia berkunjung ke Bali dan disuguhi jus wortel yang rasanya berbeda dengan jus wortel yang biasa ia konsumsi. Rasa Jus wortelnya lebih segar dan tidak tercium bau sayuran setelah dicari tahu ternyata karena jus terbuat dari wortel yang ditanam secara organik dimana pemakaian bahan kimia sintesis sangat dibatasi bahkan dieliminasi.

Perkenalan dengan pertanian organik sangat membekas di hati Maya terlebih setelah ia tahu pertanian organik juga menjaga kesehatan tanah, menyeimbangkan ekosistem karena zat hidup renik dalam tanah tetap hidup untuk menyuburkan tanah.

Kembali ke Surabaya bersama empat temannya, dengan modal patungan hasil kerja mereka menyewa tanah seluas 5 ribu meter persegi di Claket, mereka memulai bertani organik dan pertanian mereka namai Kembang Organik Farm.

Usaha pertanian organik yang dirintis Maya bukan tanpa kendala terutama di tahun pertama, ia sempat kebingungan menawarkan hasil panennya. Saat itu tahun 2008 jadi belum ada WA untuk membroadcast pesan, jangankan WA orang yang memiliki handphone saja masih terbatas. Maya dan teman-temannya menawarkan sayuran dengan cara menelpon atau door to door ke supermarket dan restoran.

Tiga temannya memutuskan tidak melanjutkan gabung, tinggal Maya dan satu temannya. Dengan modal memberanikan diri  Maya dan temannya kembali mencoba pertanian organik dan memperoleh pinjaman tanah yang cukup luas.

Jalan untuk memasarkan hasil pertaniannya justru datang dari arah tak terduga, saat seorang manajer supermarket yang pernah ia hubungi membutuhkan supplier sayuran organik. Sayangnya keberhasilan itu tidak berselang lama karena tuntutan kuliah dan pekerjaan. Namun panggilan untuk mencoba kembali pertanian organik membuat Maya dan temannya kembali mencobo pertanian organik tapi menghadapi kendala yang tidak disangka yaitu sewa lahan yang sudah sangat mahal. Akhirnya Maya mengambil sayuran dari petani sekitar dan menyalurkannya.

Sampai datang rencana tak terduga, seseorang menawarinya untuk mengelola lahan tidur seluas 3.5 hektar. Belajar dari pengalaman mereka menerapkan strategi baru untuk penjualannya yaitu dengan cara menjual hasil kebun langsung pada konsumen, dengan nama program Garden Fresh Market, saat panen kebun dibuka untuk kunjungan konsumen membeli dengan cara memetik sendiri dan ternyata cara ini sangat menarik, sehingga saat panen bisa menjual 200-250 kg sayuran.

Karena usahanya Maya mendapat penghargaan dari Oxfam Indonesia pada tahun 2016 dan Semangat Astra Terpadu Untuk Indonesia (SATU) Indonesia Award tahun 2019.

Kesuksesan sebuah usaha memang tidak ada yang instan ya, bertahan saat jatuh dan memilih kembalio bangkit  menjadi kunci kesuksesan.

Yang dilakukan Maya sangat menginspirasi terlebih saat ini jumlah petani di Indonesia terus menurun terutama petani muda.

 

 

 

 

 

 

Baduy Craft, Inovasi Pemuda Suku Baduy Menembus Pasar Global

Baduy Craft, Inovasi Pemuda Suku Baduy Menembus Pasar Global

“Mama tahu suku Baduy?”

“Ya tahulah.”

“Kita ke sana yuk jalan-jalan. Tadi guru aku di sekolah cerita tentang suku Baduy, aku jadi pengen ke sana deh,” celoteh si sulung beberapa minggu lalu.

Sebelum dia mengutarakan keinginannya saya pun ada niat mengajak mereka ke sana bukan sekedar jalan-jalan berwisata tapi mengenalkan salah satu suku dan budaya asli Indonesia yang sedikit tersentuh perubahan jaman dan  bagaimana mereka hidup berdampingan dengan alam dengan selaras, mengambil dari alam untuk kehidupan sehari-hari seperlunya dan mengelolanya agar berkesinambungan. Ini akan selaras dengan isu bagaimana menjaga  lingkungan.

