Sukar menghilangkan kebiasaan
mengomentari karya si kecil, dengan
persepsi bagus menurut saya sebagai orang dewasa. Misal, “Masa kudanya warna
pink?”
“Kan kudanya perempuan.”
Ya tetap aja kali mau betina atau jantan kuda tidak ada yang berwarna pink, pikir saya keukeuh.
Atau,”Coba gambarnya seperti
begini, kan cantik.”
“Tapi kan aku ga bisa. Mama aja
gak bisa gambar.”
Maksudnya sih minta dia belajar
menggambar seperti contoh yang saya sodorkan. Kemudian saya sadar, cara saya
salah…
Terlalu banyak berkomentar negatif
dengan cara yang salah pula, katanya bisa membuat anak frustasi bahkan kapok
untuk bereksplorasi dengan imajinasinya, saya lupa di mana saya pernah membaca
artikel yang menyebutkan hal itu. Kalau dipikir-pikir ada benarnya. Gimana gak frustasi udah senang-senang
menuangkan khayalan dalam bentuk gambar dengan kuda perempuan (warna pink)
terus Mamanya bilang, salah. Salah hanya karena imajinasi yang berbeda.
Namun tentu saja seiring waktu,
komentar dan kritik membangun harus dilontarkan pada si kecil sesuai dengan
usianya. Jangan sampai apapun hasil kreasinya dibilang bagus, diacungi jempol
padahal tidak ada progress dari tahun ke tahun atau imajinasinya menyalahi norma Caranya yang harus bijaksana.
Dan ini yang untuk saya masih sulit, suka spontan mengkritik pedas dengan menyamakan
persepsi dunia saya dan si kecil. Tidak sebatas soal menggambar juga soal mengatur kamarnya. Bagus dan rapih versi Mama dan Kaka beda. Mama gak suka banyak pernak pernik, Kaka pengen semua mainanya di pajang. Mama pengen semua mainan masuk box.
"Ini kan kamar aku, bukan kamar Mama." Kalimat yang akhirnya membuat saya sadar.
"Ini kan kamar aku, bukan kamar Mama." Kalimat yang akhirnya membuat saya sadar.
Beneran ya jadi
Mama itu harus terus belajar, harus meluangkan waktu untuk berkontemplasi, biar
tahu di mana kesalahan diri dalam mendidik dan membimbing anak-anak.
Kedua si kecil saya memang paling
suka menggambar dan mewarnai (seperti kebanyakan anak seusianya). Beda dengan
saya yang waktu kecil hingga dewasa paling sebel pelajaran menggambar atau
istilahnya senirupa waktu duduk di bangku smp. Puncaknya keki dan sebel tingkat
berat jika saat psikotes melamar pekerjaan ada bagian disuruh menggambar atau
menyelesaikan gambar. Bisa uring-uringan sepanjang proses itu.
Kalau diingat-ingat salah satu
sebab saya tidak suka menggambar adalah karena waktu kecil suka kesal crayon
yang biasa saya beli di warung saat digunakan warnanya tidak sebagus milik
teman-teman, sering patah dan kadang tidak menempel di kertas. Kemudian saya
tahu itu krayon lilin murahan hahahah begitupun pensil warna, sering patah dan
warnanya tidak terang. Intinya saya putus asa karena warna yang saya usap di
kertas tidak sesuai imajinasi. Saya maklum, Ibu memang tidak mampu membelikan
krayon seperti milik sepupunya yang bermerk itu (waktu itu saya suka ngiler
tiap kali liat sepupu orat-oret pake krayonnya).
Timeless…Alhamdulillah kini bisa
membelikan krayon dan pensil warna yang lebih layak untuk anak-anak, membuat mereka
semangat menuangkan imajinasinya. Gambar-gambar mereka yang bagus saya koleksi
dalam folder untuk kenang-kenangan sekaligus mengenangkan masa kecil saya yang
pengen bisa gambar heuheu.
Bulan April lalu, iseng-iseng
saya kirimkan karya si kecil ke Majalah Ummi untuk sisipan anak Kampung
Permata. Keisengan karena si kecil pernah bilang begini,”Aku mau donk kayak
Mama, masuk majalah.”
Maklumlah ya emaknya ini narsis,
suka pengen tulisannya mejeng di Majalah. Alhamdulillah karya si kecil dimuat
di edisi bulan Juli. Tidak ada honor tapi mendapat hadiah berupa tas. Sangat cukup membuat si kecil senang dan bersemangat menggambar lagi termasuk Adik yang mendadak minta gambarnya dikirim ke majalah juga :)
Mengirimkan karya si kecil hanya sebagai bentuk apresiasi saya saja sekaligus memicu rasa percaya dirinya. Oh ya buat teman-teman yang mau mengirimkan karya si kecilnya ke majalah Ummi kirim ke kru_ummi@yahoo.com selain gambar bisa juga karya berupa tulisan pengalaman (si kecil) dan puisi. Untuk gambar selain majalah Ummi bisa juga dikirim ke majalah Bobo.
Gambar aslinya :
Mengirimkan karya si kecil hanya sebagai bentuk apresiasi saya saja sekaligus memicu rasa percaya dirinya. Oh ya buat teman-teman yang mau mengirimkan karya si kecilnya ke majalah Ummi kirim ke kru_ummi@yahoo.com selain gambar bisa juga karya berupa tulisan pengalaman (si kecil) dan puisi. Untuk gambar selain majalah Ummi bisa juga dikirim ke majalah Bobo.
Gambar aslinya :
Tidak ada komentar