Disela kegiatan Mombassador SGM Eksplor
2016 saya kopdar sama mba Wien, sobat di
grup contesmania. Kopdar pertama saya dan mba Wien tahun 2013 ketika sama-sama
menang lomba menulis Sariwangi yang berhadiah camping di Sariater Subang, berlanjut ngobrol di grup
WA hingga saat ini. Meminjam istilah mba Wien, kami memang memiliki kesamaan
frekuensi, macam radio saja ya hahaha.
Bisa baca Cerita tentang
Mombassador SGM Eksplor di Temu Bunda SGM 2016
Yogyakarta, di bis menuju
Westlake Resort Hotel tempat peserta Mombasador menginap, kami dibagi
selembaran run down acara. Alhamdulillah jam 3 hingga jam 6 acara free karena peserta
dari daerah lain belum datang.
Yang mau liburan ke Yogyakarta
dan mencari penginapan, boleh intip review Westlake Resort Hotel di sini.
Jam 4 mba Wien dan suaminya Pak
Jat menjemput saya dan mba Nining (peserta Mombasador yang ternyata teman mba
Wien di kantor lama) di Westlike. Karena kami hanya punya waktu dua jam dan
saya ingin jalan-jalan di Yogya, Mba Wien membawa saya ke Taman Sari dan Mesjid
Agung Kotagede.
Taman Sari Yogyakarta
Karena sore pintu masuk ke Taman Sari
sudah tutup, tapi beberapa tempat dari komplek Taman Sari masih buka.
Keliling komplek Taman Sari Yogyakarta bagi saya seperti berjalan di atas kepingan
puzzle.
situs Taman Sari diantara perkampungan |
Dilanda penasaran seperti apa lanskap lengkap dari komplek Taman Sari
Yogyakarta. Mungkin jika antar situs tidak ada perkampungan penduduk akan
nampak jelas. Menurut mba Wien karena
kebaikan hati Sultan, tanah-tanah kosong di sekitar situs kini jadi
perkampungan. Status tanahnya sendiri milik keraton jadi rumah yang dibangun di
sini dilarang disewa atau diperjualbelikan.
Menurut artikel yang saya baca
dari Wikipedia luas Taman Sari Yogyakarta kurang lebih 10 hektare dengan sekitar 57 bangunan baik
berupa gedung, kolam pemandian, jembatang gantung, kanal air maupun danau serta
pulau buatan dan lorong bawah air. Taman Sari dibangun pada zaman Sultan
Hamengku Buwono I (HB I) pada tahun 1758-1765/9.
Kami sampai di situs Pulo Kenongo
dengan bangunan tinggi menjulang. Menurut artikel sejarah yang saya baca, Pulo Kenongo
adalah pulau buatan yang dikelilingi danau buatan yang disebut Segaran. Danau itu kini sudah berubah menjadi perkampungan yang mengelilingi situs Pulo
Kenongo.
abaikan kerumunan abegeh di belakang sana:) |
Situs Sumur Gumuling dalam
keadaan terkunci ketika kami kesana karena sudah tutup, menurut penduduk
setempat jam kunjungan hanya sampai jam 4 sore. Saya hanya bisa mengintip lewat
celah berjeruji. Sungguh membuat penasaran. Menurut mba Wien Sumur Gumuling
adalah masjid yang dilengkapi semacam kolam untuk berwudhu. Pada zamannya,
untuk sampai Sumur Gumuling harus melalui terowongan bawah air.
Terowongan bawah air adalah
salah satu situs yang masih buka. Ini
penampakannya;
pintu keluar |
pintu masuk |
salah satu situs di Pulo Kenango |
Saya jadi berkhayal, membayangkan keluarga Keraton jaman itu menapaki jalan yang tengah kami susuri lengkap dengan pakaian kerajaannya. Membayangkan kemegahan Taman Sari pada jamannya, berdiri kokoh, sebagai bagian dari Istana.
Perjalanan kami lanjutkan ke Kotagede namun mampir dulu ke tempat yang konon merupakan tempat Sultan berburu Kijang. Dari atas bangunan Sultan melihat hewan buruannya, bagian bawah tempat hasil hewan buruan.
Mesjid Agung Mataram Kotagede
Mesjid Agung Kotagede |
Mesjid Agung Kotegede adalah masjid
tertua di Yogyakarta, dibangun pada masa kerajaan Mataram sekitar tahun 1640
dan sampai saat ini mesjid masih digunakan untuk beribadah. Nuansa Budha dan Hindu sangat terasa pada
arsitektur mesjid Kotagede, terutama pada bentuk gapura. Menurut literatur yang
saya baca, memasukkan unsur budaya Budha dan Hindu pada maesjid ini sebagai
bentuk penghargaan Raja karena sebagian masyarakat setempat yang ikut membangun
mesjid ini beragama Budha dan Hindu.
Gapura |
Sedangkan bangunan mesjid sendiri berarsitektur
jawa dengan bentuk limasan. Ciri bangunan limasan adalah atap berbentuk limas
dan terdapat ruangan inti dan serambi.
komplek mesjid Agung Kotegede secara lengkap |
Dikomplek masjid ini terdapat makan raja-raja Mataram. Sayang saya tidak bisa melihatnya karena sudah tutup. Jam menunjuk di angka 17.30 ketika saya sampai di sini.
bagian dalam mesjid |
Setelah puas berkeliling dan
foto-foto, kami melanjutkan perjalanan ke Sekar Kedaton. Dua jam yang sangat berkesan dan menambah wawasan saya mengenai sejarah kota Yogyakarta. Terima kasih banyak mba Wien dan Pak Jat.
Mba Wien mengantar saya dan mba Nining ke Sekar Kedaton tempat acara pertama Mombasador dimulai. Peserta lain belum sampai ketika kami kesini. Jadi sembari menunggu yang lain kami puas-puasin berfoto. Resto ini instagramable banget, arsitektur dan desain interiornya bernuansa Jawa.
Mba Wien mengantar saya dan mba Nining ke Sekar Kedaton tempat acara pertama Mombasador dimulai. Peserta lain belum sampai ketika kami kesini. Jadi sembari menunggu yang lain kami puas-puasin berfoto. Resto ini instagramable banget, arsitektur dan desain interiornya bernuansa Jawa.
Resto Sekar Kedaton |
wuihh... asyiknya mba bisa ikut mombasador sgm. Bisa jln, bisa kopdaran, bisa refreshing hehehe... pengen banget ke taman sari yogya ini :)
BalasHapusSultan baik banget ya mak,aku belum pernah ke taman sari
BalasHapusJadi ini cerita dibalik kekuncinya diriku kemarin? buwhahaha...
BalasHapusKalau segaran atau danaunya masih ada, cakep kali yak. Sayang juga kalau udah jadi pemukiman seperti itu. Waktu terakhir ke Jogja ga mampir di sini. Padahal parkirnya ga jauh dari Taman Sari. Abisnya penuh, males. Seneng ya kalau berkunjung ke tempat2 sejarah begini
BalasHapus