Tentang Suku Baduy

Suku Baduy merupakan salah satu suku sunda yang berada di Lebak Provinsi Banten, mereka menyebut diri sebagai urang Kanekes (urang dalam bahasa Indonesia berarti orang). Suku ini memegang teguh adat istiadat mereka secara  turun temurun. Populasi suku Baduy sekitar 26.000 dan terbagi menjadi dua wilayah yaitu Baduy Luar dan Baduy Dalam. Baduy Luar sudah tersentuh kemajuan jaman, mereka sudah mengakses listrik, diperbolehkan memiliki handphone,  bisa mengakses internet (walaupun tidak semua wilayah Baduy Luar terjangkau internet), mereka mengenal sabun dan sampo untuk mandi, boleh menggunakan pakaian berwarna dan kaos. Namun pengaruh luar itu diperbolehkan dengan batasan tertentu. Sedangkan Baduy Dalam,  melarang sentuhan kemajuan/dunia luar. Tidak diperbolehkan  menggunakan listrik apalagi handphone, hanya diperbolehkan mengenakan pakaian tertentu dan tidak mengenakan alas kaki, bahkan mereka meminta pemerintah menghilangkan peta mereka dari goggle map untuk mengurangi kunjungan wisatawan, untuk menjaga kemurnian budaya dan adat suku Baduy.

Dengan sedikitnya akses mereka terhadap dunia luar bagaimana mereka bertahan, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari? Mereka memanfaatkan alam dengan bercocok tanam, berternak dan memenuhi kebutuhan sandang seperti pakaian mereka menenun sendiri begitupun seperti tas mereka menganyamnya sendiri. Namun begitu bukan berarti suka Baduy tidak bisa membaca dan menulis lho, mereka belajar membaca, menulis dan  bisa berbahasa Indonesia, terutama suku Baduy Luar. 

Kerajinan tangan seperti kain tenun, tas anyaman dsb itu sebagian  mereka perjualbelikan pada wisatawan yang berkunjung ke sana. Namun perputaran kerajinan tangan itu tidaklah cepat jika hanya mengandalkan wisatawan yang datang.

Baduy Craft Menjembatani Suku Baduy dan Dunia Luar

Adalah seorang pemuda bernama Narman yang berasal dari wilayah Baduy Luar, berpikir keras bagaimana caranya agar banyak kerajinan suku Baduy yang terjual tidak hanya mengandalkan wisatawan yang datang. Narman percaya jika banyak produk kerajinan suku Baduy terjual kesejahteraan masyarakat Baduy akan meningkat.

Narman, penggagas Baduy Craft


Sebagai pemuda yang sudah mengenal handphone dan internet, Narman belajar berjualan online, ia mempelajarinya secara otodidak. Saat itu sinyal internet di wilayah Baduy Luar masih terbatas, tak jarang ia harus berjalan jauh keluar dari wilayah Baduy Luar hanya untuk mendapat sinyal internet. Usahanya membuahkan hasil, Narman membuka toko online di beberapa marketplace seperti Tokopedia, Shopee dan mendapat respon positif. Ia juga membuat akun media sosial untuk produk yang dijualnya. Dan ia menamai produk jualannya dengan nama Baduy Craft, nama yang dipilih untuk menunjukkan spesifikasi dan kekhasan yang dijual. Produk-produk itu Narman ambil dari ratusan pengrajin Baduy, omset terbesar yang pernah diraih Narman sebesar 50 juta.  Beragam  kerajinan Baduy Craft dibadrol dengan harga bervariatif tergantung jenis dan tingkat kesulitan membuatnya. Oh ya kain tenun Baduy dibuat dengan pewarna alami.

Dengan dipasarkannya Baduy Craft secara online, kerajinan Baduy mulai banyak dikenal orang tidak hanya masyarakat Banten dan Jawa Barat, juag seluruh Indonesia dan mancanegara. Seperti wastra Indonesia lainnya, kain tenun Baduy pun memiliki kekhasan tersendiri, dari pilihan warna hingga motif.

Dari jualan secara online, Baduy Craft diundang  mengikuti beragam pameran untuk mengenalkan produk dan adat suku Baduy. Pencapaian ini sangat diapresiasi para pengrajin suku Baduy, mereka menjadi lebih semangat membuat produk kerajinan untuk dipasarkan di Baduy Craft dan taraf hidup mereka meningkat.

Narman tidak terlalu memperhitungan keuntungan yang ia dapat, yang terpenting produknya dikenal dan laku dengan keuntungan untuk para pengrajin Baduy. Rasa bahagianya terbayar dengan semangat dan senyum para pengrajin Baduy.

Narman bisa dibilang sukses mengenalkan dan  memasarkan kerajinan khas Baduy namun bukan tanpa tantangan terutama di masa awal ia mengungkapkan ide itu. Sebagian masyarakat adat menentangnya karena aturan adat melarang penggunaan teknologi bagi warga Baduy.  Namun akhirnya masyarakat adat merestui setelah terbukti penggunaan internet meningkatkan pendapatan dan tidak menggangu orisinalitas budaya Baduy.

Mengintip Produk Baduy Craft 

Teman-teman yang penasaran seperti apa produk Baduy Craft  bisa intip instagramnya Baduy Craft, pada   linktree di profilnya bisa klik alamat tokonya di beberapa marketplace. Produk yang dijual berupa syal, kain tenun khas Baduy, tas dan gelang.




Karena inovasinya Narman mendapat penghargaan dari Satu Indonesia Award Astra tahun 2018 dengan bidang kewirausahaan.

Penutup kepala suku Baduy, kain biru berbentuk segitiga


 

Referensi

Wikipedia.co.id

www.goodnewsfromindonesia.id

www.satu-indonesia.com

instagram Baduy Craft

wawancara via WA dengan Narman

GenRengers EduCamp, Mengedukasi Remaja untuk Mencegah Pernikahan Dini

GenRengers EduCamp, Mengedukasi Remaja untuk Mencegah Pernikahan Dini 

Beberapa waktu lalu diberitakan di sejumlah media jika permintaan dispensasi menikah mengalami kenaikan di sejumlah daerah. Permohonan dispensasi diajukan oleh orang tua yang ingin menikahkan anaknya tapi berusia masih muda, di bawah usia minimal yang diperbolehkan menikah sesuai UU Perkawinan yaitu 19 tahun.

Fenomena pernikahan dini ini seperti gunung es, nampak sedikit dipermukaan, kenyataannya sangat banyak dan tidak menunjukkan angka penurunan yang signifikan setiap tahunnya malah di beberapa daerah mengalami kenaikan. Di negara Asia Tenggara lain, Indonesia merupakan negara dengan kasus pernikahan dini terbanyak kedua (setelah Kamboja) dan menempati peringkat ke 8 di dunia.

Dampak buruk pernikahan dini

Pernikahan dini adalah pernikahan yang dilakukan di bawah usia 19 tahun. Ini mengacu pada UU Perkawinan yang mengijinkan menikah jika usia sudah di atas 19 tahun. Di berdasar pada studi kesehatan jika pernikahan dilakukan di bawah usia 19 tahun,  ada banyak resiko yang akan ditanggung Ibu saat hamil. Resiko kesehatan untuk ibu dan bayi serta resiko pengasuhan. Usia 19 tahun dinilai emosi ibu belum stabil. Untuk teman-teman yang sudah menikah dan memiliki anak mungkin kenal istilah  syndrome baby blues. 

yang lumrah dialami banyak ibu setelah melahirkan. Sydromeedukasi  yang bisa sembuh dengan sendiri namun tidak jarang syndrome ini mengarah pada kesehatan mental yang berbahaya.

Resiko , menjadi stunting. Ini tentunya menjadi ancaman serius karena stunting berpengaruh pada kualitas generasi suatu bangsa berikutnya. Stunting atau kekurang gizi yang menyebabkan anak tumbuh kurang cerdas dan tidak tangguh secara fisik.

Ada banyak faktor yang menyebabkan pernikahan dini terjadi, yaitu faktor ekonomi, sosial budaya dan pergaulan bebas.

Faktor ekonomi, menikahkan anak melepas tanggung jawab dan melepas beban saalah satu anggota  keluarga.

Pada beberapa daerah  beranggapan anak selesai sekolah, memang waktunya menikah jika khawatir tidak dapat jodoh, menikah diatas 25 dinilai perawan tua.

Pernikahan karena kehamilan. Kasus ini tak kalah banyaknya dan menjadi peer untuk kita sebagai orang tua.

Pernikahan dini memiliki banyak faktor resiko, resiko kesehatan ibu saat melahirkan dan  ketidaksiapan menjadi ibu secara pengetahuan tentang pengasuhan (termasuk soal gizi), ketidaksiapan fisik dan mental  akan menyebabkan anak stunting. Selain itu ada juga resiko ekonomi, dengan menikah dini, apakah sudah mandiri secara ekonomi? Terlebih jika dilakukan di usia sekolah, pasangan menikah dini belum bekerja yang akhirnya melahirkan kemiskinan baru.

GenRengers Educamp

Kasus pernikahan dini banyak terjadi di daerah, salah satunya di Kubu Raya Kalimantan Barat, hal ini menggerakkan Nordianto untuk melakukan suatu kegiatan yang dapat menekan tingginya angka pernikahan dini.

GenRengers EduCamp


Keinginannya untuk berkotribusi pada pencegahan nikah dini, berawal dari keikutsertaan Nordianto menjadi peserta PIK Remaja BKKN yaitu pelatihan tentang kesehatan reproduksi remaja, bahaya seks bebas serta NAPZA. Mengenai pernikahan dini, mengingatkan Anto (panggilan akrab Nordianto) pada ibunya yang menikah muda. Ibunya pernah berkata, andai saja beliau tidak menikah muda mungkin kehidupannya lebih baik. Anto juga melihat efek pernikahan dini pada Ibu yang menyebabkan ibunya sering sakit-sakitan karena hamil pada usia terlalu muda dan sempat mengalami keguguran beberapa kali.

Tahun 2016 Nordianto menggagas kegiatan yang diberinama GenRengers Educamp. Berbentuk aktivitas camp yang rutin digelar  sebagai bentuk pendidikan alternative. GenRengers Educamp dibentuk untuk melahirkan relawan yang peduli dan paham isu-isu kesehatan khususnya pernikahan dini dan pola pergaulan remaja. Di GenRengers Educamp juga diajarkan pentingnya kemandirian ekonomi dalam membangun rumah tangga untuk memutus rantai kemiskinan.  

Kegiatan GenRengers Educamp sudah melibarkan 14 kabupaten kota sepanjang tahun 2016. Tahun berikutnya 10 kota dan lima provinsi selain Kalimantan Barat untuk mengadakan kegiatan sejenis dengan mereplikasi dan memodifikasi GenRengers Educamp. Hingga ini telah ada 20 relawan inti yang tergabung dalam tim inti GenRengers Educamp.

Dengan tim inti ini dalam dua minggu sekali Nordianto merancang dan mengadakan kegiatan Educamp di pelosok daerah Kalimantan Barat yang rentan pernikahan dini dan pergaulan bebas. Harapannya dari setiap acara Educamp yang diadakan akan lahir relawan baru yang kemudian berperan, menyebarkan informasi mengenai dampak negatif pernikahan dini serta pentingnya pendidikan agar masa muda bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan diri, meraih mimpi dan  berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat.

Keseriusan kampanye Anto dalam mengkampanyekan dampak negative nikah muda mendapatkan penghargaan dari SATU Indonesia Awards yang diselenggarkan PT. Astra International pada  tahun 2018. Sebelumnya, Anto menjadi delegasi Asia-Pasifik untuk kegiatan Indigenous People Youth Conference di Rio De Janeiro Brasil.


sosok Nordianto Hartoyo


 

Referensi

kemenpora.go.id

goodnewsfromindonesia.id

bkkbn.go.id

satuindonesiawards.astra.co.id

Zulrifan Noor, mengelola zakat, infak, shadaqoh dan wakaf untuk kemandirian ekonomi

Zulrifan Noor, mengelola zakat, infak, shadaqoh dan wakaf untuk kemandirian ekonomi 

Jeratan  rentenir 

Masyarakat kita belum bisa sepenuhnya lepas dari rentenir, salah satunya karena faktor ekonomi yang lemah. Sasaran pada rentenir ini memang masyarakat yang kepepet yang sebenarnya tahu resiko ‘tanpa ampun’ rentenir tapi karena terpaksa dilakukan. Tapi tak sedikit UMKM yang terjerat rentenir, ini terjadi pada tetangga saya pemilik warung kelontong dan jajajan anak-anak, niat meminjam untuk menambah modal usaha, ternyata bunga pinjaman lebih besar dari laba yang didapat dari warung, terlebih laba dari warung sebagian digunakan untuk kebutuhan sehari-hari. Cicilan tak terbayar, pinjamanpun membengkak dari asalnya dua juta sampai belasan juta. Beruntung keluarga besar tetangga saya ini mau membantu, hingga akhirnya pinjaman lunas.

Penyaluran bantuan


Di kota besar, muncul rentenir modern dengan nama keren, pinjaman online atau online, bukan satu dua orang korban pinjol ini berakhir naas, selain bertambah miskin.

Situasi yang sama terjadi di desa Tabalong Kalimantan Selatan yang sebagian masyarakatnya menggantungkan hidup pada usaha karet dan UMKM. Keadaan ini tidak menjadi masalah sampai wabah Covid-19 terjadi dan menghantam perekonomian. Penghasilan menurun tapi kebutuhan hidup seperti sandang dan makan tidak bisa ditunda, tawaran pinjaman dari rentenir yang mudah didapat dengan janji manispun membuat masyarakat luluh terlebih kebutuhan pangan tidak bisa ditunda. Cicilan pertama bisa dibayar seterusnya menunggak dan terus menunggak, bunga pinjaman makin besar malah lebih besar dari pinjamannya, rentenir yang menagihpun makin galak. Masyarakat menjadi miskin, yang asalnya miskin makin miskin.

Keadaan ini membuat Zulrifan Noor, gelisah terlebih masyarakat yang terjerat rentenir sebanyak 80%. Tak sampai hari melihat tetangga sekitarnya bertambah miskin dengan hutang yang menumpuk.

Sosok Zulrifan Noor


Terbersit ide memanfaatkan zakat, infaq, shadaqah dan wakaf untuk membantu keadaan ini. Caranya dana yang terkumpul dari zakat, infaq, shadaqah dan wakaf dari orang yang mampu, dikelola dan disalurkan pada UMKM, untuk modal dan membayarkan hutang pada rentenir dan UMKM yang mendapat bantuan ini membuat perjanjian tertulis untuk tidak meminjam lagi pada rentenir.

Untuk mempermudah bertanggungjawaban mengenai pengelolaan dana zakat, infaq, shadaqah dan wakaf, Zulrifan Noor mendirikan Baitul Maal Wakaf Indonesia (BWI). Sasaran utama penerima adalah para UMKM mikro, kecil dan menengah, yang membutuhkan modal usaha atau yang terlilit hutang pada rentenir.

Yang membedakan BWI dari koperasi dan fundraising adalah konsep sumber dana dan penyalurannya. Penyaluran selain pada UMKM dan masyarakat yang terlilit rentenir juga pada kaun dhuafa dengan penyaluran beras gratis.

Sejauh ini, sudah Rp.50,5 juta telah dikucurkan untuk membantu 300 orang fakir miskin. Dan 15 diantaranya sudah terlepas dari hutang rentenir. Penerima bantuanpun dibina agar usahanya meningkat dan tidak terjerat lagi oleh rentenir.

Kontribusi Zulrifan Noor mampu mengubah kondisi sosial ekonomi masyarakat sehingga berdaya dan mandiri.

Zulrifan Noor lahir di Tabalong Kalimantan Selatam pada tanggal 16 Juli 1990 berhasil mendapat penghargaan Astra Satu Indonesia Awards 2020 dengan katagori ‘Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi Covid-19’.\

Sekilas tentang zakat, infak, shadaqoh dan wakaf

Zakat, infak, shadaqoh dan wakaf adalah kewajiban yang harus ditunaikan setiap kaum muslimin yang sifatnya memberi untuk mengharapkan pahala dan ridha Allah atau agar mendapat keberkahan.

Zakat adalah memberikan sebagian harta atau penghasilan sebesar 2.5% dan hukumnya wajib. Sedangkan infak, shadaqoh dan wakaf hukumnya sunnah (tidak harus), jumlah dan waktu memberinya pun bebas.

\Infak biasanya berupa uang. Shadaqoh biasanya bukan dalam bentuk uang tapi benda berguna  bisa pangan, sandang atau papan. Sedangkan wakaf, memberi sesuatu yang sifatnya tidak habis atau terus menerus, misal wakaf sumur, artinya sumur bisa digunakan semua masyarakat tanpa batas waktu. Artau contoh lain wakaf tanah untuk kuburan, jalan, masjid dsb.

Semoga langkah memanfaatkan zakat, infak, shadaqoh dan wakaf untuk kemandirian umat yang dilakukan Zulrifan Noor menginspirasi. 

Referensi 

www.satu-indonesia.com

www.kompas.com

Gede Andika, Pemuda Inspiratif dari Buleleng Bali

Gede Andika, Pemuda Inspiratif dari Buleleng Bali 

Pandemi Covid-19 telah berlalu, anak-anak sudah kembali bersekolah dengan normal dengan tawa ceria karena mereka bukan hanya bisa belajar juga bermain dan bersosialisasi dengan teman-temannya.

Namun pandemi menyisakan banyak cerita yang kelak akan dikenang. Salah satu cerita inspiratif dari masa pandemi adalah sosok Gede Andika dari Buleleng Bali. Pandemi mengguncang semua sektor kehidupan yang paling terasa adalah sektor pariwisata. Bali yang menjadikan pariwisata sebagai sektor penggerak ekonominya lumpuh yang berimbas pada perekonomian keluarga. Banyak anak yang harusnya sekolah secara online tidak melakukannya karena tidak ada dana untuk membeli kuota. Itu yang dirasakan Gede Andika saat pulang kampung ke tempat kelahirannya Desa Pemuteran kab. Buleleng Bali. Ia mendapati jalanan yang biasanya rame dengan lalu lalang wisatawan asing, kini sepi. Anak-anak yang seharusnya sekolah daring hanya bermain-main di rumah karena tidak memiliki handphone apalagi  kuota.

Kelas KREDIBALi


Ini membuat hati Gede Andika miris, apalagi ini terjadi pada anak-anak di kampung halamannya, desa Pemuteran. Ia memutuskan menunda keinginannya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang S2 dan membantu anak-anak ini dengan merintis KREDIBALI yang merupakan singkatan dari Kreasi Edukasi Bahasa dan Literasi Lingkungan dengan kegiatan mengadakan kursus Bahasa Inggris bagi anak-anak dari SD sampai SMP yang tidak bisa mengikuti kelas daring. Tidak seperti kursus biasanya, KREDIBALI ini hanya menerima siswa dengan bayaran sampah plastik.

Banyak anak-anak yang tertarik untuk ikut kegiatan ini tapi Gede Andika membatasi hanya untuk siswa/siswi yang tidak mampu, siswa yang orang tuanya penerima bantuan sosial dan BLT, juga siswa yang orang tuanya terkena dampak COVID-19 karena bekerja di sektor pariwisata.

Sampah plastik yang dibawa para siswa akan dikumpulkan lalu ditukarkan dengan beras. Dan beras ini akan diberikan pada lansia  yang membutuhkan.

Dalam program penukaran sampah plastik ke beras KREDIBALI bekerja sama dengan Plastic Exchange yaitu sebuah program yang diinisisasi oleh Made Janur Yasa aktivis lingkungan dan kemanusiaan asal Bali.

KREDIBALI

Kelas KREDIBALI  mengajarkan bahasa Inggris dan diadakan setiap hari Minggu dan kelas dibagi menjadi 3 tingkatan basicjunior dan general. Untuk pengajarnya sendiri kini ada 6 orang termasuk Gede Andika, dan tak jarang ada relawan yang ikut mengajar.

Salah satu alasan memilih bahasa Inggris karena Bali sebagai salah satu tujuan wisata Dunia, masyarakatnya akan kerap berinteraksi dengan orang asing dan berbahasa internasional,  dan banyak masyarakat Bali bekerja di sektor wisata, karena itu sangat penting memiliki kemampuan berbahasa Inggris terlebih desa Pemuteran adalah salah satu desa yang banyak dikunjungi wisatawan sebelum pandemi.

Mengajak anak ikut KREDIBALI


Selain itu program pembarayan dengan sampah plastic secara tidak langsung mengajarkan anak-anak akan kepedulian pada sampah, bagaimana mereka memililah sampah dan menjadi tahu dampak sampah platik yang tidak bisa hancur jadi harus didaur ulang.

Apa yang dilakukan Gede Andika bukan tanpa hambatan salah satunya  dari aparatur desa yang khawatir dengan protokol kesehatan anak-anak. Setelah Gede Andika memberikan pemahaman disertai berbagai riset yang telah dilakukan dan tegasnya aturan protokol kesehatan yang diterapkan, akhirnya dari pihak desa memberikan izin untuk menggunakan ruangan rapat. Lalu dari pihak orang tua juga awalnya menentang anaknya mengikuti KREDIBALI karena takut biayanya mahal. Setelah diberitahu tidak dipungut biaya dan hanya membawa sampah plastik akhirnya kini banyak orang tua yang mendukung anaknya agar bisa mengikuti kursus di KREDIBALI.

Karena kegiatannya ini  I Gede Andika Wira Teja menerima apresiasi SATU Indonesia Awards 2021 dari Astra Indonesia sebagai Pejuang Tanpa Pamrih di Masa Pandemi COVID-19.

 

Referensi.

www.idntimes.com

www.satu-indonesia.com

www.goodnewsfromindonesia.id

Pelestari Buah Lokal khas Kalimantan Selatan

Pelestari Buah Lokal khas Kalimantan Selatan 

Tanah Surga

Orang bilang tanah kita tanah surga

tongkat kayu dan batu jadi tanaman

 

Kalimat di atas adalah kutipan sebuah lagu dari Koes Plues grup band yang tenar sekitar tahun 80 an. Yang saya ingat lagu ini kerap dinyanyikan Bapak saya sambil bermain gitar. Sebuah lagu yang menggambarkan betapa Indonesia, tanah air kita, subur tanahnya, itu belum termasuk perut buminya yang kaya mineral. 

Pelestari buah khas Kalimantan Selatan, Mohamad Hanif Wicaksono


Memperbincangkan kesuburan tanah Indonesia,  saking suburnya tanpa ditanamipun tumbuh aneka tumbuhan hingga ribuan jenis. Bahkan Indonesia termasuk negara yang disebut ‘mega center’ keanekaragaman hayati dunia, menurut buku Melestarikan Indonesia (2008) karya Jatna Supriatna.

Menurut data ada sekitar 6000 jenis tumbuhan, 1000 spesies hewan dan 100 spesies jasad renik. Dari 6000 tumbuhan itu termasuk di dalamnya tanaman buah. Untuk tanaman bunganya, Indonesia terkenal dengan keanekaragaman anggreknya, bisa dibilang setiap hutan di Indonesia memiliki jenis anggrek endemik.

Jika teman-teman jalan-jalan ke kota Bogor teman-teman akan menemui penjual buah bisbol. Buah yang mulai langka keberadaannya. Teman-teman generasi  80-90 an yang tinggal di daerah Jawa Barat dan Jakarta, mungkin familiar dengan buah kecapi, sekarang sulit sekali mencari buah ini pasaran bahkan hampir tidak ada. Itu hanya contoh dua buah khas Indonesia yang mulai langka di Jawa Barat.

Menengok pulau lain, kita akan dibuat amazing dengan aneka buahnya yang langka dan unik. Terutama buah-buahan yang tumbuh di hutan. Keberadaan tanaman buah ini terbatas bahkan langka dan sayangnya masyarakat sekitarnya pun kurang mengenalnya.

Buah lokal  khas Kalimantan Selatan

Adalah seorang Mohamad Hanif Wicaksono, pria asal Blitar kelahiran 1983 yang merantau ke Kalimantan dan mengembangkan buah lokal khas Kalimantan di sana.

Pria yang berprofesi sebagai ASN ini bertugas memberi penyuluhan keluarga berencana di kabupaten Balangan, pekerjaan yang mengharuskannya keluar masuk desa melewati hutan untuk memberi penyuluhan, membuatnya melihat dan merasakan buah yang unik, buah yang hanya ia temui di Kalimantan. Hal ini menerbitkan rasa penasarannya, membuat Mohamad Hanif mulai menjelajah hutan untuk mencari tanaman buah lain yang unik dan langka. Di luar dugaanya, ia menemui banyak sekali buah yang bisa dimakan dan hanya ada di hutan Kalimantan, bahkan keberdaaan beberapa  buah-buahan ini tidak disadari masyarakat sekitar.

Mohamad Hanif memutuskan menseriusi kegiatannya masuk dan keluar hutan untuk mencari tanaman buah-buahan yang selama ini belum teridentifikasi dengan mendirikan Kelompok Usaha Tunas Meratus di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan kegiatan utama konservasi tanaman buah asli Kalimantan pada tahun 2012. Jadi buah-buahan lokal yang ditemukan Mohamad Hanif di hutan setelah diindentifikasi dibudidayakan baik secara vegetative maupun generative.

Saat menemukan tanaman buah baru, Mohamad Hanif mendokumentasikannya lalu mencari literature untuk menemukan nama buah tersebut, jika belum ada diliterature ia akan bertanya pada pakar-pakar biologi. Mohamad Hanif membekali dirinya dengan banyak bacaan mengenai tanaman buah. Selain itu ia juga mencocokan kesahan datandarI buah yang ditemukannya ke herbarium online internasional.

Dalam pendidentifikasian  buah lokal Mohamad Hanif juga melalukan uji coba dengan mencicipi tanaman buah dan pengalaman yang tak pernah ia lupakan adalah ia pernah mengalami mati rasa selama 3 hari setelah mencoba makan buah tertentu. Mohamad Hanif pun pernah terseesat di hutan berhari-hari dalam penjelajahannya mencari buah lokal.

Dalam proses mengidentifikasi buah-buahan lokal Kalimantan Selatan Mohamad Hanif berhasil mengidentifikasi 160  jenis buah.

Mohamad Hanif juga membukukan buah-buahan lokal Kalimantan yang ditemukannya dengan judul “Buah Hutan Kalimantan Selatan sei 1-6”. Untuk penyusunan bukunya Mohamad Hanif menggandeng para pakar buah-buahan seperti Mohammad Reza Tirtawinata dari Mekarsari, sebuah eduwisata yang berisi aneka tanaman buah lokal.

Mengenal Beberapa Buah Khas Kalimantan Selatan 

Sebagai pecinta buah-buahan (makan)  saya sangat penasaran dengan buah khas Kalimantan Selatan dan akhirnya googling. Ini dia beberapa buah khas Kalimantan Selatan;

Berikut beberapa tanaman buah khas Kalimantan Selatan yang makin bikin penasaran karena belum pernah melihat dan mencicipinya langsung;

Buah Kelendang

Buah yang mirip buah cempedak tapi berukuran lebih kecil tapi tidak beraroma tajam seperti nangka atau cempedak, jadi bisa nih buat teman-teman yang ga pernah makan buah nangka, cempedak atau durian karena ga kuat aromanya yang tajam, coba makan buah ini.



Buah lahung

Mirip dengan buah durian perbedaan pada warna kulit buah dan daging, jika durian berwarna kuning buah lahung berwarna merah. Soal rasa mirip dengan durian.



Buah Kapul

Buah serupa buah manggis jika manggis kulitnya berwarna ungu, buah kapul kecoklatan seperti kayu dan buahnya kekuningan. Soal rasa mirip manggis.



Buah Kasturi

Buah yang mirip mangga namun seukuran buah sawo. Aromanya lebih menyengat daripada mangga. Saat matang kulit buah berwarna hijau kehitaman, rasanya seperti mangga, manis segar.

Buah Ihau

Buah dengan kulit berbintik, buah dalamnya seperti kelengkeng, tah heran orang menyebutnya buah kelengkengnya Kalimantan.



Buah Ramania

Buah berbentuk bulat berwarna hijau jika matang warnanya berubah kekuningan, buahnya tumbuh bergerombol dalam satu ranting.



Buah Lokal untuk Ketahanan Pangan

Apa yang dilakukan Mohamad Hanif adalah langkah besar untuk mengidentifiksi dan membudidayakan tanaman buah Indonesia dan bisa menjadi langkah untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat sekitar.

Pada 28 Oktober 2018, bertepatan dengan hari Sumpah Pemuda Mohamad Hanif mendapat apresiasi dari Satu Indonesia Awards PT Astra International Tbk di Jakarta untuk katagori lingkungan hidup. 

Referensi.

www.IDNtimes.com

www.id.wikipedia.org

www.satu-indonesia.com